Minggu, 17 Februari 2013

Majlis Taklim Riyadus Sholihin Bukateja


Semakin Cinta Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Al Mar’u ma’a man ahaba” (Seseorang besok dikumpulkan dengan orang yang dicintai -Nya).

Pagi itu udara pagi terasa sangat segar. Waktu baru menunjuk pukul 05.30 waktu setempat, namun ratusan Ratusan jamaah baik tua maupun muda sudah memenuhi dan menempati raudhoh  Majlis Taklim Habib Ali Umar Al Qitban Desa Kedungjati Kec Bukateja. Bagi jamaah yang tidak dapat tempat duduk, bisa menempati di sekitar rumah atau di sepanjang jalan raya kedungjati-Bukateja dengan beralaskan karpet yang sudah disediakan oleh panitia.
Acara yang berlangsung tiap jum’at Kliwon ini sebenarnya sudah berlangsung sekitar belasan tahun, dengan diawali pembacaan maulid Simthud Durar yang dibaca secara berantai oleh para Habaib dan kyai , bersambung dengan taushiyah dari sahibul bait.
Biasanya tiap selasa pagi. Tepat pukul 06.00 acara dimulai dengan acara pengajian rutin berlanjut dengan taushiyah dari tuan rumah. Memang setiap pekan, pada hari Selasa dan Jumat pagi dibacakan kitab-kitab salaf . Tiap hari Selasa dibacakan ratib hadad dan berlanjut dengan membaca kitab Al Khasaish Al Muhammadiyah dan Muhammad Insan Kamil mahakarya Sayid Muhammad Al Maliki al Hasani.
Sudah lebih dari belasan tahun, majlis ini dibina oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban dengan mempertahankan tradisi-tradisi ahlus sunnah wal jama’ah.Dengan berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadist.
Berdakwah di kawasan Bukateja itu tidak mudah, perlu sikap istiqomah dan komitmen yang tinggi agar diterima oleh masyarakat. Tantangan berdakwah menurutnya adalah sunnatullah. Sesuatu yang memang ada dari dahulu sampai sekarang.
Habib kelahiran Wonosobo, 26 November 1960, menyatakan awal berdakwah tidak sendirian. Ia banyak dibantu KH Ihsanuddin (alm) Pengasuh Ponpes Nurul Qur’an dan KH Abror Musodiq, pengasuh ponpes Darul Abror.
Pagi itu, jamah yang datang, mereka berasal dari berbagai tempat di sekitar Kec Bukateja, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah itu kemudian menyimak pembacaan Maulid Simthud Durar. Kebetulan Majlis Taklim dan Riyadus Shalihin Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Jumat Kliwon, tanggal 15 Februari 2013 atau bertepatan dengan 4 Rabiul Akhir 1334 H di rumah kediaman Habib Ali bin Umar Al Qitban, Desa Kedungjati Kec Bukateja tampak istimewa.
Pasca pembacaan Maulid Simthud Durar yang diiringi oleh group Hadrah Jamrud Lider Desa Kedungjati dipimpin langsung oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban, acara berlanjut dengan ceramah oleh Ustadz Abdullah bin Munir, Lc dari kota Wonosobo, Jawa Tengah.
Karena yakin, shalawat ini diberkahi ole h Allah SWT. Tresno kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabat itu wajib dan jadi terangnya hati. Karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW seperti diungkapkan dalam kisah Maulid Simthud Duror yakni, “fahuwa  nurun ‘ala Nur.” (Dialah cahaya di atas cahaya).
“Saya hanya menyiapkan mahabah cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. “Al Mar’u ma’a man ahaba” (Seseorang besok dikumpulkan dengan orang yang dicintai -Nya).
Kanjeng Nabi itu satu-satunya manusia di bumi yang agung di hadapan Gusti Allah, Manusia muslim, dan umat non muslim. Umur yang paling berkah adalah umurnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Itu kenapa? “Dikisahkan oleh kitab Shahih Bukhari, selama 60 tahun, Kanjeng Nabi tingkah lakunnya semuanya bermanfaat.”
Allah SWT tidak menyiksa dan musibah selama Nabi dan sunnah-sunnahnya hidup di tengah-tengah kita. Orang Islam di Indonesia musibah terus menerus. Padahal majlis-majlis maulid, Burdah, Barjanji musibah terus menerus tapi datang musibah dari Allah SWT.
Imam Zainal Abidin RA pernah berkata, ”Tanda-tanda ahlussunnah wal jama’ah itu kalau mau membaca shalawat kepada Kanjeng Nabi SAW.”
            Hai orang Islam, kalian itu sebaik-baik umat di muka bumi. “Tapi kenyataannya sekarang orang Islam itu banyak yang miskin, bodoh dan dijajah.  Ini yang salah Al Qur’annya atau orangnya. Jelas ini yang salah orangnya,” katanya.
Termasuk mu’zijatnya Kanjeng Nabi, sebelum berperang, sebulan sebelumnya musuh sudah takut, karena peralatan kaum muslimin jauh lebih komplet. “Tapi sekarang umat Islam sudah dipukuli oleh bangsa lain, diam saja. Itu karena apa? Karena umat Islam sekarang jauh dari perintahnya kanjeng Nabi dan sunnah-sunahnya,” lanjut Ustadz Abdullah.
Jadi, cinta Nabi itu hukumnya wajib. Karena senang dengan kanjeng Nabi itu membuat bercahaya dan tenangnya hati.
Bahkan kanjeng Nabi juga sampai disenangi oleh kaum non Muslim. Sahabat Urwah bin Mas’ud, adalah non muslim dan orang yang sangat disegani dikaumnya. Urwah bin Mas’ud dikenal sebagai negosiator ulung (diplomatik). Karena Urwah itu pernah bernegosiasi dengan kaisar Romawi dan Persia.
Ketika kanjeng Nabi bernegosiasi dengan orang kafir yang bernama Urwah bin Mas’ud, Urwah berkata, “Saya pernah diutus kaisar Romawi dan Persia, tapi saya tidak melihat raja yang dihormati rakyatnya melebihi Muhammad SAW dihormati oleh para sahabat,” kata Urwah bin Mas’ud.
Dikisahkan tentang kecintaan para sahabat Nabi Saw, ludahnya kanjeng Nabi SAW diperebutkan oleh para sahabatnya. Kanjen Nabi kalau meludah, ludahnya tidak sampai ke tanah, karena ludahnya sudah diperebutkan oleh para sahabat-sahabatnya, di mana ludahnya lalu mengusap-usapkan ke wajah mereka, karena saking cintanya para sahabat kepada Beliau. Bahkan kalau berbicara para sahabatpun tidak berani memandang wajah Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah manusia agung kekasih Allah SWT.
Selanjutnya, menurut Urwah bin Mas’ud, ”Kanjeng Muhammad SAW itu luarbiasa. Kalau perintah cukup sekali dan sahabat –sahabat rebutan melaksanakan.”
Urwah bin Mas’ud adalah orang kafir yang kemudian masuk menjadi orang Islam karena melihat akhlak dan kemuliaan dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Selain mengisahkan mengisahkan kecintaan para sahabat kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW, Ustadz Abdullah juga mngisahkan sahabat Nabi SAW yang bernama Usman bin Affannn. Sahabat, Utsman adalah seorang kaya dan loman. “Dia pernah menyedekahkan 1000 unta untuk menopang dakwah Nabi SAW. Usman tidak pernah absen shalat berjamaah. Sahabat Utsman bin Affan itu kalau shalat tahajud itu khatam Qur’an.”
Jadi, kata Ustadz Abdullah, “Kalau kita senang dengan kanjeng nabi maka kita senang dan mengamalkan  apa yang dilakukan oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW,” katanya memutup ceramah kepada para jamaah  pengajian Jumat Kliwon.
Selepas ditutup dengan  doa oleh Al Habib Ali bin Umar Al Quthban sekitar pukul 09.00, jamaah kemudian dijamu nasi kebuli.  (***)
 Aji Setiawan, Purbalingga
  

            

Tidak ada komentar: