Rabu, 09 Oktober 2013

Membumikan Shalawat Bersama Rukun Rencang




Senin sore itu puluhan muda mudi yang notabene adalah kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta duduk melingkar sembari membaca Ratib Hadad. Memang setiap senin sore Paguyuban Seni Rukun Rencang membiasakan membaca ratib ini untuk membentengi jamaah dengan iman dan takwa. Selepas membaca Ratib Hadad, seorang ustadz kemudian memberikan tausyiah singkat seputar keislmaan.
Paguyuban Seni Rukun Rencang memiliki pengalaman sejarah yang cukup dinamis dan berliku meskipun masih berusia muda. Group nasyid Rukun Rencang berdiri pada tanggal 6 Februari 2000 di basecamp Gandok, Tambakan, Jl. Kaliurang km 9.2, Sleman Yogyakarta.
Cikal bakal berdirinya Rukun Rencang sebenarnya sudah ada sejak bulan Agustus tahun 1999, tepatnya sebelum kegiatan Pekan Ta’aruf (nama kegiatan seperti halnya ospek kampus), Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII)  tahun 1999. Awalnya group rukun rencang ini terdiri dari Mochamad Maruly Syarief (Aroel), Aji Setiawan (Mas Aji), Izzad Sofyan Amrullah, Denny Fitanto, Kholid Haryono (Oon), Nandang Gumelar dan Agham Satria Pristiwadji.
Rukun Rencang berdiri hanya dengan bermodalkan keinginan, kemauan, keikhlasan dan alat seadanya. Beberapa orang mencoba untuk menentramkan dan menyejukkan hati ini dengan bershalawat. Orang-orang yang notabene menjadi aktivis di kampus FTI UII ini merasa berubah suasana hatinya setelah melantunkan shawalat.
Alat-alat yang digunakan sebagai media bershalawat pada saat itu pun menggunakan alat-alat seadanya, seperti ember, tembok dan alat-alat lain yang bisa menimbulkan bunyi. Saat itu pun tidak ada perhatian dari lingkungan kampus dan bahkan dianggap ‘kurang kerjaan’.
Dengan kemauan tersebut maka cikal bakal dari Rukun Rencang tersebut memberanikan diri untuk mengajak bershalawat secara terbuka pada mahasiswa baru FTI UII secara khusus dan masyarakat kampus secara umum, pada acara Pekan Ta’aruf, FTI UII bulan September tahun 1999.
Setelah pementasan yang pertama kali di dalam kampus FTI UII, selang beberapa minggu, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 1999, group nasyid FTI UII (nama awal dari Rukun Rencang) mendapat undangan dari Fakultas Hukum, UII untuk mengisi acara pentas seni dalam rangka merayakan malam Lailatul Qodar. Mulai dari sinilah group nasyid FTI UII yang saat itu belum memiliki nama mulai dikenal di luar lingkungan kampus FTI UII.
Dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan group nasyid FTI UII ini mengajak saudara-saudaranya yang gemar bershalawat untuk bersama-sama mengkumandangkan shalawat.
Pada tanggal 6 Februari 2000 beberapa personel group nasyid FTI UII yang terdiri dari Mochamad Maruly Syarief (Aroel), Izzad Sofyan Amrullah, Denny Fitanto, Kholid Haryono (Oon), Nandang Gumelar, Agham Satria Pristiwadji, ditambah beberapa personel baru yaitu Waskito Sukarno (Itho), Hendro Handoko, Wiratno (Ciwir), Teuku Reza Pahlevi (Reza), Eva Desi, Ricca Laila Rosemeilia (Icca), yang menginginkan shalawat lebih membumi dan tidak terkesan eksklusif. Saat itu pula diproklamirkan berdirinya Group Nasyid Alternatif Rukun Rencang dengan visi  “Kita Bersama Menjadi Umat Muhammad saw” dan misi  “Bersama Kita Membumikan Shalawat”.
Nama “Rukun Rencang” diambil dari bahasa Jawa yang artinya teman-teman yang selalu rukun. Nama tersebut diberikan oleh ibunda dari salah satu pendiri Rukun Rencang – Agham Satria Pristiwadji.
Regenerasi
Selama kurang lebih satu tahun eksis, Rukun Rencang yang para anggotanya adalah mahasiswa tingkat akhir FTI UII memiliki keinginan untuk mencoba mencari kader yang nantinya akan menjadi penerus Rukun Rencang dalam membumikan shalawat.
Sekitar pertengahan bulan Mei tahun 2001, Rukun Rencang membuka pendaftaran untuk anggota baru. Pada waktu itu pendaftaran dibuka untuk mahasiswa FTI UII saja, namun tidak menutup kemungkinan apabila dikemudian hari anggotanya tidak hanya mahasiswa FTI UII saja.
Dalam jangka waktu satu minggu terdapat 40 mahasiswa yang antusias mendaftarkan diri menjadi anggota Rukun Rencang. Dari situ timbul keinginan dari beberapa ersonel Rukun Rencang untuk membuat sebuah paguyuban untuk menampung semua aspirasi dari para anggota.
Tanggal 1 Juli 2001 pukul 15.10 wib di Wisma Kaliurang, telah dideklarasikan berdirinya Paguyuban Seni Rukun Rencang, Yogyakarta, dengan jumlah anggota kurang lebih 65 orang. Berawal dari situ lah maka Paguyuban Seni Rukun Rencang bertekad dan berikhtiar untuk tetap membumikan shalawat dengan menggunakan musik sebagai medianya.
Rukun Rencang merupakan sebuah komunitas seni yang didirikan untuk membina kerukunan atau ukhuwah antara sesama anggotanya. Pemilihan bentuk paguyuban sebagai wadah untuk mengekspresikan diri dikarenakan sistem birokrasi yang dimiliki oleh organisasi yang dinilai terlalu bertele-tele dan tidak efektif waktu.
“Suatu kreativitas, lebih-lebih kreativitas seni akan susah dikembangkan apabila terkurung oleh aturan-aturan yang menghambatnya, dari sisi waktu,” lanjut Maruli Syarief.
Paguyuban. dalam arti katanya, paguyuban bisa diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan orang-orang yang sepaham untuk membina persatuan atau kerukunan di antara para anggota. Rukun Rencang merupakan suatu aktivitas mahasiswa kampus yang ingin guyub  dan berkreasi seni dalam koridor shalawat. Secara otomatis dengan dipilihnya bentuk paguyuban inilah aturan-aturan yang ditetapkan oleh para pendiri bersifat lebih humanis, bebas, tidak ingin merasa terbatasi oleh birokrasi yang berbelit-belit.
Semangat
“Seperti halnya organisasi yang memiliki Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Rukun Rencang yang berbentuk paguyuban juga memiliki hal yang mirip, hanya saja penyebutannya bukan AD/ART, tetapi diganti dengan nama lain yaitu : Semangat,” kata Mohammad Maruli Syarief ,salah satu sesepuh Rukun Rencang Yogyakarta.
Kembali ke khitah, inilah sebutan untuk proses mengembalikan budaya-budaya yang telah dimunculkan oleh para pendiri paguyuban Rukun Rencang. Budaya silaturahim, budaya saling menghargai, budaya bekerja dengan niat ibadah, budaya berkreativitas dimana kesemuanya merupakan budaya yang tidak lekang oleh jaman dan masih relevan ketika dijalankan untuk masa yang panjang. Budaya-budaya seperti itulah yang akan mendukung para anggota paguyuban untuk memupuk diri dalam mendapatkan nilai-nilai manusia yang tidak diajarkan di bangku perkuliahan.
Para anggota paguyuban yang terdiri dari berbagai suku dari berbagai penjuru di Indonesia ini menyatukan dan meleburkan diri di dalam paguyuban. Interaksi di dalamnya bukan merupakan interaksi yang kaku dan formal. Tetapi lebih interaksi yang melibatkan emosional dan bersifat persaudaraan dan kekeluargaan.
Bentuk perhatian satu sama lain antar anggota membuat kondisi dalam paguyuban terasa hangat seperti halnya sebuah keluarga. Ketika salah seorang dari anggota mendapatkan musibah, maka hampir semua anggota paguyuban mengetahui kondisi tersebut. Dan informasi yang bergulir sangat cepat. Segala bentuk perhatian, seperti mendatanginya, atau sekedar mengirimkan pesan singkat sms sebagai bentuk perhatian, hal ini menjadi budaya yang indah dalam suatu komunitas. Kehangatan dan perhatian ini adalah suatu hal yang mudah dan biasa, tetapi menimbulkan efek yang luar biasa dalam diri pribadi anggota paguyuban. Dan kondisi-kondisi seperti itulah dimana anggota paguyuban belum pernah mendapatkannya di komunitas lain.
Budaya mengirimkan doa untuk anggota yang sedang tertimpa musibah merupakan budaya yang jarang ditemui di komunitas-komunitas lain. Sebuah budaya yang sederhana namun istiqomah inilah yang melahirkan manusia-manusia yang loyal dan menjadi militan, serta memiliki rasa kepemilikan yang besar terhadap paguyuban.
Bisa disebut juga bahwa paguyuban ini sebagai tempat rehabilitasi bagi orang-orang yang ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik. Berubah dan berpindah dari kehidupan yang kelam, menjadi kehidupan yang indah dan diridhoi.
Metode-metode dakwah yang diterapkan merupakan metode yang dibutuhkan oleh orang-orang yang jauh dari agama. Hal ini didukung oleh bentuk paguyuban yang tidak kaku dan menurunkan sifat ke-egoisan antar anggota paguyuban. Sebuah cara berdakwah secara bertahap, berproses dan istiqomah. Karena manusia berubah memerlukan sebuah proses. Bukan sebuah penghakiman atas dirinya yang pernah melakukan kesalahan.


Seumur Hidup
“Ada sebuah keistimewaan lain yang terdapat dalam paguyuban ini, yaitu sifat keanggotaan paguyuban yang ‘seumur hidup’. Tidak ada istilah alumni atau keluar dari paguyuban seni Rukun Rencang. Ketika menjadi anggota paguyuban, maka secara otomatis dirinya menjadi anggota Rukun Rencang. Sampai kapanpun, “ Tebe, salah satu personel grup Rukun Rencang kepada alKisah baru-baru ini.
Karena anggota paguyuban ini semakin hari semakin bertambah, maka cara untuk menjaga hubungan silaturahmi menjadi titik fokus dan pemikiran, karena jarak yang jauh memisahkan ketika anggota paguyuban tersebar di penjuru daerah.
Dengan adanya sifat keanggotaan yang seumur hidup inilah para anggota yang pasif beraktivitas di paguyuban menjadi tidak sungkan lagi untuk kembali mengakrabkan diri ke paguyuban.
Komunikasi masih terjalin antara para anggota paguyuban baik yang aktif mengurus paguyuban dengan yang telah pasif, karena jarak yang jauh memisahkan. Tetapi jarak yang jauh bukan kendala bagi mereka. Komunikasi melalui email, website, sms, telepon, chatting, dan bahkan surat menjadi hal yang biasa digunakan untuk mempertahankan silaturahim yang telah ada. Kehangatan kekeluargaan. Kasih sayang. Perhatian. Rasa rindu. Ataupun sekedar mencari informasi terkait paguyuban, menjadikan paguyuban seni Rukun Rencang sebuah rumah kedua bagi mereka.
Kegiatan rutin lain selain ratiban tiap hari senin, Grup Rukun rencang Yogyakarta juga aktif mengikuti festival budaya yang ada di Yogyakarta, seperti FKY (Festival Kesenian Yogyakarta), Festival Musik Se-DIY, tentu saja aktif di kegiatan-kegiatan kampus di UII sendiri. Selain itu juga Rukun rencang menerima tawaran show dari berbagai even organiser seni yang ada di DIY bahkan luar daerah, samapi termasuk untuk mengisi hiburan acara mantenan. Secara jadwal acara sudah sangat padat, kalau untuk mengisi acara, paling tidak harus booking waktu satu bulan sebelumnya.
Bagi pembaca yang ingin berkomunikasi dengan pengelola Rukun Rencang Yogyakarta bisa menghubungi melalui Email : rukunrencang@gmail.com, Phone : 0857.6620.8889, FB : Facebook RR, Twit : @rukunrencang.
Khusus bulan Maulid, Rukun Rencang menyelenggarakan acara maulidan secara besar-besaran tiap tahun. Beberapa waktu yang lalu pernah mengundang Habib Alwi bin Ali bin Alwi bin Ali bin Muhammad Husein Al Habsyi dan juga Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf dari Surakarta. Acara terakhir yang diisi Rukun Rencang adalah menjadi musik pendamping pada acara Damai Indonesiaku (TVOne) dan musik Religi di TVRI Yogyakarta (***) Aji Setiawan

Tidak ada komentar: