Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin ‘Alawi bin
‘Abbas bin ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani
Alim
Ulama Terkenal dan Ternama
di Kota Makkah
Sayyid Muhammad Al-Maliki ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin
menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada
sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya.
Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin
Sayyid ‘Alawi bin Sayyid ‘Abbas bin Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani
al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di kota suci Makkah pada tahun 1365 H.
Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayahnya Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di
sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram
Makki, dekat Bab As-salam.
Ayah Sayyid
Prof. Dr. Muhammad bin Sayyid ‘Alawi Maliki al Hasani, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th
1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif
dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan
dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah
seorang alim ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah
salat Jumat dengan judul “Hadist
al-Jumah”.
Begitu pula ayah Sayyid ‘Alawi
adalah seorang Qadhi yang selalu di panggil masyarakat Makkah jika ada perayaan
pernikahan.Selama menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alwi bin Abbas Almaiki
selalu membawa kedua putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu
mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar
kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat Sayyid
‘Alawi adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu
berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.
Sebagaimana adat para Sadah
dan Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian yang
berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Ia
selalu mengenakan jubbah, serban (imamah)
dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.
Setelah wafat Sayyid Alwi Al Maliki, anaknya Sayyid Muhammad tampil
sebagai penerus ayahnya. Dan sebelumnya ia selalu mendapatkan sedikit kesulitan
karena ia merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah
pertama yang diambil adalah ia melanjutkan studi dan ta’limnya terlebih dahulu.
Sayyid Muhammad berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan
pilihanya. Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadist
dan Ushuluddin ia kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah di
tempuh sang ayah.
Disamping mengajar di Masjidi
Haram di halaqah, ia diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz-
Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadist
dan Usuluddin. Cukup lama ia menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua
Universiatas tsb, sampai ia memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar
di Masjidil Haram sambil menggarap untuk membuka majlis ta’lim dan pondok di
rumahnya.
Adapun pelajaran yang di
berikan baik di masjid haram atau di rumahnya tidak
berpoin kepada ilmu tertentu seperti di Universitas. Akan tetapi semua pelajaran
yang diberikannya bisa di terima semua masyarakat baik masyarakat awam atau
terpelajar, semua bisa menerima dan semua bisa mencicipi apa yang diberikan
Sayyid Maliki. Maka dari itu beliau selalu menitik-beratkan untuk membuat rumah
yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari yang biasa
dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al Rashifah.
Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya ia selalu menerima semua tamu
dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua
di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat penghargaan yang sama
dan semua mencicipi ilmu bersama-sama.
Dari rumah beliau telah keluar
ulama-ulama yang membawa panji Rasululloh SAW
ke seluruh pelosok permukaan bumi. Di mana negara saja kita
dapatkan muridnya, di India, Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi
di Asia yang merupakan sebagai orbit dahwah Sayid
Muhammad Al-Maliki, ribuan murid-muridnya yang bukan hanya menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak
sedikit dari murid- muridnya yang masuk ke dalam pemerintahan.
Di samping pengajian dan
taklim yang rutin di lakukan setiap hari pula ia telah berusaha mendirikan
pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari seluruh
penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun
bahkan ia memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah
beberapa tahun belajar para santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk
menyiarkan agama.
Sayid Muhammad Al-Maliki dikenal
sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak
berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah.thariqahnya.
Dalam kehidupannya ia selalu
bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya
atau dengan alirannya. Semua yang berlawanan diterima
dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan menklirkan sesuatu masalah
dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu bukan dengan emosi dan pertikaian
yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam
terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh
Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik
di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram.
Semua ini diterima dengan kesabaran dan keikhlasan, selalu menghormati orang orang yang tidak bersependapat
dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber
dari al-Quran dan Sunah. Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari
Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki, mereka pintar-pintar dan terpelajar. Di
samping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup
untuk dijadikan marja’ dan reference di negara-negara mereka.
Sayyid Muhammad adalah orang
cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap
sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Beliau selalu
menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak
sealiran dengannya atau tidak searah dengannya
Karya Tulis Beliau
Karya Tulis Beliau
Di samping tugasnya sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah
dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang
pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah
dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab2
beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu,
Indonesia dll.
Sayyid Muhammad merupakan seorang
penulis prolifik dan telah
menghasilkan hampir seratus buah kitab. Ia telah menulis dalam
pelbagai topik agama, undang-undang, sosial serta sejarah,
dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik
yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam
di seluruh dunia. Kita sebutkan sebahagian hasilnya dalam pelbagai bidang.
Buku
bidang aqidah diantaranya; Mafahim
Yajib an Tusahhah, Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus, At-Tahzir min
at-Takfir, Huwa Allah, Qul Hazihi Sabeeli.
Buku dalam bidang tafsir diantaranya; Zubdat
al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Wa Huwa bi
al-Ufuq al-‘A’la, Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran, Hawl Khasa’is
al-Quran.
Dalam bidang hadist diantaranya; Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif, Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith, Fadl al-Muwatta wa
Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi, Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta
lil-Imam Malik.
Dalam bidang sirah diantaranya; Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam)
al-Insan al-Kamil,
Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah, ‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif, Al-Anwar
al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah, Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah, Zikriyat wa Munasabat, Al-Bushra fi
Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra.
Dalam bidang ushul fiqh diantaranya; Al-Qawa‘id
al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh, Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh, Mafhum al-Tatawwur
wa al-Tajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah.
Dalam bidang fiqh diantaranya; Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa
Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha, Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar, Abwab al-Faraj, Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar, Al-Husun al-Mani‘ah, Mukhtasar Shawariq
al-Anwar.
Buku
yang lainnya: Fi Rihab al-Bayt
al-Haram (Sejarah Makkah), Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Kajian Berkaitan Orientalis), Nazrat al-Islam ila al-Riyadah, Al-Qudwah al-Hasanah
fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Teknik
Dawah), Ma La ‘Aynun Ra’at
(Butiran Syurga), Nizam al-Usrah fi al-Islam (Peraturan Keluarga Islam), Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman), Kashf al-Ghumma
(Ganjaran Membantu Muslimin), Dawah al-Islahiyyah
(Dakwah Pembaharuan), Fi
Sabil al-Huda wa al-Rashad (Koleksi
Ucapan), Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Kemulian Ummah Islamiyyah), Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Metodologi Pendidikan Nabawi), Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Kumpulan Ijazah Datuk beliau, As-Sayyid Abbas), Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Kumpulan Ijazah Bapa beliau, As-Sayyid Alawi), Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa
al-Asanid (Kumpulan Ijazah), Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min
al-Athbah wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah).
Terdapat banyak lagi kitab
yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak.Kita juga tidak menyebutkan
berapa banyak karya tulis yang telah dikaji, dan diterbitkan untuk pertama
kali, dengan ta'liq (catatan kaki) dan komentar dari As-Sayyid Muhammad. Secara
keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung.Banyak hasil kerja
As-Sayyid Muhammad telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa.
Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu
kitab karya Sayyid Muhammad, red.) bersinar layaknya suatu kemilau mutiara.
Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum
Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan
menggunakan sumber-sumber dalil mereka.
Untuk keberanian
intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan dan dituduh sebagai “seorang
yang sesat”. Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram
(yaitu di Masjidil Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang,
bahkan kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau
ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut,
Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau
tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan
menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan
tasawwuf.
Pada akhir hayatnya yang
berkenaan dengan adanya kejadian teroris di Saudi Arabia, ia
mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syeikh Sholeh bin Abdurahman Al Hushen
untuk mengikuti “Hiwar Fikri” di Makkah yang diadakan pada tg 5 sd 9 Dhul
Q’idah 1424 H dengan judul “Al-qhuluw wal
I’tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah”, di sana Sayid
Muhammad Al-Maliki mendapat kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya
tentang thatarruf atau yang lebih
poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalists
atau extremist. Dan dari sana beliau
telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular dikalangan masyarakat Saudi
yang berjudul “Alqhuluw Dairah Fil Irhab
Wa Ifsad Almujtama”. Dari situ, mulailah pandangan dan pemikirannya tentang da’wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan
masyarakat luas.
Pada tanggal 11/11/1424,
beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan wakil raja Amir
Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya selalu menggaris-bawahi akan usaha
menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da’wah.
Sayid Muhammad Al-Maliki wafat hari
jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 H dan
dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping kuburan istri Rasulullah Sayyidah
Khadijah binti Khuwailid ra. Dan yang menyaksikan penguburan beliau seluruh
umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama,
para santri yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau
dari luar negeri.
Semuanya menyaksikan hari
terakhir beliau sebelum disemayamkan, semua menyaksikan janazah beliau setelah
disembahyangkan di Masjidil Haram ba’da sholat Isya
yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama tiga
hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan
belasungkawa. Dan di hari terakhir `Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin
Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin Sayyid
‘Alawi Maliki al-Hasani untuk memberikan sambutan
belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin agama yang tidak
bisa dilupakan umat.Semoga kita bisa meneladani beliau. Amien. ,
diterjemahkan dari Lawami’un
Nurissany fi Manaqibil Imam Muhammad Al-Maliki al-Hasany karya
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus (*) Aji Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar