Selasa, 10 Mei 2011

Maulid dan Haul Mbah Malik Mersi Kec Kembaran Banyumas







Haul MbahMalik Ke 31 dan Para Mursyid Naqsabandiyah Khalidiyah sekaligus Maulid Nabi Muhammad SAW
Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT
Dengan jalan dzikir dan beribadah sebagai mana yang dituntunkan guru-guru mursyid Naqsandiyah Khalidiyah untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Acara Haul para Mursyid Naqsandiyah Khalidiyah Bani Malik dan berbarengan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jl KH Abdul Malik Kedung Paruk, Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas sendiri berlangsung sangat meriah dan semarak dengan berbagai kegiatan keagamaan mulai dari hari Kamis-Selasa (25 Februari-1 Maret 2011).Acara dibuka sejak Hari Kamis (25/2) dengan pembacaan Yasin dan dzikir bersama. Pada hari Jumat malam (26/2) pada pukul 20.00-20.30 berlangsung acara Istighosah bersama.
Sementara pada Hari Ahad pagi (27/2) dengan semaan Al-Qur'an dari para santri Pondok Pesantren Bani Malik, Ledug, Kedungparuk, kec Kembaran Kabupaten Banyumas.Puncak acara berlangsung pada tanggal Senin 28 Februari 2011 dengan dimulai lepas shalat Isya di masjid Baha'ul Haq Dhiya'udin, Kedung Paruk Purwokerto dan berlanjut dengan acara pembacaaan maulid Simthud Duror yang dipandu oleh Habib Husein Bin Syaikh Abubakar dan Habib Umar Bafagih di tempat biasa untuk acara Tawajuhan Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah sekaligus rumah kediaman KH. Drs. Mohammad Ilyas Noor oleh para Habaib yang hadir. Lepas pembacaan Maulid Simthud Duror jamaah kemudian menikmati hidangan istimewa yang disajikan oleh shahibul bait dengan diiringi rampak hajir marawis Shifa’ul Qulub (Bantar Soka, Purwokerto Barat) pimpinan Ustad Alhar Fathoni.
Lepas pembacaan kalam illahi, acara berlanjut dengan pembacaan Manakib pendiri Thariqoh Naqsabandiyah-Khalidiyah di Indonesia oleh Ustadz Muhammad Nu’man Noor. SAg. KH Muhammad Ilyas bin H Aly Dipowongso trukah berdakwah di wilayah eks Karsidenan Banyumas di mulai dari grumbul Kedungparuk sekembalinya dari menuntut ilmu selama puluhan tahun di Mekkah.
Guru Ilyas demikian nama yang lebih dikenal dilahirkan di Kedung Paruk sekitar tahun 1186 H/1765 M dari seorang ibu bernama Siti Zaenab binti Maseh bin KH Abdussamad (Mbah Jombor). Guru Ilyas mulai menyebarkan luaskan thariqah naqsabandiyah khalidiyah sesuai tugas dan amanah gurunya yakni Syaikh Sulaiman Zuhdi Al Makki sekitar tahun 1246 H/1825 M pada usia 60 tahun. Bertahun-tahun dengan sembunyi-sembunyi pada tahun 1285 H.1864 M beliau berhasil membangun sebuah masjid dan pondok thariqah di Kedung Paruk dan pondok thariqah di Sokaraja.
Amaliah thariqah di Kedung Paruk diserah amanahkan kepada putra dari istri Kedung Paruk yaitu Syaikh Muhammad Abdul Malik sedang di Sokaraja kepad aputra dari istri Sokaraja yakni Syekh Mohammad Affandi. Mbah Guru Ilyas wafat pada usia sekitar 147 tahun dan dimakamkan di kompleks pondok thariqah Annaqsyabandiyah Sokaraja.
KH Muhamamd Abdul Malik atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Malik lahir di Kedung Paruk pada hari Jum’at, 3 Rajab 1294 H/1881 M. Nama kecil beliau Ash’ad. Nama Muhammad Abdul Malik diperoleh sepulang haji pertama. Beliau wafat pada hari kamis malam juat tangal 2 Jumadil Akhir 1400 H/17 April 1980 M, dalam usia 99 tahun dan dimakamkan di belakang masjid Bahaaul-Haq wa Dhiyaa-ud-Dien, Kedung Paruk dan memangku kemursyidan selama 68 tahun (1912-1980).
Konon beliau mengamalkan lebih dari 12 thariqah,hanya yang diturunkan paling tidak 4 thariqah yaitu naqsyabandi al-khalidi, syadziliyah, qairiyah naqsyabandiyah dan alawiyah. Di samping memberikan pelajaran tentang ilmu tashawuf (Thariqah), beliau juga mengembangkan ilmu al-qur’an (tahfidul-qur’an dan qira;ah sab’ah). Tidak sedikit para hafidh dan qari’ datang kepada beliau untuk mengambil ilmu al-qur’an atau sekedar tabarukan.
Mbah Malik tidak meninggalkan harta ataupun karya tulis, namun karya agung beliau adalah karya yang dapat berjalan yaitu murid-murid beliau yang kini menjadi tokoh-tokoh masyarakat, ulama, kiyai, rijalul qaum (tokoh panutan) seperti diuangkapkan oleh al ‘alaamah al-mursyid al-habib Muhammad Luthfi bin Hasyim bin Aly bin Yahya.
Murid-murid dari Syaikh Abdul Malik dioantaranya Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH Abdul Qadir (penerus pertama), KH Sa’id (penerus kedua) dan KH Muhammad Ilyas Noor (penerus /mursyid Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah sampai saat ini.
Satu hal yang sering diungkapkan dalam berbagai kesempatan oleh murid kesayangan Mbah Malik yakni Habib Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya (Pekalongan) bahwa beliau memiliki ratusan guru ruhani, tapi yang “kemantil-kantil” di pelupuk mata beliau adalah Mbah Malik.
Tiga hal yang diwasiatkan kepada penerus Mbah Malik yaitu; jangan tinggalkan shalat, jangan tinggalkan al-qur’an dan jangan tinggalkan shalawat. Disamping itu dalam berbagai kesempatan Mbah Malik sering menyampaikan pesan-pesannya kepada murid-murid dan cucu-cucu beliau untuk melakukan dua hal, yaitu pertama agar selalu membaca shalawat kepada Rasulullah SAW dan kedua agar sellau mencintai serta menghormati dzuriyyah (cucu-cucu ) Rasulullah SAW.
Penerus Mbah Malik
Mbah Malik adalah guru besar Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan As-Syadziliyah Indonesia. Silsilah kemursyidan diserahkan kepada murid kesayangan beliau (Habib Muhammad Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya dan cucu beliau Abdul Qadir bin Lyas Noor).
Kalau kepadasang cucu hanya kemursyidan thariqah An-Naqsabandiyah al-Khalidiyahnya saja, namun kemursyidan kedua thariqah besar tersebut (Naqsyabandi dan Syadzili) diserahkan kepada muridnya yakni Habib Muhammad Luthfi bin Aly bin Hasyim bin Yahya.
Mbah Malik menurunkan seorang anak laki-laki dari Nyai Siti Warsiti yang lebih dikenal Mbah Johar (putri syaikh Abubakar bin H Yahya, kaliwedi, guru mbah Malik) yakni Ahmad Busyairi, namun meninggall dalam usia 36 tahun (1953). Sedang dari mBah Mrenek Maos Cilacap, tidak dikaruniai anak. Dari perkawainannya dengan Nyai Siti Hasanah putri H Abdul Khalil (Kedung Paruk), ia menurunkan seorang putri yaitu Nyai Khairiyah. Sang putri tunggal ini Nyai Khairiyah menurunkan sembilan anak. Dengan Kyai Anshor Sokaraja, satu orang putri yaitu Hj Siti Fauziyah dan dariKyai Ilyas Noor, delapan anak tiga laki-laki dan lima perempuan yaitu Hj Siti Faridah, KH Abdul Qadir, Siti Fatimah, Siti Rogayah, KH Sa’id, KH Muhammad Ilyas Noor , Hj Isti Rochati dan Nurul Mu’minah.
Tiga penerus Mbah Malik yang meneruskan amaliah Mbah Malik masing-masing yakni pertama, KH Abdul Qadir bin KH Ilyas Noor Subtil Malik lahir di Kedung Paruk 11 Oktober 1942 wafat pada hari Selasa 19 Maret 2002 (5 Muharam 1423 H dalamusia 60 tahun) dan dimakamkan dibelakang Masjid Bahaa-ul-Haq wa Dhiyaa-uf-Dien. Ia memangku kemursyidan selama 22 tahun (1980-2002).
Penerus kedua yakni yakni KH SA’id bin KH Ilyas Noor Subtil Malik lahir diKedung Paruk pada tanggal 15 April 1951 wafat pada hari kamis tanggal 3 Juli 2004 dalam usia 53 tahun dan dimakamkan di belakang Masjid Bahaa-ul-Haq wa Dhiyaa-uf-Dien. Ia memangku kemursyidan selama 2 tahun (2002-2004). Selepas itu kemursyidan thariqah dari tahun 2004 sampai sekarang dipegang oleh KH Muhammad bin KH Ilyas Noor Subtil Malik.
Tausyiah pertama disampaikan oleh Habib Idrus bin Jakfar Al-Habsyi dari Kranggan, kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Dalam kesempatan itu, Habib Idrus banyak mengungkapkan tentang keistimewaan dari Nabi Muhammad SAW karena beliau mahluq pilihan Allah SWT. Sebelum Allah menciptakan alam dan seisinya, Allah telah manusia pertama yang pertama kali diciptakan adalah Nabi Muhammad SAW berupa Nur. Nabi terlahir sudah bagus apalagi sampai dewasa pun akhlaqnya (ahsan) tetap akhlaqul karimah.
Dilanjutkan oleh Habib Idrus bahwa ada lima rasul pilihan Allah yakni Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Isa dan terakhir Nabi Muhammad SAW. Habib Idrus Al Habsyi dalam kesempatan itu mengingatkan kepada Jamaah untuk menggapai kebahagiaan dengan jalan iman dan istiqomah. "Karena orang yang punya Iman, termasuk orang yang bahagia. Orang yang punya ilmu, tapi tidak punya iman, pasti hidupnya tidak bahagia," kata Habib Idrus Al-Habsyi.
Dilanjutkan, Iman yang meresap ke hati ini merupakan iman haq, yakni iman yakni mengamalkan apa yang diucapkan.Setelah mencapai iman haq, akan meningkatlagi menjadi iman ma'rifat yakni melakukan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasululullah Muhammad SAW serta menjauhi segala larangannya.
“Iman Ma'rifat ini di bisa ditempuh dengan jalan banyak berdzikir sehing
ga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT,” lanjut Habib Idrus. Tepat dinihari acara pengajian akbar ini ditutup dengan doa oleh Habib Idrus bin Jakfar Al-Habsyi dari Ajibarang, Banyumas.
Pagi harinya, Selasa (1 Maret 2011) rangkaian Haul khusus untuk jama’ah perempuan (pengajia kaum ibu) dengan pembicara utama Hj Aminah Karim dan ditutup doa oleh Nyai Hj Muhsin. Dan siang harinya diadakan ta’aruf sekaligus silaturahim antara ikhwan dan akhwat thariqah yang pengajiannya dipandu langsung oleh Kyai Isya Anshari. (***)
Aji Setiawan, Purbalingga

1 komentar:

ahmad badrudin mengatakan...

alhamdulillah semoga up load di situs ini bisa bermanfaat untuk trus syi'ar kedepan,,,,mohon truskan langkah up load seperti ini...