Sabtu, 14 September 2013

MT Riyadus Sholihin : Supaya Dapat Rahmat dan Berkah Allah SWT







Bacaan Maulid Simthud Durar bersenadung berpadu diiringi lantunan shalawat penuh kerinduan kepada junjungan agung Nabi Besar Muhammad SAW berkumandang dari grup rebana Majlis Taklim Riyadhus Sholihin Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga-Jawa Tengah.

Jumat Kliwon pagi itu, 13 September 2013 atau bertepatan 7 Zulqaidah 1434, jamaah rutin Maulid Simthud Duror Majlis Taklim Riyadus Sholihin mengadakan acara maulid Nabi Muhammad SAW, Simthud Durar, sebuah kitab kecil maha karya Habib Ali bin Muhammad Husein Al Habsyi.
Acara rutinan jama’ah Simthud Durar Majlis Taklim Riyadus Sholihin tidak saja tersebar di kabupaten Purbalingga saja sejak tahun 1990-an, namun sudah menyebar ke Kabupaten tetangga seperti Banjarnegara, Banyumas, Wonosobo bahkan Cilacap.
Jamaah tidak hanya didominasi oleh kalangan muda saja, namun juga oleh bapak-bapak dan ibu-ibu bahkan anak-anak kecil ikut larut dalam senandung shalawat bersama. Acara inirutin digelar tiap Jum’at Kliwon oleh Shohibu Bayt yakni Habib Ali bin Umar Al Qithban yang juga adalah pengasuh Majlis Taklim Riyadus Sholihin.
Acara yang digelar tiap Jumat dan Selasa pagi ini menjadi ajang silaurahmi antar ulama, habaib dan jamaah yang ada di sekitar kab Purbalingga. Selepas pembacaan maulid Simthud Durar yang dibaca secara estafet oleh para Habaib, acara bersambung dengan Kalam Ilahy oleh Ustadz Abdul Haris yang berlanjut dengan sambutan dari Habib Ahmad bin Ja’far Al Habsyi dari kota Wonosobo mewakili tuan rumah.
Kebetulan Habib Ali bin Umar Al Qithban saat itu akan memberangkatkan istri dan salah satu anaknya berangkat Haji, sehingga dalam sambutannya, Habib Ahmad bin Ja’far meminta pada jama’ah yang hadir untuk mendoa’kan istri Habib Ali bin Umar Al Qithban untuk melaksanakan panggilan Allah SWT pada bulan ini ke baitullah (Ka’bah) dengan aman dan pulang mendapat predikat haji yang mabrur.
Selepas sambutan dari Habib Ahmad bin Ja’far Al Habsyi, pembicara utama yang ditunggu-tunggu KH Zuhrul Anam yang juga pengasuh Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamy, Leler, Krandegan, Banyumas menyampaikan ceramah utama.
Dalam muidzah hasanah yang disampaikan dengan santai itu selain mengungkap pentingnya majlis-majlis pengajian majlis ilmu dan maulid.
KH Zuhrul Anam menyatakan rasa syukur kepada Allah karena kita berharap mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Allah SWT dalam mempunyai nafahat (kemuliaan) yakni syaraful jaman (kemuliaan waktu), saraful makan (kemuliaan tempat) dan syaraful ahyan (kemuliaan orang-orang yang mulia).
Karena kita khusnudhan kita perbanyak kepada Allah SWT, karena waktu kemuliaan terdapat pada kemuliaan waktu yang mustajab , terutama waktu hari Jumat. Karena pada waktu hari ini hari Jumat, maka kita tingkatkan dengan ibadah dengan membaca Al Qur’an, shalat sunnah, dzikir dan bershalawat agar mendapat nafahat dan dihujani guyuran Rahmat Allah SWT.
Kedua, ada kemuliaan tempat (syaraful makan).Kita tadi banyak membaca shalawat kepada Allah SWT sehingga kita berharap mendapatkan nafahat pada tempat seperti ini yang banyak dibacakan asma Allah SWT dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Di mana di tempat ini kita juga banyak mengingat dan memuji Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ketika syaraful ahyan, yakni kemuliaan pada orang-orang yang mulia. Seperti Zuriyyah (keturunan) junjungan Nabi Muhammad SAW. Kita tidak saja memandang fisik lahir (dhohir) namun juga rikhlatul qalbi, meraih perjalanan hati agar mendapat nikmat, ta’dhim , mahabah, ikhtirom kepada Nabi Muhammad SAW.
Karenanya kita harus bersyukur kepada Allah SWT agar kita mendapat keberkahan dan rahmat Allah SWT pada majlis shalawat seperti yang kita lakukan sekarang ini,” lanjut KH Zuhrul Anam.
Saya pernah mendengar Bapak saya bercerita, suatu waktu bapak saya (KH Hisyam Zuhdi) pernah bertemu Gus Malik bin Syaikh Ihsan Jampes (Kediri) yang dilihat bapak saya adalah abah dari Gus Malik, yakni Syaikh Ihsan Jampes, namun adalah orang di belakang nya yakni Syaikh Ihsan Dahlan Jampes (Kediri). Jadi yang dilihat oleh bapak saya fisik ( rihlatul ruh) , bashiroh (tatapan mata) bukan Gus Malik, namun rikhlatul qalbi dengan Syaikh Ihsan Jampes.
Ibadah diterima tidak seutuhnya Allah SWT. Seperti shalat lima waktu ada yagn diterima 1/8, 1/9 bahkan 1/10 saja oleh Allah SWT. Demikian orang haji juga begitu tidak saja haji secara jasad dan ruh, tapi juga hatinya. Orang yang alim dikatakan banyak ilmu tapi sombong di hadapan Allah SWT kalah mulia (qabul) oleh orang yang sedikit ilmu namun hatinya masih merasa merasa kotor , asor (rendah hati), banyak dosa dan jelek di hadapan Allah SWT dengan berharap ibadah kita bisa diterima Allah SWT.
Rasulullah SAW sangat menyayangi orang-orang yang merasa hina (berdosa) di hadapan Allah SWT, sehingga kita pun agar berharap mendapat Rahmat Allah SWT,” lanjut Gus Anam.
Ia lalu mengisahkan perjalanan hajinya ke Mekkah saat berangkat haji pada tahun 2003 bersama KH Maemoen Zubair (Sarang, Rembang). “Karenanya kita harus merasa butuh dengan Rasulullah SAW, agar ibadah kita bisa diterima Allah SWT.”
Deikian dengan ibadah haji saat kita berziarah ke Ka’bah di Mekkah dan makam Rasulullah SAW di Madinah, kita berharap tidak saja ziarah ke baitullah dan makam Rasulullah SAW secara dhohir (fisik) namun juga menghayati dan merasakan kehadiran Nabi Muhammad SAW (rikhlatul qalbi).
Jamaah tidak beranjak dari tempat duduknya, sampai akhir acara. Selepas ditutup doa maulid oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban, jamaah dijamu dengan makan nasi kebuli bersama. (***) Aji Setiawan

Tidak ada komentar: