Majlis Wakil
Cabang Nahlatul Ulama Kecamatan Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah
mennggelar pengajian dwi mingguan sebagai upaya membentengi jami’yah
dari gempuran aliran-aliran yang berseberangan dengan akidah
ahlussunnah waljama’ah.
Minggu
, 22 September 2013 bertepatan dengan 16 Dzulqo’dah 1434 Syawal
1434 H halaman masjid Halaman Masjid Nurul Badri, Dukuh Kalimenur
Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah
telah penuh sesak oleh ratusan jamaah dari berbagai daerah yang
menghadiri Pengajian Rutin Ahad Pagi Dua Mingguan MWC Nahlatul Ulama
Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Majlis Wakil Cabang
Nahlatul Ulama Kecamatan Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah
mennggelar pengajian dwi mingguan sebagai upaya membentengi jami’yah
dari gempuran aliran-aliran yang berseberangan dengan akidah
ahlussunnah waljama’ah.
Hampir seluruh
pimpinan Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama kecamatan Bukateja
Kabupaten Purbalingga baik tingkat syuriah sampai ke tingkat
tanfidziyah bahkan juga seluruh jajaran badan otonom NU seperti
Ansor, Muslimat, Fatayat tumpah ruah menghadiri pengajian rutin tidak
saja di dalam masjid, sampai halaman masjid bahkan sampai menutupi
jalan raya.
Acara
dimulai dengan pembacaan tahlil bersama oleh Ustadz Ahmad Sobari dan
langsung berlanjut dengan taushiyah utama oleh KH Abror Mushodiq,
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror, Desa Kedungjati Kec Bukateja
Kab Purbalingga.
Majlis Wakil Cabang
Nahlatul Ulama Kecamatan Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah
mennggelar pengajian dwi mingguan ini sebagai upaya membentengi
jami’yah dari gempuran aliran-aliran yang berseberangan dengan
akidah ahlussunnah waljama’ah.
Dalam ceramahnya KH
Abror Mshodiq menguraikan bab Tawassul. “Tawassul diperbolehkan
dalam Islam karena ada dalilnya yakni QS Al Maidah;35:’Hai
orang-orang yang beriman, patuhlah kepada Allah, dan carilah wasilah
kepada-Nya, dan berjuanglah di jalan Allah, supaya kamu beruntung’.
Tawasul artinya
menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam usahanya untuk memperoleh
kedudukan yang tinggi di sisi Allah atau mewujudkan keinginan dan
cita-citanya . Sedang wasilah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai
perantara dalam bertawasul.
“Seperti anda
ingin dekat gusti Allah SWT , maka anda berwasilah dengan orang-orang
yang dekat dengan Gusti Allah SWT,” kata KH Abror Mushodiq
menggambarkan.
“Sebagaimana anda
ingin dekat pak Bupati, anda tidak langsung bertemu dengan pak
Bupati, maka anda tidak langsung bertemu dengan Bupati. Namun harus
dahulu bertemu dengan orang-orang yang dekat pak Bupati. Baru anda
bisa bertemu langsung dengan Pak Bupati,” kata KH Abror
menceritakan.
Dilanjutk n, Ketika
seseorang bertawasul dengan orang lain, pada saat itu ia berprasangka
baik kepadanya dan meyakini bahwa orang tersebut adalah orang saleh
yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Ia menjadikan orang tersebut
sebagai wasilah (perantara) kaena ia mencintainya. Dengan demikian
sebenarnya ia sedang bertawasul dengan cintanya kepada orang
tersebut.
Dikisahkan oleh KH
Abror Mushodiq, ada orang yang sedang melewati sebuah sungai
tiba-tiba ia tenggelam. Ia berteriak berteriak ,’Ya Allah ,
selamatkan aku dari bencana banjir,” Tapi ia malah ketika awal
berdoa justru makin tenggelam ke dalam arus sungai. Akhirnya orang
tersebut berteriak dengan keras sambil menyebut nama gurunya sambil
menyebut sampai Rasulullah SAW. “Ya Rasulillah Aghitsni sambil
menyebut nama gurunya. Anehnya, ia bisa berjalan di atas air dan
selamat. Suatu ketika setelah ia selamat dari bencana banjir itu, ia
kemudian mendatangi gurunya dan menceritakan hal tersebut. Mendengar
cerita itu, sang Guru hanya berujar,”Saya setiap malam tiba sering
berdoa kepada Allah SWT agar murid-muridku bisa selamat, dan sukses
menjalani bahtera kehidupan.” Sang Guru itu tiap malam mendoakan
kepada Allah SWT, selamatlah murid-muridnya.
Dengan demikian
setiap orang yang bertawasul dengan orang lain, berarti ia sedang
bertawasul dengan orang lain, berarti ia sedang bertawasul dengan
amal salehnya sendiri, yaitu cinta.
KH Abror Mushodiq
lalu menguraikan beberapa tradisi amaliah Ahlus Sunnah Wal Ja’maah
yang ada di lingkungan warga Nahlatul Ulama seperti Istighosah,
Mujahadah, Tahlilan, Ziarah Kuburan dll.
Khusus Ziarah Kubur,
KH Abror Mushodiq menjelaskan bahwa Ziarah kubur diperbolehkan oleh
Islam sebab ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.”Sesungguhnya
dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, akan tetapi
sekarang ziarah lah kubur, karena yang demikian itu dapat menjadikan
(seseorang) zuhud terhadap dunia dan ingat kepada Akhirat. (HR Ibnu
Majah).
KH Abror Mushodiq kemudian mengisahkan bahwa Rasulullah SAW dan sahabatnya pernah melewati salah satu kuburan Muslimin. Setelah memberi salam kepada ahli kubur, tiba-tiba Rasulullah berhenti di dua kuburan. Kemudian beliau berpaling kepada sahabatnya dan bersabda, ”Kalian tahu bahwa kedua penghuni kuburan ini sedang diazab di dalam kubur? Mereka tidak diazab karena dosa-dosa dan kesalahan mereka yang besar. Akan tetapi mereka diazab karena dosa-dosa dan kesalahan mereka yang sepele dan kecil. Yang pertama diazab karena suka berbuat namimah (mengumpat / ceritain orang) dan yang kedua diazab karna tidak beristinja' (tidak cebok setelah hadats kecil)”. Kemudian Rasulullah saw memetik dua tangkai pohon dan ditancapkanya di kedua kuburan tersebut. Sahabat bertanya apa maksud dari yang telah dilakukan Rasulullah saw itu. Beliau bersabda : "Allah memberi keringanan azab bagi kedua penghuni kubur tersebut semasih tangkai-tangkai pohon itu basah dan belum kering. Karena tangkai-tangkai pohon tersebut beristighfar untuk penghuni kubur yang sedang diazab” (HR Muslim). Selepas sambutan panitia kegiatan oleh H Muhtamil S Ag. Acara berlanjut dengan ceramah selanjutnya oleh KH Arif Musodiq , Pengasuh Pondok Pesantren Putra Putri Nurul Qur’an, Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah. Dalam kesempatan tersebut KH Arif Musodiq menceritakan awal pengajian ini dmana pengajian rutin dwi mingguan MWC Kec Bukateja ini adalah forum komunikasi tokoh tokoh Nahdhlatul Ulama yang ada di kec Bukateja. Perlu diketahui forum ini telah berdiri bulan Syawal 1334 H dan kegiatan dikerjakan berkolaborasi antara NU, Muslimat, GP Ansor, Fatayat Ma’arif baik tingkat desa maupun kecamatan se-Kecamatan Bukateja. Serta kegiatan pengajian ahad pagi ini lintas partai politik. Boleh diikuti oleh siapa saja mulai dari PPP, PKB, Gerindra, Golkar, Nasdem pokoknya bisa semua partai politik bisa ikut, yang penting niat lillahy Ta’ala.” “Pengajian ini umum keliling dan diselenggarakan oleh tiap ranting NU dengan pembicara dari tokoh NU yang dipilih oleh pimpinan setempat. Demkian pun untuk tim Bahtsul Masail untuk menjawab pertanyaan dari jamaah yang diajukan pada pengajian sebelumnya. Ada Tim Sepuluh yang berisi tokoh-tokoh NU yang tugasnya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditulis oleh jama’ah yang hadir,” terang KH Arif Mushodiq. Tim sepuluh itu anggotanya Kiai-kiai , KH Saifudin , KH Salbani, KH Muhammadun dll. “Materi sudah dibag-bagi oleh Tim Materi untuk menjawab pertanyaan jamaah. Alhamdulillah pada hari ini ada 15 pertanyaan yang masuk. Nanti akan dijawab pada pengajian rutin berikutnya di Pondok Pesantren Darussalam, Cipawon Kec Bukateja Kab Purbalingga yang diasuh oleh KH Abdul Ghofur Arifin. Selanjutnya Gus Arif, demikian panggilan akrab KH Arif Musodiq menekankan pentingnya silaturahmi. Sebab selain memperkuat Islamiyah juga bisa menambah umur dan melapangkan rizki.
“Siapa
yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia
menyambung silaturrahmi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam pertemuan ini
berkumpul semua pengurus dan warga yang tidak perlu lagi kita
sambangi tiap rumah bisa satu kecamatan, lanjut Gus Arif. “Tapi di
tempat ini kita bisa berkumpul semuanya. Kita bisa saling berbagi
kiat sukses dalam berbisnis, apakah karena kendala pemasaran dalam
bisnis ataukah karena bahan baku atau karena manusianya (Service),”
kata Gus Arif yang juga adalah ketua Himpunan Pengusaha Santri
Indonesia (HIPSI) Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Kurang lebih 20
menit KH Arif Musodiq berceramah dan acara kemudian ditutup dengan
doa oleh KH Abror Mushodiq dan saling bersalaman bersama.
(***) Aji Setiawan,
Purbalingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar