Minggu, 24 Februari 2013

Jamrud Lider : Bershalawatlah









Gema Shalawat Bersama Jamrud Lider

Keajaiban Shalawat
Berdoa dengan diiringi dengan diawali dan diakhiri dengan shalawat, hasilnya tidak mungkin ditolak.”

Lantunan shalawat berkumandang bak lebah dari ribuan manusia yang memadati Lapangan Babakan Indah, Desa Babakan Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga-Jawa Tengah. Malam itu, Sabtu,(23/2) Jamaah rutin Maulid Simthud Duror Lintas Daerah (Jamrud Lider) mengadakan acara tabligh akbar bertajuk Purbalingga Bershalawat Bersama Jamrud. Lider
Acara rutinan Jamrud memang menjadi arena pengajian yang mampu mengisi ruang ruhani masyarakat sehingga acara ini tersebar luas tidak hanya di wilayah Kab Purbalingga saja, namun sudah menyebar sampai Kab Banjarnegara, Banyumas, Wonosobo bahkan Cilacap. Jamaah tidak hanya didominasi oleh kalangan muda saja, namun juga oleh bapak-bapak dan ibu-ibu bahkan anak-anak kecil ikut larut dalam senandung shalawat bersama.
Acara yang dihadiri oleh Wk Bupati Purbalingga, H Sukento Ridho M, MM itu , selain membaca Maulid Simthud Durar, diselingi dengan tembang shalawat diikuti dengan iringan kibaran bendera dominasi wana hijau bergambar Nahdlatul Ulama dari berbagai majlis taklim dan jamaah maulid yang tersebar di di eks Kars Banyumas itu. Ribuan manusia larut dalam suasana khidmat dan kesyahduan menyenandungkan rasa mahabah kepada Rasulullah SAW.
Selepas sambutan dari Ketua Jamrud, Habib Ali bin Umar Al Quthban, pembicara utama yang ditunggu-tunggu Habib Nouvel bin Muhammad Alaydrus dari Surakarta sekitar 1,5 jam menyampaikan tausyiah utama.
Dalam muidzah hasanah yang disampaikan dengan gaya santai itu Habib Nouvel berkisah baru dari perjalanan mengikuti Haul Syech Abdul Qadir Jaelani di tempatnya Syekh Muhammad Ali bin Abdul Wahab di Jambi.
Seperti kita ketahui, kalau di Jawa Timur ada KH Arori Al Ishaqi, Mursyid Thariqoh Qadiriyah Wa Naqsabandiyah , di Jawa Barat ada Abah Anom maka di Jambi ada Syekh Muhammad Ali di Kuala Tungkal, Jambi.
Habib Nouvel yang mendapatkan ijazah Dalailul Khaerot dari Syekh Muhammad Ali itu kemudian mengijazahkannya kepada jamaah rutin Simthud Duror yang hadir.
Kitab Dalailul Khoirot adalah kitab kecil karangan syekh Jazuli adalah kumpulan shalawat,”Artinya pengamal Dalailul Khairot itu adalah setiap hari bershalawat. “
Ia kemudian mengisaakan asal usul Dalailul Khoirot itu, dimana pengarangnya yakni Syekh Jazuli RA adalah seorang ahli tafsir. Ia terhadap shalawat itu biasa-biasa saja, pada suatu hari ditengah perjalanan di tengah padang sahara mau wudhu airnya habis. Ternyata ketemu sumur, sayang sumurnya ada tapi timba nya tidak ada. Keliling dia mencari timba, ketemu dengan gadis kecil.”Anak kecil ada timba tidak?”
Bapak mau apa?”
Saya mau wudhu, itu ada sumur tapi timbanya tidak ada,”
Bapak tidak usah repot-repot,” Kata anak kecil itu lalu berkomat-kamit terus di mulut sumur.
Anak kecil itu lalu menunjuk sumur itu, ajaib air sumur itu tiba-tiba naik ke atas anak kecil mempersilahkan Syekh Jazuli untuk berwudu , mandi dan berbekal. Syekh Jazuli terbengong-bengong melihat kejadian itu.
Wahai anak, apa rahasiamu?”
Anak kecil itu berkata,”Tugas saya kan sudah selesai, Anda menacari air, air sudah dapat. Ndak usah banyak tanya?”
Wahai anak apa amalmu, apa rahasiamu?” desak Syekh Jazuli terus kepada gadis kecil itu.
Anda siapa, kok banyak tanya?”
Saya Syekh Jazuli.”
Kamu khan ulama besar, tukang memberi fatwa itu, masa begitu saja tidak bisa,”
Wahai ulama, banyak membantu umat, sering membagi ilmu. Saya akan ceritakan rahasia saya. Saya tidak punya amal apa-apa.Amal saya cuma satu. Saya tidak diam dalam keadaan duduk berbaring kecuali dalam keadaan lisan saya berhenti bershalawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dan tadi saya meludah sambil saya meludah,”Berkat bekas shalawat kepada Nabi Muhammad SAW angkatlah air dalam sumur ini.”
Setelah kejadian ajaib itu, Syekh Jazuli kemudian berjanji akan mengabdikan dirinya untuk mendawamkan shalawat dengan mengarang kitab Dalailul Khaerot.
Dalam kesempatan itu, Habib Novel mengajak jamaah untuk banyak mengamalkan shalawat. Ada banyak kejadian ajaib di sekitar kita karena shalawat. Habib Novel itu memberikan trik dan cara agar hajat-hajat kita qabul dengan shalawat. “Caranya pegang, lalu bacakan shalawat!”
Apapun.
Kepengin mobil, tanah, apa pun dengan shalawat. Pegang, lalu bacakan shalawat.Ya Rabbi ‘ala Muhammad, Waftah minnal khoiri kula mughlaq. Yang mengamalkan pasti berhasil. Jangan dicoba, harus yakin pasti berhasil,” tegas Habib Nouvel.
Habib Nouvel lalu melanjutkan, ini amalan nabi. ”Hajat pengin terkabul , shalawat i. Hati berdoa dengan diiringi dengan diawali dan diakhiri dengan shalawat, hasilnya tidak mungkin ditolak.”
Bagi yang pengin hajatnya cepat terkabul , Habib Nouvel mengajak jamaah untuk mengamalkan shalawat Munjiyah sebanyak 1000X. “Agar mudah, tiap hari dicicil. Dimana setiap sebelum shalat 10 x shalawat, setelah shalat 10x. Sepuluh hari, 1000x. Banyak orang yang mengamalkan shalawat munziyah ini agar dilapangkan kesulitan hidupnya.”
Tepat pukul 01.00 Dini hari acara ditup dengan doa dibimbing langsung oleh Habib Nouvel bin Muhammad Alaydrus. Agenda Jamrud Lider Mendatang, Sabtu (30/3) di desa Rakit, Kecamatan Rakit Kab Banjarnegara-Jawa tengah (***) (***)

Aji Setiawan, Purbalingga

Minggu, 17 Februari 2013

Majlis Taklim Riyadus Sholihin Bukateja


Semakin Cinta Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Al Mar’u ma’a man ahaba” (Seseorang besok dikumpulkan dengan orang yang dicintai -Nya).

Pagi itu udara pagi terasa sangat segar. Waktu baru menunjuk pukul 05.30 waktu setempat, namun ratusan Ratusan jamaah baik tua maupun muda sudah memenuhi dan menempati raudhoh  Majlis Taklim Habib Ali Umar Al Qitban Desa Kedungjati Kec Bukateja. Bagi jamaah yang tidak dapat tempat duduk, bisa menempati di sekitar rumah atau di sepanjang jalan raya kedungjati-Bukateja dengan beralaskan karpet yang sudah disediakan oleh panitia.
Acara yang berlangsung tiap jum’at Kliwon ini sebenarnya sudah berlangsung sekitar belasan tahun, dengan diawali pembacaan maulid Simthud Durar yang dibaca secara berantai oleh para Habaib dan kyai , bersambung dengan taushiyah dari sahibul bait.
Biasanya tiap selasa pagi. Tepat pukul 06.00 acara dimulai dengan acara pengajian rutin berlanjut dengan taushiyah dari tuan rumah. Memang setiap pekan, pada hari Selasa dan Jumat pagi dibacakan kitab-kitab salaf . Tiap hari Selasa dibacakan ratib hadad dan berlanjut dengan membaca kitab Al Khasaish Al Muhammadiyah dan Muhammad Insan Kamil mahakarya Sayid Muhammad Al Maliki al Hasani.
Sudah lebih dari belasan tahun, majlis ini dibina oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban dengan mempertahankan tradisi-tradisi ahlus sunnah wal jama’ah.Dengan berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadist.
Berdakwah di kawasan Bukateja itu tidak mudah, perlu sikap istiqomah dan komitmen yang tinggi agar diterima oleh masyarakat. Tantangan berdakwah menurutnya adalah sunnatullah. Sesuatu yang memang ada dari dahulu sampai sekarang.
Habib kelahiran Wonosobo, 26 November 1960, menyatakan awal berdakwah tidak sendirian. Ia banyak dibantu KH Ihsanuddin (alm) Pengasuh Ponpes Nurul Qur’an dan KH Abror Musodiq, pengasuh ponpes Darul Abror.
Pagi itu, jamah yang datang, mereka berasal dari berbagai tempat di sekitar Kec Bukateja, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah itu kemudian menyimak pembacaan Maulid Simthud Durar. Kebetulan Majlis Taklim dan Riyadus Shalihin Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Jumat Kliwon, tanggal 15 Februari 2013 atau bertepatan dengan 4 Rabiul Akhir 1334 H di rumah kediaman Habib Ali bin Umar Al Qitban, Desa Kedungjati Kec Bukateja tampak istimewa.
Pasca pembacaan Maulid Simthud Durar yang diiringi oleh group Hadrah Jamrud Lider Desa Kedungjati dipimpin langsung oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban, acara berlanjut dengan ceramah oleh Ustadz Abdullah bin Munir, Lc dari kota Wonosobo, Jawa Tengah.
Karena yakin, shalawat ini diberkahi ole h Allah SWT. Tresno kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabat itu wajib dan jadi terangnya hati. Karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW seperti diungkapkan dalam kisah Maulid Simthud Duror yakni, “fahuwa  nurun ‘ala Nur.” (Dialah cahaya di atas cahaya).
“Saya hanya menyiapkan mahabah cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. “Al Mar’u ma’a man ahaba” (Seseorang besok dikumpulkan dengan orang yang dicintai -Nya).
Kanjeng Nabi itu satu-satunya manusia di bumi yang agung di hadapan Gusti Allah, Manusia muslim, dan umat non muslim. Umur yang paling berkah adalah umurnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Itu kenapa? “Dikisahkan oleh kitab Shahih Bukhari, selama 60 tahun, Kanjeng Nabi tingkah lakunnya semuanya bermanfaat.”
Allah SWT tidak menyiksa dan musibah selama Nabi dan sunnah-sunnahnya hidup di tengah-tengah kita. Orang Islam di Indonesia musibah terus menerus. Padahal majlis-majlis maulid, Burdah, Barjanji musibah terus menerus tapi datang musibah dari Allah SWT.
Imam Zainal Abidin RA pernah berkata, ”Tanda-tanda ahlussunnah wal jama’ah itu kalau mau membaca shalawat kepada Kanjeng Nabi SAW.”
            Hai orang Islam, kalian itu sebaik-baik umat di muka bumi. “Tapi kenyataannya sekarang orang Islam itu banyak yang miskin, bodoh dan dijajah.  Ini yang salah Al Qur’annya atau orangnya. Jelas ini yang salah orangnya,” katanya.
Termasuk mu’zijatnya Kanjeng Nabi, sebelum berperang, sebulan sebelumnya musuh sudah takut, karena peralatan kaum muslimin jauh lebih komplet. “Tapi sekarang umat Islam sudah dipukuli oleh bangsa lain, diam saja. Itu karena apa? Karena umat Islam sekarang jauh dari perintahnya kanjeng Nabi dan sunnah-sunahnya,” lanjut Ustadz Abdullah.
Jadi, cinta Nabi itu hukumnya wajib. Karena senang dengan kanjeng Nabi itu membuat bercahaya dan tenangnya hati.
Bahkan kanjeng Nabi juga sampai disenangi oleh kaum non Muslim. Sahabat Urwah bin Mas’ud, adalah non muslim dan orang yang sangat disegani dikaumnya. Urwah bin Mas’ud dikenal sebagai negosiator ulung (diplomatik). Karena Urwah itu pernah bernegosiasi dengan kaisar Romawi dan Persia.
Ketika kanjeng Nabi bernegosiasi dengan orang kafir yang bernama Urwah bin Mas’ud, Urwah berkata, “Saya pernah diutus kaisar Romawi dan Persia, tapi saya tidak melihat raja yang dihormati rakyatnya melebihi Muhammad SAW dihormati oleh para sahabat,” kata Urwah bin Mas’ud.
Dikisahkan tentang kecintaan para sahabat Nabi Saw, ludahnya kanjeng Nabi SAW diperebutkan oleh para sahabatnya. Kanjen Nabi kalau meludah, ludahnya tidak sampai ke tanah, karena ludahnya sudah diperebutkan oleh para sahabat-sahabatnya, di mana ludahnya lalu mengusap-usapkan ke wajah mereka, karena saking cintanya para sahabat kepada Beliau. Bahkan kalau berbicara para sahabatpun tidak berani memandang wajah Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah manusia agung kekasih Allah SWT.
Selanjutnya, menurut Urwah bin Mas’ud, ”Kanjeng Muhammad SAW itu luarbiasa. Kalau perintah cukup sekali dan sahabat –sahabat rebutan melaksanakan.”
Urwah bin Mas’ud adalah orang kafir yang kemudian masuk menjadi orang Islam karena melihat akhlak dan kemuliaan dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Selain mengisahkan mengisahkan kecintaan para sahabat kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW, Ustadz Abdullah juga mngisahkan sahabat Nabi SAW yang bernama Usman bin Affannn. Sahabat, Utsman adalah seorang kaya dan loman. “Dia pernah menyedekahkan 1000 unta untuk menopang dakwah Nabi SAW. Usman tidak pernah absen shalat berjamaah. Sahabat Utsman bin Affan itu kalau shalat tahajud itu khatam Qur’an.”
Jadi, kata Ustadz Abdullah, “Kalau kita senang dengan kanjeng nabi maka kita senang dan mengamalkan  apa yang dilakukan oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW,” katanya memutup ceramah kepada para jamaah  pengajian Jumat Kliwon.
Selepas ditutup dengan  doa oleh Al Habib Ali bin Umar Al Quthban sekitar pukul 09.00, jamaah kemudian dijamu nasi kebuli.  (***)
 Aji Setiawan, Purbalingga
  

            

Senin, 04 Februari 2013

Pengajian rutin selasa kliwon malam rabu manis, Masjid Agung Darussalam, Purbalingga-Jawa Tengah

KH Zuhrul Anam Hisyam
Bertawasul Kepada Allah SWT
Tawasul artinya menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Alloh SWT atau untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita

Selepas shalat Isya, medio awal Januari 2013 Alun-alun kota Purbalingga terlihat sepi. Namun di area parkir kendaraan Masjid Darusalam , Purbalingga -Jawa Tengah sudah penuh dengan kendaraan roda dua. Bahkan bagi kendaran roda eeempaaat   terpaksa   menutupi hampir separuh ruas jalan di depan masjid Agung Darusalam yang terletak tepat di jantung Kota Kab Purbalingga. Selepas shalat Isya, jamaah tetap menempati tempat duduknya masing-masing atau keluar untuk melihat suasana kota yang tampak ramai oleh kedatangan ribuan jama’aah baik laki-laki maupun perempuan  untuk mengikuti pengajian rutin selasa kliwon malam rabu manis yang diisi oleh KH. Zuhrul Anam Hisyam dari ponpes Leler, Banyumas.
Untuk acara istighosah dari majis taklim Nighayatul Mustaghhhfiirin ini biasaya dipimpin langsung oleh Habib Ali bin Umar al Quthban dari Kedungjati, Bukateja. Keberadaan masjlis taklim dan istighotsah ini dahulu banyak diisi oleh KH Muhammad Chudlory (Gus Muh alm) dari Ponpes Akademi Pendidikan Islam (API) Tegalrejo Magelang).

Dalam kesempatan medio awal Januari 2013, KH Zuhrul Anam Hisyam menyampaikan pentingnya Tawasul.Tawasul artinya menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Alloh SWT atau untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita. Tawasul bisa juga diartikan sebagai cara munajat atau berdoa dengan menyebut amal-amal melaui perantara orang –orang sholeh.”Orang –orang jahiliyah juga melakukan amalan untuk mencapai cita-citanya, namun cara berdoanya salah, sebab mereka menyembah berhala tidak langsung kepada Allah SWT,” kata Gus Anam.
Orang bertawasul i tu hakikatnya minta kepada Allah SWT melalui perantara para kekasih Allah SWT. Siapakah kekasih Allah SWT itu? “Para kekasih Allah adalah orang-orang yang dilihat wajahnya saja, langsung ingat kepada Allah SWT.”
Dalam kesempatan itu juga diuraikan makna wasilah yakni menjadikan sesuatu sebagai perantara atau tawasul sebagaimana perantara dalam bertawasul. Ini sesuai dengan firman Allah:”Hai orang-orang yang beriman , patuhlah kepada Allah SWT , dan carilah wasilah kepada-Nya , dan berjuanglah di jalan Allah, supaya kamu jadi orang beruntung. (QS Al Maidah:35).
Sesuatu dapat dijadikan sebagai wasilah (perantara) jika ia dicintai dan diridhai oleh Allah SWT. Berdoa dengan bertawasul artinya memohon kepada Allah dengan menyebut sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT.
Seseorang yang bertawasul berarti mengaku bahwa dirinya penuh kekurangan. Dengan segala kekuranganya tersebut, dia sadar bahwa doa’nya sulit dikabulkan. Oleh karena itu, ia meminta syafaat kepada sesuatu atau seseorang-menurut prasangka baiknya-dicintai Allah SWT. “Alhamdulillah, tadi dipimpin dan dibimbing langsung oleh Habib Ali bin Umar al Quthban dengan bertawasul melalui orang-orang shalih dari jaman tabiit, tabiin, shohabat sampai bertawasul langsung melalui Kanjeng Nabi Muhammad SWT, semoga cita-cita kita dikabulkan,” Kata Gus Anam kepada Jamaah. Tampak hadir dimajlis ini H. Sudarno , BE (pembina Majlis Nighayatul Mustaghfirin), H. Sukento Ridho Marhaendarto, MM (wk Bupati Purbalingga), Ulil Archam (ketua Ansor, Purbalingga) dan ulama-ulama se Purbalingga bahkan dari daerah sekitar Purbaligga, yakni Kab Banyumas, Banjarnegara dan Cilacap.
Wasilah(perantara yang dipergunakan sangat banyak, maka bentuk tawasulpun beraneka ragam. Ada yang melalui amal shaleh diri sendiri atau melalui amal shaleh orang lain.
“Ammmal shaleh diri sendiri bisa melalui shalat,   puasa, membaca Al-Qurr’an, sedekah dan ini merpakan ajaran Islam.”
Sedangkan tawasul dengan orang lain artinya wasilah (perantara) yag kita lakuka, lanjut gus Anam yang kita sebutkan di dalam doa yang kita panjatkan bukanlah amal kita, namun melalui nama sesorang yang shaleh. Contohya, Ya Allah, berkat Imam Sya’fi turunkanlah hujan....” Ya Alloh, berkat para Rasul dan Wali-Mu... (sebutkan hajatnya).”
Jadi, ketika seorang bertawasul dengan orang lain, pada saat yang sama ia brprasangka baik kepadanya dan meyakini orang tersebut adalah  orang saleh yang mencintai Allah dan dicintai Allah.
Ia menjadikan wasilah karena ia mencintainya. Dengan demikian sebenarnya orang yang bertawasul dengan cintanya kepada orang tersebut. “ketika seseorang mengucapkan,”Ya Alloh, demi kebesaran Nabi Muhammad SAW atau bisa juga,” Ya Allah dengan kebesaran Imam Syafi’i...” berarti dia ia sedang bertawasul dengan cinta-Nya Nabi Muhammad SAW atau dengan Imam Syafi’i. Dan perlu diketahui bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasulullah SAW serta kepada   orang –orang shaleh  merupakan amal-amal yang sangat mulia.
Majlis-majlis seperti ini merupakan media untuk menjaga tradisi dari gempuran jaman dan budaya barat yang semakin gencar sekali sebagai yang terjadi sekarang ini. Gus Anam, panggilan akrabnya, dilahirkan di Leler, 41 tahun yang lalu. Ia merupakan putra ke 10 dari KH. Hisyam Zuhdi. Sebagaimana dengan kalangan anak-anak kyai, ia dididik dalam lingkungan yang taat beragama dan penuh nuansa religius oleh kedua orangtuanya. Pendidikan Sekolah Dasar sampai SMP ia tamatkan di Sampang. Dan tentu saja, ia juga menempa diri di lingkungan pesantren Leler (At-Taujieh Al-Islamy) sampai tahun 1982.
Tahun 1992 itu juga, ia kemudian berangkat ke Ribath Al-Hanafiah di Mekkah ia mulai belajar dengan Dr. Ahmad Nur Syekh, Syekh Yasir, Syekh Ismail Al-Yamani, Syekh Muhammad bin Alwi bin Abas Al-Maliki Al-Hasani dan lain-lain. Pada tahun 1997 ia kemudian pulang ke Banyumas, tempat kelahirannya untuk mengabdikan diri pada pondok pesantren yang didirikan oleh sang ayahandanya yakni KH Hisyam Zuhdi bersama kakak-kakaknya (***) Aji Setiawan