Senin, 14 Mei 2012

Kehidupan Beliau Yang Zuhud




Inilah kehidupan dari jiwa yang suci, yang namanya sering kita sebut. Rasulullah SAW memperingatkan Umar Ra akan kehidupan beliau yang zuhud

Suatu ketika Nabi SAW telah bersumpah akan berpisah dengan istri-istrinya selama satu bulan sebagai peringatan bagi mereka. Selama sebulan beliau tinggal seorang diri dalam sebuah kamar sederhana yang letaknya agak tinggi. Terdengar kabar di kalangan para sahabat bahwa Nabi SAW telah menceraikan semua istrinya. Ketika Umar bin Khathab mendengar kabar ini, segera ia berlari ke masjid. Setiba di sana, dia melihat para sahabat sedang duduk termenung, mereka bersedih dan menangias.. Juga kaum wanita menangis di rumah-rumah mereka. Kemudian Umar pergi menemui putrinya, Hafsah yang telah dinikahi oleh Nabi SAW.
Umar mendapati Hafsah sedang menangis di kamranya. Ia kemudian bertanya kepada Hafsah,”Mengapa engkau menangis? Bukankah selama ini saya telah melarangmu agar jangan melakukan sesuatu yang dapat menyinggung perasaan Nabi SAW?”
Hafsah tak menjawab apa-apa, ia terus menangis. Umar lalu kembali ke masjid, terlihat olehnya beberapa orang sahabat sedang menangis di mimbar. Kemudian ia duduk bersama para sahabat, lalu ia berjalan ke arah kamar Nabi Muhammad SAW yang terletak di tingkat atas masjid.
Umar mendapati Rabah dan dia minta izin untuk menemui Nabi SAW. Rabah mendapat Nabi kemudian kembali dan memberitahukan bahwa dia telah menyampaikan pesan Umar, namun Nabi SAW hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya. Permintaan untuk menjumpai Nabi diulang beberapa kali hingga ketiga kalinya barulah Nabi Muhammad SAW mengijinkan Umar untuk naik ke atas.
Ketika Umar masuk, dia menjumpai Nabi SAW tengah berbaring di atas sehelai tikar yang terbuat dari pelepah daun kurma, sehingga badan Nabi SAW yang putih bersih dan indah itu terlihat jelas bekas-bekas daun korma. Di tempat kepala beliau ada sebuah bantal yang terbuat dari kulit binatang yang dipenuhi oleh daun dan kulit pohon kurma.
Selepas mengucapkan salam kepada beliau, Umar kemudian bertanya,”Apakah engkau telah menceraikan istri-istri engkau, Ya Rasulullah?
Nabi SAW menjawab,”Tidak.”
Umar sedikit lega, sambil bercanda ia mengatakan,”Ya Rasulullah, kita adalah kaum Quraisy yang selamanya telah menguasai wanita-wanita kita. Tetapi setelah kita hijrah ke Madinah, keadaannya sungguh berbeda dengan orang-orang Anshar. Mereka telah dikuasai wanita-wanita mereka sehingga wanita-wanita kita terpengaruh dengan kebiasaan mereka.”
Nabi SAW tersenyum mendengar perkataan Umar. Umar lalu memperhatikan keadaan kamar Nabi SAW, terlihat tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu, selain itu tidak terdapat apa pun. Umar menangis sesenggukan melihat keadaan Nabi yang seperti itu.
Tiba-tiba Rasulullah SAW bertanya kepada Umar,”Mengapa engkau menangis?”
“Bagaimana saya tidak menangis , ya Rasululah. Saya sedih melihat bekas tanda tikar yang engkau tiduri di badan engkau yang mulia dan saya prihatin melihat keadaan kamar ini. Semoga Allah mengkaruniakan kepada tuan bekal yang lebih banyak. Orang-orang Persia dan Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, tetapi raja mereka hidup mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang tengahnya mengalir sungai, sedangkan engaku pesuruh Allah, tetapi engakau hidup dalam keadaan sangat miskin,” Jawab Umar bin Khathab dengan nada prihatin.
Mendengar jawaban Umar, Rasulullah SAW lalu bangun dari bantalnya dan berkata,”Wahai Umar, sepertinya engakau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat, tentu akan lebih baik daripada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia ini. Jika orang-orang kafir itu dapat hidup mewah di dunia ini, kita pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Di sana kita akan mendapatkan segala-galanya.”
Mendengar sabda Nabi, Umar lalu menyesal. Lalu ia berkata,”Ya Rasulullah, memohonlah kepada Allah SWT untuk saya. Saya telah bersalah dalam hal ini.” . (***)


Tidak ada komentar: