Ponpes
Benteng Ahlussunnah Waljamaah Purbalingga Timur
Pondok
Pesantren ini terletak di dusun Kembaran
Desa Cipawon
Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah . Kini marak
dengan kegiatan kepesantrenan sebagai benteng yang kuat atas ajaran
Islam Ahlussunah Wal Jamaah
Pondok
pesantren ini terletak di wilayah timur Kabupaten Purbalingga. Kurang
lebih lima belas kilometer dari Kota Purbalingga. Dari Kecamatan
Bukateja orang yang akan berkunjung atau mondok ke Pondok pesantren
ini cukup naik becak atau naik angkutan pedesaan dari Kecamatan
Bukateja, sekitar 3 kilometer arah timur dari kecamatan Bukateja.
Pondok
Pesantren ini terletak di dusun Kembaran
Desa Cipawon
Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah . Kini marak
dengan kegiatan kepesantrenan sebagai benteng yang kuat atas ajaran
Islam Ahlussunah Wal Jamaah
Awal
mula berdirinya pondok pesantren Darussalam ini terinsipirasi oleh
pesan dan perintah dari sang guru besar Al maghfurlah KH Mukhtar
Syafaat Abdul Ghofur pengasuh pondok pesantren Darussalam, Blok
Agung, Banyuwangi, Jawa Timur kepada KH Abdul Ghofur Arifin, untuk
mendirikan sebuah pesantren,”lhe,
nak wes mulih gaweo tenger, ora usah kuwatir, coro endok kowe iseh
tak angremi, nak wes wayae mesti netes”.
Begitulah
pesan beliau kepada sang murid yang kebetulan menjadi khadamnya
selama bertahun-tahun sehingga banyak mendapatkan pelajaran khusus
dan pesan-pesan penuh makna secara
langsung.
Berbekal
pesan-pesan dan timbaan ilmu dari sang guru, Sepulangnya
dari pesantren KH
Abdul Ghofur Arifin mulai mendirikan sebuah majlis taklim untuk
kalangan muslimat setempat
pada
tahun 1983. Lambat laun majelis taklim itu semakin berkembang dan
banyak diminati oleh masyarakat sekitar bahkan santri dari luar
daerah mulai berdatangan sehingga setahun kemudian didirikanlah
pondok pesantren yang dinamai Darul
Muttaqin.
Selang
satu tahun kemudian sang guru KH. Mukhtar Syafaat berkunjung dan
memerintahkan agar pondok pesantren yang baru di rintis itu diganti
namanya dengan Darussalam, “lhe,
manuto aku wae insyaallah berkah”, begitulah
pesan KH Mukhtaar Syafaat Abdul Ghofur.
Dengan
acuan pesan singkat beliau, KH. Arifin Abdul Ghofur lantas mempunyai
cita-cita besar agar nantinya Pondok Pesantren Darussalam
kembaran, Cipawon dapat berkembang seperti halnya Pondok Pesantren
Darussalam
Blok Agung, Banyuwangi yang tidak hanya menjadi sebuah pesantren
salaf saja akan tetapi dilengkapi dengan berbagai cabang pendidikan
sesuai kebutuhan masyarakat pada zaman sekarang. Mulai dari Taman
Kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Karenanya secara garis besar
pondok pesantren ini akan diarahkan seperti pondok Darussalam Blok
Agung.
Akan
tetapi karena keterbatasan sarana dan prasarana KH. Arifin Abdul
Ghofur baru dapat mewujudkan sebagiannya yaitu Pondok Pesantren salaf
murni, Pondok Tahfidl Alqur'an dan Taman Pendidikan Alqur'an.
Jenjang
Pendidikan
Fardlu
'ain bagi seorang muslim mengetahui hukum-hukum islam, mengetahui apa
yang akan dan harus ia lakukan, mengetahui hal-hal yang secara normal
ia akan terbentur atau terpaksa harus melakukan serta mengetahui pula
hal-hal yang bisa merusak akidah dan amal ibadahnya. Sedangkan secara
fardlu kifayah harus ada orang yang mendalami dan menguasai ilmu
agama hingga dapat dijadikan rujukan pertanyaan sekaligus dapat
membimbing yang membutuhkannya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa
realita santri pondok pesantren tradisional waktu belajarnya fariatif
mulai yang sampai puluhan tahun hingga hanya setahun atau beberapa
bulan saja.
Dengan
pertimbangan realita tersebut, pondok pesantren Darussalam membagi
jenjang pendidikan menjadi ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, Aliyyah dan
Musyawirin.
Sedangkan
untuk
memudahkan dalam pengaturan pendidikan santri. Setiap calon santri
diharapkan memilih sesuai dengan taraf pendidikan yang sudah
ditempuh. Namun
bagi
para santri baru, mereka harus
masuk
jenjang pendidikan ibtidaiyah (sifir).
Jenjang
pendidikan Ibtidaiyyah
ini
ditempuh selama
4
tahun.
Dimaksudkan untuk membuat pondasi agar terjadi kesinambungan belajar
bagi santri yang meneruskan pendidikannya ke jenjang berikutnya,
sekaligus mencetak kader muslim awam yang terampil atau aktif bagi
mereka yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Dengan
kata lain, siswa jenjang ini ditargetkan siap melangkah kejenjang
berikutnya dan diharuskan sudah bisa memahami dengan betul cara
beribadah dan bisa melakukannya dengan benar juga tau mana yang
wajib, sunnah, mubah dan haram yang berarti pula telah terpenuhi
kewajiban tholabul ilmi fardlu 'ainnya.
Lepas
pendidikan ibdtidaiyah, santri bisa melanjutkan ke jenjang
pendidikan Tsanawiyah.
Jenjang Tsanawiyah ini ditempuh selama tiga tahun. Disamping sebagai
pondasi untuk jenjang berikutnya, targetnya adalah mencetak siswa
agar mampu menjadi guru dan pimpinan daerahnya masing-masing jika
tidak meneruskan ke jenjang berikutnya. Untuk
memenuhi target tersebut, siswa diupayakan agar memahami semua bidang
ilmu agama yang ada dan mampu memahami kitab-kitab salaf dengan hanya
sedikit ada ketergantungan kepada orang lain.
Siswa
jenjang Tsanawiyah ini juga ditargetkan mengerti hukum Islam, baik
ubudiyyah
atau muamalah
yang kerap muncul atau terjadi dalam masyarakat luas. Untuk mengatur
system pendidikan jenjang ini haruslah meliputi pendidikan dasar dari
semua bidang, pengertian semua hukum yang berkaitan dengan prilaku
dan kebudayaan masyarakat, pengertian hakikat ahlussunnah wal jamaah
serta sedikit pengenalan semua aliran agama atau sekte yang ada di
Indonesia.
Jenjang
Aliyah
bisa ditempuh
selama tiga tahun. Siswa jenjang pendidikan ini diupayakan mampu
menjadi rujukan siswa jenjang sebelumnya, memahami dengan benar ilmu
alat, betul-betul memahami hukum dan mampu menjawab masalah-masalah
waqiiyyah ataupun yang jarang terjadi bahkan masalah-masalah yang
mungkin belum diterangkan oleh ulama salaf secara shorih/jelas serta
mampu mempertahankan paham ahlussunnah sekaligus dapat mengcounter
paham-paham lain yang tidak sesuai. Untuk itu pelajaran
‘gramar’ dan ilmu alat bahasa Arab
sangat di tekankan dalam jenjang ini dan untuk hasil yang optimal
selapas jenjang ini santri diupayakan memperdalam
fiqhnya dengan masuk ke “Jamiyyah
Musyawarah
Riyadluttolabah”
Pondok
pesantren juga dilengkapi dengan kajian ilmu tasawwuf yang diajarkan
langsung oleh pengasuh pondok pesantren dengan menggunakan kitab
ihya'
ulumuddin.
Pengajian ini dimaksudkan agar berimbang antara ilmu dlohir dan batin
seperti wejangan beliau "ojo
ngasi kelemon ilmu njobone".
Karenanya
dipondok pesantren ini, santri juga dilatih mendekatkan diri dengan
qiyamullail dan mujahadah bahkan kebanyakan santri juga melakukan
rialat.
Sebelum
memulai aktifitasnya, pada setiap harinya santri terlebih dahulu
digembleng dengan ta'limul
muta'allim
yang diajarkan langsung oleh pengasuh pondok pesantren. Hal
ini diantara maksudnya agar santri senantiasa lurus niatnya dan dapat
menjunjung tinggi ilmu yang akan dipelajari dan guru yang
menyampaikannya.
Selain
itu semua, pondok pesantren juga sangat memperhatikan bacaan
Al-Qur'an para santrinya maka dibentuklah lembaga pendidikan qiroat
Al-Qur'an. Lembaga ini khusus menangani Al-Qur'an dari tingkat
kanak-kanak sampai dewasa baik binnadlor
ataupun bilghoib.
Kitab-kitab yang diajarkan adalah kitab yang menggunakan madzhab Imam
Hafsh 'an
'Ashim
sampai dengan imam/ Qurro'
'asyaroh
yang lain.
Untuk
menambah bobot pengajian dalam pelajaran juga masih ada pengajian
yang diberikan oleh santri senior yang sudah mampu, waktu yang
dipergunakan adalah
celah-celah diantara
kegiatan
para santri. Semua sistem yang dipergunakan adalah model
bandongan,
yakni guru membaca kitab, para santri kemudian memberi makna gandul
(bahasa kromo) atau sorogan
yakni membaca kitab gundulan beserta i'rob
yang di bimbing oleh santri senior.
Selain
kegiatan wajib, para santri juga dianjurkan untuk mengikuti aktivitas
lain yang menambah wawasan dan pengetahuan santri, seperti; baca
Tahlil dan Yasin, muhafadzah,
dhi’baiyah, khitobah, bahtsul masa’il,
seni membaca alqur'an dan lain-lain.
Disamping
itu untuk bekal santri setelah mukim ke kampung halaman masing
masing, santri juga di bekali dengan ketrampilan bidang pertanian,
perkebunan,
peternakan,
perikanan,
pertukangan, komputer dan lain-lain
dengan harapan agar nantinya santri bisa hidup mandiri setelah
kembali ke masyarakat. Sampai saat ini pesantren ini telah mendidik
kurang lebih sekitar 1700 alumni yang berkiprah di tengah masyarakat
luas dalam bidang agama, sosial dan di pemerintahan.
Tidak
sebagaimana sekolah atau universitas yang memakai kalender Masehi
sebagai patokan dalam memulai aktivitas belajar. Di pesantren ini
memakai patokan tahun Hijriah baik untuk pendidikan madrasah maupun
pondok. Semua
kegiatan
aktif
mulai pertengahan bulan Syawal. Ujian
pertengahan tahun dilaksanakan
pada
awal bulan Rabiul Awal (Maulud). Setelah ujian selesai, para santri
memperoleh libur selama 1 minggu, biasanya waktu libur itu
dipergunakan untuk menengok keluarga di kampung halaman masing-masing
santri.
Sedangkan
ujian akhir diadakan pada bulan Rajab. Seluruh rangkaian kegiatan
belajar santri kemudian ditutup dengan acara
Haflatus Tasyakur (acara
tutup tahun).
Ketika
memasuki bulan Ramadhan, pondok ini juga menyelenggarakan pesantren
kilat (pasaran/puasanan) yang terbuka untuk santri dan masyarakat
umum.
Saat
ini di Ponpes Darussalam juga dibuka program Tahfidz Al Qur’an atau
istilah lainnya menghafal Al Qur’an. Jenjang pendidikannya dibagi
menjadi 3 bagian yakni program Tahfidz,
Taqwiyah dan Tashih.
Jenjang
program
tahfidz ditempuh
selama 3 (tiga) tahun dengan target setiap tahunnya 10 juz dengan
harapan hafalan yang lumayan kuat setelah selesai tahfidl hingga 30
juz. System hafalannya lebih menitik beratkan taqwiyyah daripada
menambah hafalan dengan cara membatasi hafalan maksimal
satu lembar
dan mewajibkan santri untuk mengulang 2 setoran terakhir, tadarrus
bersama minimal masing-masing satu maqra'
dan mengulang satu hizb sebelum menambah hafalan kepada ustadz.
Santri
yang masuk program ini diharuskan telah khatam alqur'an binnadlor
dan telah selesai pendidikan ibtidiyyah.
Sedangkan
program Taqwiyah ditempuh
selama 2 tahun dengan target minimal telah hatam 30 juz selama 41
kali.
Dan terakhir program Tashih
ditempuh selama 3 bulan dengan rincian setiap harinya 1 juz.
Visi
Pondok
Pondok
Pesantren DARUSSALAM
memiliki visi yang mendasar yaitu “Generasi
muslim
yang mandiri dan
berakhlakul
karimah ",
mengandung pengertian adanya usaha pembinaan generasi muslim dari
lingkungan sekitar pada khususnya dan seluruh ummat muslim pada
umumnya, agar mampu hidup bermasyarakat dengan berdasarkan keutuhan
akhlaq islami, dan berpegang pada – Al
Qur'an, Hadist
dan ijtihad para 'ulama dalam nafas kehidupan sehari-hari.
Bentuk-bentuk
nyata dari visi tersebut diatas dapat
dilaksanakan dengan berbagai langkah. Pertama,
menyiapkan
santri untuk selalu bersungguh-sungguh dalam mengkaji dan belajar
ilmu agama. Kedua,
memotifasi
dan membantu santri dalam menggali potensi diri sehingga dapat
mengembangkan
diri
secara optimal.
Ketiga,
menumbuhkan
penghayatan dalam diri santri akan pelaksanaan ajaran agama Islam
dalam
kehidupannya.
Keempat,
membekali
santri agar siap menghadapi tantangan zaman yang sering disebut
globalisasi informasi. Kelima,
menyediakan
fasilitas yang memadai, lingkungan belajar yang nyaman, rapi, indah,
dan representative.
Misi
pondok pesantren yakni membangun
semangat yang tinggi,
membangun
semangat belajar Agama Islam dan menghafal Al Qur’an,
membangun
semangat persaudaraan dan kejujuran,
membangun
semangat kemandirian.
Dalam
dimensi filosofi, tujuan akhir PP. Darussalam
adalah membentuk manusia muslim berakhlaqul karimah, berilmu,
terampil, dan siap mensyi’arkan
ilmu dan memperjuangkan agama dan bangsanya.
Dengan
berpedoman pada dimensi filosofis diatas, maka secara akademis
tujuan-tujuan Ponpes Darussalam adalah :
meningkatkan
Pendidikan Pondok Pesantren; memberi santri ketrampilan yang
bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya; Ketiga, memantapkan
sikap perilaku dan nilai-nilai toleransi, kemandirian dan tanggung
jawab ocial
serta budi pekerti / berakhlaqul karimah; Keempat, membentuk
keyakinan untuk mencapai yang lebih baik; Kelima, meningkatkan
kecintaan kepada masyarakat sekitar pada khususnya dan bangsa
Indonesia pada umumnya.
“Secara
umum kondisi tenaga pendidik kompeten dalam bidang masing-masing.
Akan tetapi kedisplinan mereka dalam mengajar masih kurang optimal
mengingat mereka sukarela dalam mengajar sedangkan mayoritas pengajar
telah berkeluarga. Hal ini terkadang menimbulkan anak didik sedikit
terhambat perkembangan pendidikannya.
Kondisi siswa/ siswi semangat dan antusias menerima pelajaran sesuai
jadwal yang ditetapkan pondok pesantren walaupun sebagian dari mereka
harus sedikit terganggu konsentrasinya karena mereka belajar dipondok
pesantren tanpa sangu yang memadai, “ Kata KH Abdul Ghofur Arifin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar