Minggu, 13 Oktober 2013

Ada TUHAN di balik skenario Manusia


Setelah berpuluh tahun aku menghilang. Aku kini menentukan jalan hidupku di samping aku berusaha menemuhi sekedar dari jadwal dan skenario manusia, sekedar memenuhi hajat dan kebutuhanku. Kalau aku menyerah, karena aku sudah terlalu lelah. Maka aku tidur.
Engkau mengajakku berkelana. Aku mencari apa sih? Uang? Pangkat? Wanita? Tahta? Semua menggodaku untuk aku tampik dalam Rahasia Nya yang kupenuhi dalam didihan dadaku itu adalah Titipan Nya dan Rahasia Nya.
Aku tidak akan memenuhi skenario manusia mana pun, toh aku pun menskenariokan diri sendiri, patah oleh skenario agung Nya. Bukan berarti aku lari dari ikhtiar. Ikhtiar harus, agar dapur tetap mengebul. Tawakal perlu agar lebih mantap dan bergantung pada yang azali. Ikhtiyat perlu agar tidak terlepas dari takdir dan Takdir harus dipastikan, agar ketidakbernentuan menjadi certainely , menjadi kepastian dalam kehidupan.
Demikian alur kita hidup, tidak sekedar mengalir, tapi bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik lebih hidup dan lebih bergairah.
Himmah, ghiroh, apa semangat apalah apa pun nama nya akan berujung pada karunia, rahmat, taufik dan jalan keselamatan yang kita cari. Tapi yang lebih dicari adalah jalan keselamatan. Apa yang perlu diselamatkan?
Rumah tangga mu..
Rumah tangga saya?

Inikah mungkin rahasia Nya yang dititipkan pada hamba-hamba yang hina dina ini, sehingga engkau harus selalu tak usahlah khawatir dengan nasibku. Engkau harus tegar menatapku. Engkau harus tegel melepasku.
Karena aku tidak seperti yang dulu. Tidak sami mawon..itu saja. Kalau masih seperti yang dulu, nanti engkau bisa bernyanyi, "engkau masih seperti yang dulu...Dulu begitu, sekarang begini...engkau begini, aku begitu..he2 hayo tiru sapa hayoh? ngakak co, tiru Yai KH Anwar Zahid.

Jadi , skenario saya simple. sekali menghilang jelas tempat berpijaknya. Jelas bojo nya, jodohku masih seperti dahulu. Menawarkan sesuatu yang berbeda agar kehidupan ini lebih bermakna dan berdaya guna. Bangunlah nak, dik..Tidurmu sudah terlampau cukup, energi tenaga mu saat ini sangat diperlukan bangsa ini. Disamping tentu saja, engkau harus memperbaiki sangkan paran dan panggon, dapur rumah tanggamu. Engkau harus kenyang dulu, baru bisa berjuang. Ndak ada lara lapa sekarang, karena lara lapa hanya untuk orang-orang yang belum merdiko. Kita bangsa yang merdeka, harus mensyukuri kemerdekaan ini dengan hari-hari yang berguna, bermanfaat bagi banyak orang.

Pengabdian harus dicukupkan, harus dimaterialkan dengan pemenuhan primer, apa yang menjadi kebutuhan pokok hidup, sandang pangan papan. Begitu tiga trend hidupmu sudah dicukupkan, engkau menjadi kaya lahir dan batin. Tinggal engkau kebutuhan tersier, yang lebih mewah lagi dikejar...Selamat bekerja!




Aji Setiawan

Tidak ada komentar: