Alhamdulillah,
segala puji hanya milik Allah SWT. Saat kita akan memasuki awal bulan Rajab
1432 H. Rajab adalah salah satu bulan istimewa dalam kalender islami. Kata
Rajab berasal dari kata at-tarjib, yang berarti "penghormatan"
(at-ta'zhim). Barangkali rahasia penamaan ini karena orang-orang Arab
mengkhususkannya dengan berbagai penghormatan.
Beribadah
di bulan Rajab memiliki ganjaran yang sangat besar, terutama dengan berpuasa
serta beristighfar dan bertaubat dari dosa-dosa. Dan malam pertama bulan Rajab
merupakan malam yang istimewa, sebab doa sangat besar kemungkinan diterimanya
di malam ini. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Ada lima malam ketika doa di
malam-malam itu tidak ditolak: malam pertama bulan Rajab, malam Nishfu Sya'ban,
malam Jum'at, malam `Idul Fithri, dan malam nahar (Idul Adha)."
Demikian
hadits yang disebutkan oleh As Suyuthi dalam Al-Jami' Ash Shaghir riwayat Ibnu
'Asakir dari Abu Umamah.
Bulan
Rajab merupakan awal rangkaian tiga bulan yang istimewa dan mulia, yaitu Rajab,
Sya`ban, dan Ramadhan. Hadits mengenai keutamaan ketiga bulan ini pun cukup
banyak. Di antaranya, "Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah Adapun
Sya`ban, itu adalah bulanku, sedang Ramadhan adalah bulan umatku."
(Disebutkan dalam Musnad Al Firdaus dari Anas bin Malik ra.)
Dengan
memasuki bulan Rajab, berarti saat-saat kedatangan bulan Ramadhan semakin
dekat. Agar nantinya kita dapat memanfaatkan bulan suci itu dengan sebaik-baiknya
dengan memperbanyak ibadah, persiapannya mesti dilakukan sejak jauh-jauh hari
sebelumnya, khususnya ketika memasuki bulan Rajab. Salah satu caranya adalah
dengan menyucikan diri dengan banyak beristighfar, memohon ampun kepada Allah.
Dan bulan Rajab memang salah satu saat yang terbaik untuk banyak beristighfar.
Bertaubat
dan memohon ampun memiliki berbagai manfaat dan keutamaan. Salah satunya adalah
memudahkan rizqi, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, "Banyak
memohon ampun dapat menarik (mendatangkan) rizqi." Sedangkan dalam ayat
Al-Quran dikatakan, "Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan kepadamu hujan lebat, dan
membanyakkan harta dan anakanakmu, dan mengadakan untukmu kebunkebun dan dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh: 10-12).
Rasulullah
SAW juga bersabda, "Perbanyaklah istighfar oleh kalian, karena, barang
siapa membanyakkannya, Allah akan memberinya kelapangan dari setiap kedukaan
dan kesedihan serta menganugerahinya rizqi yang tak disangka-sangka."
Dalam Sunan Abi Dawud dan Sunan Ibnu Majah terdapat hadits dari Ibnu Abbas, ia
mengatakan, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa merutinkan istighfar,
Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kelapangan dari
setiap kesedihan, dan memberinya rizqi yang tak diduga-duga."
Di
antara doa yang sangat baik untuk kita amalkan sepanjang bulan Rajab adalah doa
singkat berikut: Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'ban wa ballighnaa
ramadhan
"Ya Allah,
berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah
kami ke bulan Ramadhan."
Secara
etimologis, Rajab mengandung makna "kebesaran" atau
"kemuliaan". Bulan Rajab berarti bulan yang mengandung peristiwa
besar, dan sangat dimuliakan. Tak hanya masyarakat Arab pasca-Islam yang
menamai bulan ini Rajab. Zaman sebelum Islam diturunkan, masyarakat Jahiliyah
telah menamai bulan ini dengan nama itu. Mereka memuliakan bulan ini dengan
mengharamkan peperangan atau pertumpahan darah. Rasulullah SAW pun kemudian
menetapkan kebiasaan tersebut. Beliau mengharamkan pertumpahan darah di bulan
Rajab.
Oleh
karena itu, Rajab juga disebut Rajab al-Haram, karena termasuk salah satu di
antara empat bulan haram, yaitu bulan yang diharamkan melakukan peperangan di
dalamnya. Bulan-bulan tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan
Rajab.
Ia
juga dinamakan Rajab al-Fard, karena terpisah sendiri dari tiga bulan haram
lainnya yang berurutan dan berada pada lima bulan setelah bulan lainnya.
Nama
lain bulan Rajab adalah Rajab Mudhar. Dinamakan demikian karena suku Mudhar
sangat mengagungkan bulan ini dan amat menjaga kehormatannya.
Al-Hafizh
Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar Al-Asqalani menyebut nama lain bulan Rajab
dengan 18 nama. Yang terkenal adalah “Al-Ashamm” (yang tuli), karena tidak
terdengarnya gemerincing pedang yang saling beradu, disebabkan karena Rajab itu
termasuk bulan haram yang diharamkan adanya peperangan. Nama unik lainnya
"Munashil al-Asinnah"(keluamya gigi), dengan maksud makna senada
dengan nama pertama disebutkan, yakni anak panah besi yang dicopotkan seperti
mencabut gigi.
Nama
lainnya Al-Ashabb (limpahan), karena limpahan rahmat yang banyak diturunkan
pada bulan itu.
.
Keutamaan
Rajab termasuk dalam keumuman fadhilah bulan-bulan haram (Al-Asy-hur AI-Hurum),
sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah
adalah dua betas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumf, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertaqwa." (QS At-Tawbah: 36).
Perincian empat
bulan ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan AlBukhari dan Muslim, yakni
tiga bulan yang berurutan (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram), dan satu
bulan terpisah, yakni Rajab, yang terletak di antara bulan Jumadil Akhirah dan
Sya'ban.
Bulan Rajab
mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa bersejarah. Di antaranya hijrah
pertama dalam sejarah Islam, peristiwa Perang Tabuk, peristiwa Isra dan Mi'raj,
dan kelahiran ulama besar Imam Asy-Syafi'i.
Amaliyah di
Bulan Rajab
Selain sebagai
bulan Allah, sebagaimana disabdakan Rasulullah, ulama juga menyebut Rajab
sebagai bulan taubat atau bulan istighfar. Terutama pada malam pertama bulan
Rajab, yang disebut-sebut Rasulullah sebagai malam ketika doa tidak akan
tertolak.
Beliau bersabda
(yang artinya) :
“Ada lima malam
yang jika digunakan untuk berdoa tidak akan tertolak: malam pertama bulan
Rajab, malam pertengahan bulan (nishfu) Sya’ban, malam Jum’at, malam Idul
Fitri, dan malam Idul Adha.” (Imam Suyuthi dalam Al-Jami’ menyebutkan hadits
tersebut riwayat ibnu ‘Asakir dari Umamah RA).
Bacaan terbaik
di bulan Rajab adalah Sayyidul Istighfar, penghulu doa permohonan ampunan, atau
doa-doa taubat lain yang banyak terdapat dalam Al-Quran. Baik juga membaca
doa-doa permohonan ampunan yang diajarkan para sahabat Nabi dan ulama salaf
yang terdapat dalam kitab-kitab mu’tabar. Seperti Istighfar Syaikh Abdul Qadir
Jailani yang terdapat dalam kitab Al-Ghunyah, Istighfar Rajab-nya Sayyid Hasan
bin Abdullah Ba’alawi, dan shalawat taubat yang dikarang oleh Sayyidina Ali bin
Abi Thalib.
Biasanya para
ulama yang mengajarkan doa-doa taubat juga menerangkan keutamaannya. Syaikh
Abdul Hamid Al-Qudsi, seorang ulama yang mengajar di Masjidil Haram, misalnya,
dalam kitabnya, Kanzun Najah was Surur menjelaskan, bahwa Imam Wahb bin
Munabbih berkata : “Barang siapa membaca ‘Allahummaghfir li warhamni wa
tub’alayya, (Ya Allah ampunilah hamba, sayangi hamba, dan terimalah taubat
hamba) tujuh puluh kali pagi dan sore, tubuhnya tidak akan tersentuh api
neraka.”
Amaliah lain
yang dianjurkan di bulan Rajab adalah berpuasa. Paling sedikit satu hari, yakni
di hari pertama. Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia
lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah Al-Bahiliyah dari ayahnya ,
Rasulullah Bersabda,(yang artinya):
“Berpuasalah
kalian pada bulan-bulan haram atau tinggalkan (puasa).” (HR Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan Ahmad).
Sedangkan kita
sudah mengetahui bahwa Rajab termasuk bulan-bulan haram (Al Asyhurul Hurum).
Maka hadits tersebut diatas secara umum juga menunjukkan kesunnahan puasa di
bulan Rajab.
Diriwayatkan
pula dari Abu Qilabah, seorang pembesar Tabi’in, beliau berkata, “Di surga
terdapat sebuat istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang puasa di bulan
Rajab”. Perihal Abu Qilabah, Imajm Baihaqi berkata, “Beliau adalah pembesar
Tabi’in, tidaklah beliau menyampaikan sesuatu kecuali karena mendengar generasi
diatasnya (para sahabat)”.
Maka dari itu
tersebutlah beberapa ulama salaf yang melakukan puasa Rajab sebulan penuh
seperti Imam Abdullah bin Umar, Hasan Al Bashri, Abu Ishaq As Sabi’iy dan
lainnya.
Lain lagi
dengan Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Sa’id Al Anshori beliau tidak menyukai
berpuasa sebulan penuh dalam Rajab karena ada keterangan dari sahabat Abdullah
bin Abbas bahwa beliau tidak senang jika Rajab dipakai puasa sebulan penuh.
Oleh karenanya untuk menghindari hal tersebut, kata Imam Ahmad bin Hambal :
“Hendaknya seseorang tidak puasa satu atau dua hari di bulan Rajab”.
Hal ini rupanya
sejalan dengan pendapat Imam Asy Syafi’I, beliau berkata : “Aku tidak suka jika
seseorang berpuasa sebulan penuh seperti dia berpuasa Ramadhan. Alasannya
adalah jangan sampai perbuatannya tadi diikuti oleh masyarakat awam (yang
jahil) sehingga dikhawatirkan mereka akan menyangka bahwa hal itu hukumnya
wajib. Dan akan hilang kemakruhan mengkhususkan Rajab dengan puasa tersebut,
jika digabung dengan puasa sunnah lainnya, seperti berpuasa Rajab sebulan penuh
dan dilanjutkan dengan puasa Sya’ban. (maka yang demikian tidaklah makruh)”.
Hadist lainnya
diriwayatkan An-Nasa’i dan Abu Dawud, yang dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah,
“Usamah berkata pada Nabi SAW, ‘Wahai Rasulullah, saya tak melihat Baginda
melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang dalam bulan Sya’ban’.
Rasulullah
menjawab, “Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan
oleh kebanyakan orang.”
Menurut
Al-Syaukani, dalam kitab Naylul Authar bab puasa sunnah, ungkapan Nabi “Bulan
Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang sering dilupakan kebanyakan
orang” itu secara tersirat menunjukkan, pada bulan Rajab juga disunnahkan
melakukan puasa.
Hadist lain
yang menerangkan keutamaan bulan Rajab, antara lain, Imam Ath-Thabarani
meriwayatkan dari Sa’id bin Rasyid, Rasulullah SAW bersabda, (yang artinya):
“Barang siapa
berpuasa sehari di bulan Rajab, laksana ia puasa setahun. Bila berpuasa tujuh
hari, ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahannam. Bila berpuasa delapan hari,
dibukakan untuknya delapan pintu surga. Bila berpuasa 10 hari, Allah akan
mengabulkan semua permintaannya…”
Ada lagi
riwayat lain, “Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab,
airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barang
siapa berpuasa sehari pada bulan Rajab, ia akan dikaruniai kesempatan minum
dari sungai tersebut.”
Meski begitu,
menurut Imam Suyuthi dalam al-Haawi lil Fataawi, hampir semua hadist tentang
puasa Rajab tersebut berstatus Dha’if (kurang kuat). Akan tetapi hadits dha’if
sebagaimana disepakati Ulama ahli hadits, dapat digunakan untuk memotivasi diri
dalam fadhailul A’mal (mengerjakan amal-amal kebajikan), selagi tidak terlalu
berat ke-dha’ifan-nya atau tidak ada dalam sanadnya seorang rawi yang suka
berdusta atau dituduh suka berdusta.
Ada lagi satu
amaliyah yang hendaknya kita ikuti dari Rasulullah, yaitu berdoa di bulan Rajab
sebagaimana telah beliau ajarkan. Dari sahabat Anas bin Malik dia berkata,
Rasulullah Saw jika telah memasuki bulan Rajab beliau banyak berdoa: Allahumma
baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan (yang artinya : Ya Allah
berikanlah keberkahan buat kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami
pada bulan Ramadhan).
As Sayyid
Muhammad Alawi Al Maliki dalam kitabnya Dzikrayat wa Munasabat berkata, “
Hadits diatas adalah dalil dianjurkannya berdoa agar kita tetap hidup sehingga
mendapati saat atau waktu yang mulia agar dapat memantapkan amal soleh pada
waktu-waktu tersebutr. Sebab si mukmin tidak akan bertambah umurnya kecuali
amal kebaikannya pun ikut bertambah. Sedangkan menurut Rasulullah Saw
‘Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak kebajikan amalnya’.
Bahkan banyak dari salaf pendahulu kita mereka menginginkan agar meninggal
dunia, menghadap kepada Allah setelah melakukan amal soleh seperti puasa atau
sepulang dari Haji “.
Mudah-mudahan
kita semua diberkati di bulan mulia ini dan disampaikan kepada bulan-bulan
mulia berikutnya dalam keadaan sehat afiat, dilingkupi taufiq dan hidayah-Nya.
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar