Purbalingga,
NU
Online
Di tengah keprihatinan akan perpecahan dan suasana serba politik di tubuh NU, KH Dr M Abbas bin Fuad Hasyim Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, mengajak nahdliyin untuk membersihkan hati dengan jalan mengikuti thariqat.
Ajakan ini disampaikan kepada sekitar 5000 jamaah yang memadati pengajian akbar peringatan tahun baru 1435 Hijriah, Sabtu (24/11) malam, di pertigaan pasar Penican, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Kiai Abbas menilai, langkah ini merupakan cara untuk menghidupkan kembali NU. Apalagi, menurut dia, gaya rekrutmen pemimpin di NU belakangan ini mengandung lebih banyak mudarat bagi organisasi dan warga NU.
“Supaya kiai tenang, mari kita kembali ke bagian menata hati, yakni thariqat. Dengan wirid dan dzikir, taqarub kepada Allah SWT,” katanya sembari menyerukan jamaah untuk mengaktifkan kembali thariqat NU di Purbalingga.
Kiai Abbas juga menegaskan, negara-negara yang berbasis Ahlussunnah wal Jamaah di Timur Tengah banyak yang mengalami kehancuran. Sehingga, kebangkitan kembali NU sangat dibutuhkan di negeri ini. “Untuk apa? Untuk menampakan ukhuwwah (persaudaraan) Islam, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ ujarnya.
Selanjutnya, putra dari KH Fuad Hasyim Cirebon itu mengisahkan tentang hancurnya khalifah Dinasti Otsmaniyah di Othoman, Turki. Dimulai dengan digerogotinya wilayah Hijaz, dengan memisahkan diri kerajaan Saudi Arabiyah dibantu Amerika, Perancis, Belanda, Itali, dan lainnya. Sejak masa itu, Islam di Hijaz mulai menjalankan ajaran Muhammad bin Abdul Wahab. Situs-situs bersejarah pun, seperti makam Siti Khadijah dan Siti Aisyah, dihancurkan, dan berbagai rutual ibadah dilarang.
“NU muncul di Indonesia sebagai kekuatan Islam supranatural untuk saling merekatkan ummat Islam dengan berbagai ritus tradisi yang sudah ada; mulai dari maulidan, tahlilan, ziarah kuburan, manakiban, yasinan. Karena itu NU perlu bangkit untuk mempertahankan NKRI dan Islam Ahlussunnah wal Jamaah,” tuturnya.
Acara pengajian yang sebelumnya diisi dengan shalawatan oleh group Umi Tijaroh dan santunan kepada 79 anak yatim oleh Paguyuban Pedagang Pasar Penican itu ditutup pada Ahad, pukul 01.30 dini hari. (Aji Setiawan/Mahbib)
Di tengah keprihatinan akan perpecahan dan suasana serba politik di tubuh NU, KH Dr M Abbas bin Fuad Hasyim Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, mengajak nahdliyin untuk membersihkan hati dengan jalan mengikuti thariqat.
Ajakan ini disampaikan kepada sekitar 5000 jamaah yang memadati pengajian akbar peringatan tahun baru 1435 Hijriah, Sabtu (24/11) malam, di pertigaan pasar Penican, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Kiai Abbas menilai, langkah ini merupakan cara untuk menghidupkan kembali NU. Apalagi, menurut dia, gaya rekrutmen pemimpin di NU belakangan ini mengandung lebih banyak mudarat bagi organisasi dan warga NU.
“Supaya kiai tenang, mari kita kembali ke bagian menata hati, yakni thariqat. Dengan wirid dan dzikir, taqarub kepada Allah SWT,” katanya sembari menyerukan jamaah untuk mengaktifkan kembali thariqat NU di Purbalingga.
Kiai Abbas juga menegaskan, negara-negara yang berbasis Ahlussunnah wal Jamaah di Timur Tengah banyak yang mengalami kehancuran. Sehingga, kebangkitan kembali NU sangat dibutuhkan di negeri ini. “Untuk apa? Untuk menampakan ukhuwwah (persaudaraan) Islam, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia,“ ujarnya.
Selanjutnya, putra dari KH Fuad Hasyim Cirebon itu mengisahkan tentang hancurnya khalifah Dinasti Otsmaniyah di Othoman, Turki. Dimulai dengan digerogotinya wilayah Hijaz, dengan memisahkan diri kerajaan Saudi Arabiyah dibantu Amerika, Perancis, Belanda, Itali, dan lainnya. Sejak masa itu, Islam di Hijaz mulai menjalankan ajaran Muhammad bin Abdul Wahab. Situs-situs bersejarah pun, seperti makam Siti Khadijah dan Siti Aisyah, dihancurkan, dan berbagai rutual ibadah dilarang.
“NU muncul di Indonesia sebagai kekuatan Islam supranatural untuk saling merekatkan ummat Islam dengan berbagai ritus tradisi yang sudah ada; mulai dari maulidan, tahlilan, ziarah kuburan, manakiban, yasinan. Karena itu NU perlu bangkit untuk mempertahankan NKRI dan Islam Ahlussunnah wal Jamaah,” tuturnya.
Acara pengajian yang sebelumnya diisi dengan shalawatan oleh group Umi Tijaroh dan santunan kepada 79 anak yatim oleh Paguyuban Pedagang Pasar Penican itu ditutup pada Ahad, pukul 01.30 dini hari. (Aji Setiawan/Mahbib)