Selasa, 05 Juni 2012

Ponpes Darussalam Purbalingga


Ponpes Benteng Ahlussunnah Waljamaah Purbalingga Timur

Pondok Pesantren ini terletak di dusun Kembaran Desa Cipawon Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah . Kini marak dengan kegiatan kepesantrenan sebagai benteng yang kuat atas ajaran Islam Ahlussunah Wal Jamaah

Pondok pesantren ini terletak di wilayah timur Kabupaten Purbalingga. Kurang lebih lima belas kilometer dari Kota Purbalingga. Dari Kecamatan Bukateja orang yang akan berkunjung atau mondok ke Pondok pesantren ini cukup naik becak atau naik angkutan pedesaan dari Kecamatan Bukateja, sekitar 3 kilometer arah timur dari kecamatan Bukateja. Pondok Pesantren ini terletak di dusun Kembaran Desa Cipawon Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah . Kini marak dengan kegiatan kepesantrenan sebagai benteng yang kuat atas ajaran Islam Ahlussunah Wal Jamaah
Awal mula berdirinya pondok pesantren Darussalam ini terinsipirasi oleh pesan dan perintah dari sang guru besar Al maghfurlah KH Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur pengasuh pondok pesantren Darussalam, Blok Agung, Banyuwangi, Jawa Timur kepada KH Abdul Ghofur Arifin, untuk mendirikan sebuah pesantren,”lhe, nak wes mulih gaweo tenger, ora usah kuwatir, coro endok kowe iseh tak angremi, nak wes wayae mesti netes”. Begitulah pesan beliau kepada sang murid yang kebetulan menjadi khadamnya selama bertahun-tahun sehingga banyak mendapatkan pelajaran khusus dan pesan-pesan penuh makna secara langsung.
Berbekal pesan-pesan dan timbaan ilmu dari sang guru, Sepulangnya dari pesantren KH Abdul Ghofur Arifin mulai mendirikan sebuah majlis taklim untuk kalangan muslimat setempat pada tahun 1983. Lambat laun majelis taklim itu semakin berkembang dan banyak diminati oleh masyarakat sekitar bahkan santri dari luar daerah mulai berdatangan sehingga setahun kemudian didirikanlah pondok pesantren yang dinamai Darul Muttaqin.
Selang satu tahun kemudian sang guru KH. Mukhtar Syafaat berkunjung dan memerintahkan agar pondok pesantren yang baru di rintis itu diganti namanya dengan Darussalam, lhe, manuto aku wae insyaallah berkah”, begitulah pesan KH Mukhtaar Syafaat Abdul Ghofur.
Dengan acuan pesan singkat beliau, KH. Arifin Abdul Ghofur lantas mempunyai cita-cita besar agar nantinya Pondok Pesantren Darussalam kembaran, Cipawon dapat berkembang seperti halnya Pondok Pesantren Darussalam Blok Agung, Banyuwangi yang tidak hanya menjadi sebuah pesantren salaf saja akan tetapi dilengkapi dengan berbagai cabang pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat pada zaman sekarang. Mulai dari Taman Kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Karenanya secara garis besar pondok pesantren ini akan diarahkan seperti pondok Darussalam Blok Agung.
Akan tetapi karena keterbatasan sarana dan prasarana KH. Arifin Abdul Ghofur baru dapat mewujudkan sebagiannya yaitu Pondok Pesantren salaf murni, Pondok Tahfidl Alqur'an dan Taman Pendidikan Alqur'an.


Jenjang Pendidikan
Fardlu 'ain bagi seorang muslim mengetahui hukum-hukum islam, mengetahui apa yang akan dan harus ia lakukan, mengetahui hal-hal yang secara normal ia akan terbentur atau terpaksa harus melakukan serta mengetahui pula hal-hal yang bisa merusak akidah dan amal ibadahnya. Sedangkan secara fardlu kifayah harus ada orang yang mendalami dan menguasai ilmu agama hingga dapat dijadikan rujukan pertanyaan sekaligus dapat membimbing yang membutuhkannya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa realita santri pondok pesantren tradisional waktu belajarnya fariatif mulai yang sampai puluhan tahun hingga hanya setahun atau beberapa bulan saja.
Dengan pertimbangan realita tersebut, pondok pesantren Darussalam membagi jenjang pendidikan menjadi ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, Aliyyah dan Musyawirin.
Sedangkan untuk memudahkan dalam pengaturan pendidikan santri. Setiap calon santri diharapkan memilih sesuai dengan taraf pendidikan yang sudah ditempuh. Namun bagi para santri baru, mereka harus masuk jenjang pendidikan ibtidaiyah (sifir).
Jenjang pendidikan Ibtidaiyyah ini ditempuh selama 4 tahun. Dimaksudkan untuk membuat pondasi agar terjadi kesinambungan belajar bagi santri yang meneruskan pendidikannya ke jenjang berikutnya, sekaligus mencetak kader muslim awam yang terampil atau aktif bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Dengan kata lain, siswa jenjang ini ditargetkan siap melangkah kejenjang berikutnya dan diharuskan sudah bisa memahami dengan betul cara beribadah dan bisa melakukannya dengan benar juga tau mana yang wajib, sunnah, mubah dan haram yang berarti pula telah terpenuhi kewajiban tholabul ilmi fardlu 'ainnya.
Lepas pendidikan ibdtidaiyah, santri bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan Tsanawiyah. Jenjang Tsanawiyah ini ditempuh selama tiga tahun. Disamping sebagai pondasi untuk jenjang berikutnya, targetnya adalah mencetak siswa agar mampu menjadi guru dan pimpinan daerahnya masing-masing jika tidak meneruskan ke jenjang berikutnya. Untuk memenuhi target tersebut, siswa diupayakan agar memahami semua bidang ilmu agama yang ada dan mampu memahami kitab-kitab salaf dengan hanya sedikit ada ketergantungan kepada orang lain.
Siswa jenjang Tsanawiyah ini juga ditargetkan mengerti hukum Islam, baik ubudiyyah atau muamalah yang kerap muncul atau terjadi dalam masyarakat luas. Untuk mengatur system pendidikan jenjang ini haruslah meliputi pendidikan dasar dari semua bidang, pengertian semua hukum yang berkaitan dengan prilaku dan kebudayaan masyarakat, pengertian hakikat ahlussunnah wal jamaah serta sedikit pengenalan semua aliran agama atau sekte yang ada di Indonesia.
Jenjang Aliyah bisa ditempuh selama tiga tahun. Siswa jenjang pendidikan ini diupayakan mampu menjadi rujukan siswa jenjang sebelumnya, memahami dengan benar ilmu alat, betul-betul memahami hukum dan mampu menjawab masalah-masalah waqiiyyah ataupun yang jarang terjadi bahkan masalah-masalah yang mungkin belum diterangkan oleh ulama salaf secara shorih/jelas serta mampu mempertahankan paham ahlussunnah sekaligus dapat mengcounter paham-paham lain yang tidak sesuai. Untuk itu pelajaran ‘gramar’ dan ilmu alat bahasa Arab sangat di tekankan dalam jenjang ini dan untuk hasil yang optimal selapas jenjang ini santri diupayakan memperdalam fiqhnya dengan masuk ke Jamiyyah Musyawarah Riyadluttolabah”
Pondok pesantren juga dilengkapi dengan kajian ilmu tasawwuf yang diajarkan langsung oleh pengasuh pondok pesantren dengan menggunakan kitab ihya' ulumuddin. Pengajian ini dimaksudkan agar berimbang antara ilmu dlohir dan batin seperti wejangan beliau "ojo ngasi kelemon ilmu njobone". Karenanya dipondok pesantren ini, santri juga dilatih mendekatkan diri dengan qiyamullail dan mujahadah bahkan kebanyakan santri juga melakukan rialat.
Sebelum memulai aktifitasnya, pada setiap harinya santri terlebih dahulu digembleng dengan ta'limul muta'allim yang diajarkan langsung oleh pengasuh pondok pesantren. Hal ini diantara maksudnya agar santri senantiasa lurus niatnya dan dapat menjunjung tinggi ilmu yang akan dipelajari dan guru yang menyampaikannya.
Selain itu semua, pondok pesantren juga sangat memperhatikan bacaan Al-Qur'an para santrinya maka dibentuklah lembaga pendidikan qiroat Al-Qur'an. Lembaga ini khusus menangani Al-Qur'an dari tingkat kanak-kanak sampai dewasa baik binnadlor ataupun bilghoib. Kitab-kitab yang diajarkan adalah kitab yang menggunakan madzhab Imam Hafsh 'an 'Ashim sampai dengan imam/ Qurro' 'asyaroh yang lain.
Untuk menambah bobot pengajian dalam pelajaran juga masih ada pengajian yang diberikan oleh santri senior yang sudah mampu, waktu yang dipergunakan adalah celah-celah diantara kegiatan para santri. Semua sistem yang dipergunakan adalah model bandongan, yakni guru membaca kitab, para santri kemudian memberi makna gandul (bahasa kromo) atau sorogan yakni membaca kitab gundulan beserta i'rob yang di bimbing oleh santri senior.
Selain kegiatan wajib, para santri juga dianjurkan untuk mengikuti aktivitas lain yang menambah wawasan dan pengetahuan santri, seperti; baca Tahlil dan Yasin, muhafadzah, dhi’baiyah, khitobah, bahtsul masa’il, seni membaca alqur'an dan lain-lain.
Disamping itu untuk bekal santri setelah mukim ke kampung halaman masing masing, santri juga di bekali dengan ketrampilan bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertukangan, komputer dan lain-lain dengan harapan agar nantinya santri bisa hidup mandiri setelah kembali ke masyarakat. Sampai saat ini pesantren ini telah mendidik kurang lebih sekitar 1700 alumni yang berkiprah di tengah masyarakat luas dalam bidang agama, sosial dan di pemerintahan.
Tidak sebagaimana sekolah atau universitas yang memakai kalender Masehi sebagai patokan dalam memulai aktivitas belajar. Di pesantren ini memakai patokan tahun Hijriah baik untuk pendidikan madrasah maupun pondok. Semua kegiatan aktif mulai pertengahan bulan Syawal. Ujian pertengahan tahun dilaksanakan pada awal bulan Rabiul Awal (Maulud). Setelah ujian selesai, para santri memperoleh libur selama 1 minggu, biasanya waktu libur itu dipergunakan untuk menengok keluarga di kampung halaman masing-masing santri.
Sedangkan ujian akhir diadakan pada bulan Rajab. Seluruh rangkaian kegiatan belajar santri kemudian ditutup dengan acara Haflatus Tasyakur (acara tutup tahun). Ketika memasuki bulan Ramadhan, pondok ini juga menyelenggarakan pesantren kilat (pasaran/puasanan) yang terbuka untuk santri dan masyarakat umum.
Saat ini di Ponpes Darussalam juga dibuka program Tahfidz Al Qur’an atau istilah lainnya menghafal Al Qur’an. Jenjang pendidikannya dibagi menjadi 3 bagian yakni program Tahfidz, Taqwiyah dan Tashih.
Jenjang program tahfidz ditempuh selama 3 (tiga) tahun dengan target setiap tahunnya 10 juz dengan harapan hafalan yang lumayan kuat setelah selesai tahfidl hingga 30 juz. System hafalannya lebih menitik beratkan taqwiyyah daripada menambah hafalan dengan cara membatasi hafalan maksimal satu lembar dan mewajibkan santri untuk mengulang 2 setoran terakhir, tadarrus bersama minimal masing-masing satu maqra' dan mengulang satu hizb sebelum menambah hafalan kepada ustadz. Santri yang masuk program ini diharuskan telah khatam alqur'an binnadlor dan telah selesai pendidikan ibtidiyyah.
Sedangkan program Taqwiyah ditempuh selama 2 tahun dengan target minimal telah hatam 30 juz selama 41 kali. Dan terakhir program Tashih ditempuh selama 3 bulan dengan rincian setiap harinya 1 juz.
Visi Pondok
Pondok Pesantren DARUSSALAM memiliki visi yang mendasar yaitu Generasi muslim yang mandiri dan berakhlakul karimah ", mengandung pengertian adanya usaha pembinaan generasi muslim dari lingkungan sekitar pada khususnya dan seluruh ummat muslim pada umumnya, agar mampu hidup bermasyarakat dengan berdasarkan keutuhan akhlaq islami, dan berpegang pada – Al Qur'an, Hadist dan ijtihad para 'ulama dalam nafas kehidupan sehari-hari.
Bentuk-bentuk nyata dari visi tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan berbagai langkah. Pertama, menyiapkan santri untuk selalu bersungguh-sungguh dalam mengkaji dan belajar ilmu agama. Kedua, memotifasi dan membantu santri dalam menggali potensi diri sehingga dapat mengembangkan diri secara optimal. Ketiga, menumbuhkan penghayatan dalam diri santri akan pelaksanaan ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Keempat, membekali santri agar siap menghadapi tantangan zaman yang sering disebut globalisasi informasi. Kelima, menyediakan fasilitas yang memadai, lingkungan belajar yang nyaman, rapi, indah, dan representative.
Misi pondok pesantren yakni membangun semangat yang tinggi, membangun semangat belajar Agama Islam dan menghafal Al Quran, membangun semangat persaudaraan dan kejujuran, membangun semangat kemandirian.
Dalam dimensi filosofi, tujuan akhir PP. Darussalam adalah membentuk manusia muslim berakhlaqul karimah, berilmu, terampil, dan siap mensyiarkan ilmu dan memperjuangkan agama dan bangsanya.
Dengan berpedoman pada dimensi filosofis diatas, maka secara akademis tujuan-tujuan Ponpes Darussalam adalah : meningkatkan Pendidikan Pondok Pesantren; memberi santri ketrampilan yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya; Ketiga, memantapkan sikap perilaku dan nilai-nilai toleransi, kemandirian dan tanggung jawab ocial serta budi pekerti / berakhlaqul karimah; Keempat, membentuk keyakinan untuk mencapai yang lebih baik; Kelima, meningkatkan kecintaan kepada masyarakat sekitar pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Secara umum kondisi tenaga pendidik kompeten dalam bidang masing-masing. Akan tetapi kedisplinan mereka dalam mengajar masih kurang optimal mengingat mereka sukarela dalam mengajar sedangkan mayoritas pengajar telah berkeluarga. Hal ini terkadang menimbulkan anak didik sedikit terhambat perkembangan pendidikannya. Kondisi siswa/ siswi semangat dan antusias menerima pelajaran sesuai jadwal yang ditetapkan pondok pesantren walaupun sebagian dari mereka harus sedikit terganggu konsentrasinya karena mereka belajar dipondok pesantren tanpa sangu yang memadai, “ Kata KH Abdul Ghofur Arifin.

Tidak ada komentar: