Senin, 30 Mei 2011

Ponpes Zainul Hasan Genggong Probolinggo






Pengkader Ulama di dari Pesisir Timur Jawa Timur

Siapa pun akan terkesima saat memasuki gerbang kompleks Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, Jawa Timur. Di situ berdiri kokoh (bangunan permanen) lambang Nahdlatul Ulama (NU) yang cukup besar berukuran sekitar 5 x 4 meter persegi. Di bawah lambang tersebut tertulis, “Selamat Datang di Kota Santri Pesantren Zainul Hasan Genggong.”

Memasuki komplek pesantren ini sangat menyenangkan hati. Tiap pagi dan sore hari, muda-mudi berbusana rapi menyandang kitab suci, hilir mudik silih berganti pulang pergi mengaji. Gambaran penuh nuansa keagamaan yang kental. Pesantren ini sudah berusia 163 tahun, tepatnya didirikan tahun 1839 M/1250 H oleh almarhum KH. Zainul Abidin dari keturunan Maghribi (Maroko) di Desa Karang Bong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur.
Pesantren Zainul Hasan yang kini memiliki sekitar 20.000 santri ini mengalami tiga kali pergantian nama yang bermotifkan kepada sejarah pertumbuhan pesantren dan adanya gagasan untuk menggabadikan para pendiri Pondok Pesantren Zainul Hasan sebelumnya. Perubahan nama ini terjadi pada periode kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzal. Nama Pondok Genggong sendiri diabadikan sejak kepemimpinan KH Zainul Abidin sampai kepemimpinan KH. Moh Hasan tahun 1952. Nama pesantren kemudian berganti menjadi “Asrama Pelajar Islam Genggong” dan terakhir “Pesantren Zainul Hasan.”
“Pada tanggal 19 Juli 1959, dalam pertemuan dewan pengurus almukarom KH. Hasan Saifourridzal menetapkan perubahan nama asrama pelajar Islam Genggong menjadi Pesantren Zainul Hasan. Ini hasil perpaduan nama dari tokoh sebelumnya di mana kata Zainul diambil dari nama almarhum KH. Zainul Abidin sebagai pembina pertama dan kata Hasan diambil dari nama almarhum KH. Moh Hasan sebagai pembinan kedua,” kata Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah.
Pesantren Zainul Hasan kini telah banyak menampakkan perannya sebagai pusat studi Islam di dalam pengembangan misi Islam pada masyarakat luas, sehingga dengan peran serta hanya mengajarkan ilmu agama umum saja. Tetapi dalam kehidupannya para santri banyak mendapatkan kesempatan untuk menghayati dalam kehidupannya sehari-hari, karena kebersatuan Pesantren Zainul Hasan dengan masyarakat itulah maka output pesantren tidak kebingungan meniti hidup dalam mengabdi kepada masyarakat.
Pada periode ketiga mulai tercetus ide-ide dan konsep-konsep baru untuk perkembangan pesantren di segala bidang di dalam ikut serta mengisi kemerdekaan serta ikut menunjang semua program pemerintah dalam perkembangan mental spiritual, ketahanan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa lewat media dakwah baik di dalam pesantren maupun di luar pesantren.
Menyadari peranan yang sangat besar dalam menyukseskan pembangunan manusia seutuhnya di samping juga makin meningkatnya kebutuhan hidup seseorang akibat pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, maka Pesantren Zainul Hasan telah melangkah untuk mengadakan pengembangan dan pembaruan dalam segala bidang meliputi perubahan sistem pendidikan, penambahan sarana proses belajar-mengajar, menyempurnakan dan menambah sarana fisik.
Pesantren Zainul Hasan tidak ketinggalan mengikuti pembaruan pendidikan setelah banyak mengkaji dan berhubungan dengan dunia luar. Peranan pondok pesantren sangat besar dalam membangun masyarakat, sehingga para ahli tiada putus-putusnya membicarakan lembaga pendidikan pondok pesantren ini. Untuk mengatasi kekurangan dalam Pesantren Zainul Hasan tumbuh gagasan untuk kesempurnaan dalam pondok pesantren harus ada pendidikan formal, pendidikan keterampilan dan perbaikan struktur kepengurusan dan lain-lain.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, Pesantren Zainul Hasan berupaya sekuat tenaga terhadap penyempurnaan kebutuhan serta perlengkapan secukupnya, sehingga dapat tercipta adanya peningkatan dan pengembangan pendidikan yang sejajar dengan lembaga-lembaga di luar pokok pesantren melalui perubahan, yakni sistem dan metode yang dipergunakan dalam pendidikan; kurikulum pesantren, Depag dan Diknas dikembangkan 100 persen; administrasi; fasilitas yang cukup dan sarana pendidikan yang memadai.
Berkat ketekunan dan kesabaran dalam melayani para santrinya yang mengaji, makin hari makin banyak santri yang datang untuk menuntut ilmu. Ini adalah buah yang dipetik KH. Zainul Abidin yang telah dilihat langsung dan didengar oleh masyarakat. berkat ilmu dan keahliannya, maka mulai berdatangan orang tua santri untuk menitipkan putranya kepada beliau.
Pengasuh kedua adalah KH. Mohammad Hasan. Beliau adalah menantu KH. Zainul Abidin dari putri beliau yang bernama Nyai Ruwaidah. Sejak pernikahan inilah KH. Mohammad Hasan membantu mertuanya dalam membina pesantren. Beliau mengembangkan sistem pendidikan pesantren salafiyah (tradisional) dengan metode pembelajaran dan pendidikan klasikal. Masa ini bersamaan dengan perjuangan fisik kemerdekaan Indonesia melawan penjajah. Organisasi-organisasi pergerakan yang bersifat nasional maupun lokal mulai terbentuk. Di tengah situasi tersebut itulah KH. Mohammad Hasan mengasuh pesantren. Beliau menjadi pengasuh pesantren sejak wafatnya KH. Zainul Abidin tahun 1890-1952 M. Beliau wafat pada tahun 1955M.
Pengasuh ketiga adalah KH. Hasan Saifouridzall. Beliau adalah putra KH. Mohammad Hasan dari pernikahan dengan istri beliau yang bernama Nyai Hj. Siti Aminah. Pada masa beliaulah pengembangan pendidikan formal mulai dilakukan dengan memadukan kurikulum pendidikan agama dan salafiyah dengan kurikulum nasional yang ditandai dengan membuka lembaga pendidikan dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Beliau menjadi pengasuh pesantren tahun sejak tahun 1952 hingga wafat pada 1991 M.
Sebenarnya KH. Mohammad Hasan wafat pada 1955 M., namun kepemimpinan pesantren telah diserahkan pada tahun 1952 M. di saat KH. Mohammad Hasan sudah berusia senja. Kepengasuhan keempat diteruskan oleh KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah. Beliau adalah putra KH. Hasan Saifouridzall dari pernikahan dengan Nyai Hj. Himami Hafshawati. Beliau menjadi pengasuh pesantren sejak tahun 1991 M.
Selama perjalanannya pesantren ini telah mengalami 3 kali perubahan nama yang digunakan secara bergantian. Genggong adalah nama pertama pesantren ini. Nama genggong digunakan sejak awal berdirinya pada tahun sampai tahun 1952 M. Saat bernama genggong, pesantren ini telah diasuh oleh 2 (dua) orang pengasuh, yaitu KH. Zainul Abidin dan KH. Mohammad Hasan.
Perubahan nama untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 1952 M. Nama genggong secara formal dirubah menjadi Asrama Pelajar Islam Genggong, disingkat APIG. Nama ini digunakan sampai tahun 1959 M. Perubahan ini terjadi pada masa kepengasuhan KH. Hasan Saifouridzall. Perubahan kedua ialah dengan mengganti APIG dengan Zainul Hasan. Nama ini ditetapkan sejak tanggal 19 juli 1959 M/1 muharram 1379 H. Nama Zainul Hasan ini diambil dari nama dua tokoh yang telah membesarkan Pesantren Genggong. Nama Zainul diambil dari nama KH. Zainul Abidin sebagai pendiri Genggong, sedangkan nama Hasan diambil dari nama KH. Mohammad Hasan, pengasuh kedua. Perubahan-perubahan nama tersebut tidak sepenuhnya dipahami masyarakat. Secara formal, nama pesantren ini adalah Zainul Hasan, namun masyarakat umum lebih mengenal nama Genggong dan tetap menyebutnya demikian.
Pesantren Genggong didirikan atas dasar cita-cita mulia dan luhur serta tanggung jawab secara keilmuan melihat fenomena masyarakat awam yang perlu mendapatkan sentuhan ilmu pengetahuan dan agama. Perilaku masyarakat pada awal berdirinya pesantren banyak bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti melakukan perbuatan dosa besar kepada Allah SWT. Atas dasar itulah pesantren ini didirikan.
Keberadaan Pesantren Genggong di tengah-tengah kehidupan masyarakat mendatangkan banyak manfaat bagi daerah sekitarnya. Sektor-sektor kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya perlahan mulai terangkat dan terbenahi. Mentalitas masyarakat yang masih terpaku pada sistem adat-istiadat lama yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai agama perlahan diperbaiki. Upaya perubahan yang dilakukan Pesantren Genggong mendapatkan simpati masyarakat dengan mendukung perkembangan pesantren.
Kelak ketika santri telah pulang ke masyarakat, mereka diharapkan mampu mewarnai kehidupan masyarakat dengan tetap berpegang pada satu prinsip yang disebut “Satlogi Santri” yang digagas oleh KH. Hasan Saifouridzall. Satlogi santri ini merupakan kependekan dari S (sopan santun), A (ajeg/istiqomah), N (nasehat), T (taqwallah), R (ridlallah) dan I (ikhlas).
Adapun pendidikan formal yang ada di Pondok Pesantren Genggong ini adalah TK Zainul Hasan, SD Zainul Hasan, MI Kholafiyah Syafi’iyah Zainul Hasan, SMP Zainul Hasan, MTs Zainul Hasan, Pendidikan Diniyah Pertama (PDMP) Zainul Hasan, MA Zainul Hasan, SMA Unggulan Hafshawaty Zainul Hasan BPPT, MA Zainul Hasan, MA Model (Unggulan), Hafshawaty Zainul Hasan, SMK Zainul Hasan, Program Keahlian: Teknik Mekanik Otomotif
dan TIK (Multimedia), STIH Zainul Hasan, STAI Zainul Hasan, AKPER Hafshawaty Zainul Hasan,STIKES Hafshawaty Zainul Hasan dan AKBID Hafshawaty Zainul Hasan.
Adapun pendidikan non formal yang ada di Ponpes Genggong adalah Madrasah, Raudlatul Qur’an, Madrasah Diniyah, Dirosah Khossoh, Madrasah Salafiyah Tingkat Wustho, Lembaga Keterampilan Komputer, Lembaga Dakwah, Lembaga Bahtsul Masa’il, Lembaga Perpustakaan, Lembaga Pengajian Mingguan, Lembaga Pengajian Khusus Thoriqoh, Lembaga, PSNU Pagar Nusa, Lembaga Pengembangan Bahasa Arab, Development Education English Program, Balai Latihan Kerja, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Yayasan Panti Asuhan Anak yatim, Kursus Amtsilati, Kursus Menghafal Cepat Asmaul Khusna, Kursus Menghafal Cepat Al-Qur’an, Training English Conversation, Pramuka, PMI dan Jurnalistik.
Fasilitas pondok yang disediakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan santri antara lain: Bimbingan Baca Al-Qur’an, Bimbingan Baca Kitab, Latihan Organisasi dan Kepemimpinan, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Klinik Keperawatan, Laboratorium Klinik Kebidanan, Klinik Kesehatan Pondok Pesantren, Ruang Audio Visual, Diskusi dan Seminar, Sarana Olah Raga (Basket, Sepak Bola, Bulu Tangkis, Bela diri(Pagar Nusa dan Singa Putih) dan sarana lainnya), Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN), Wartel, Ruang Auditorium, Warnet / Rental Komputer, Asrama Putra dan Asrama Putri, Mini Market, Hotspot (wireless Internet Connection), Beasiswa bagi santri yang tidak mampu dan prestasi, Perpustakaan dan Sarana Informasi Radio Pesantren (***) Aji Setiawan

PUSAT INFORMASI PESANTREN (PIP)
Alamat
• Lantai 1 PO. Box. 01 PZH Genggong
• Pajarakan, Probolinggo, Indonesia 67281
No Telpon
• 0335-842241 (Pondok Putra)
0335-842248 (Pondok Putri)
0335-846333 (Fax)

Tidak ada komentar: