Bertawasul Kepada Allah SWT
Tawasul artinya menjadikan sesuatu sebagai
perantara dalam usaha untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Alloh SWT
atau untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita
Selepas
shalat Isya, medio awal Januari 2013 Alun-alun kota Purbalingga terlihat sepi. Namun di area parkir kendaraan
Masjid Darusalam , Purbalingga -Jawa Tengah sudah penuh dengan kendaraan roda dua. Bahkan bagi
kendaran roda eeempaaat terpaksa menutupi hampir separuh ruas jalan di depan
masjid Agung Darusalam yang terletak tepat di jantung Kota Kab Purbalingga.
Selepas shalat Isya, jamaah tetap menempati tempat duduknya masing-masing atau
keluar untuk melihat suasana kota yang tampak ramai oleh kedatangan ribuan jama’aah
baik laki-laki maupun perempuan untuk mengikuti
pengajian rutin selasa kliwon malam rabu manis yang diisi oleh KH. Zuhrul Anam
Hisyam dari ponpes Leler, Banyumas.
Untuk
acara istighosah dari majis taklim Nighayatul Mustaghhhfiirin ini biasaya dipimpin
langsung oleh Habib Ali bin Umar al Quthban dari Kedungjati, Bukateja. Keberadaan
masjlis taklim dan istighotsah ini dahulu banyak diisi oleh KH Muhammad Chudlory (Gus Muh
alm) dari Ponpes Akademi Pendidikan Islam (API) Tegalrejo Magelang).
Dalam kesempatan medio awal Januari 2013, KH Zuhrul Anam Hisyam menyampaikan pentingnya Tawasul.Tawasul artinya menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Alloh SWT atau untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita. Tawasul bisa juga diartikan sebagai cara munajat atau berdoa dengan menyebut amal-amal melaui perantara orang –orang sholeh.”Orang –orang jahiliyah juga melakukan amalan untuk mencapai cita-citanya, namun cara berdoanya salah, sebab mereka menyembah berhala tidak langsung kepada Allah SWT,” kata Gus Anam.
Orang
bertawasul i tu hakikatnya minta kepada Allah SWT melalui perantara para
kekasih Allah SWT. Siapakah kekasih Allah SWT itu? “Para kekasih Allah adalah
orang-orang yang dilihat wajahnya saja, langsung ingat kepada Allah SWT.”
Dalam
kesempatan itu juga diuraikan makna wasilah yakni menjadikan sesuatu sebagai
perantara atau tawasul sebagaimana perantara dalam bertawasul. Ini sesuai
dengan firman Allah:”Hai orang-orang yang beriman , patuhlah kepada Allah SWT ,
dan carilah wasilah kepada-Nya , dan berjuanglah di jalan Allah, supaya kamu
jadi orang beruntung. (QS Al Maidah:35).
Sesuatu
dapat dijadikan sebagai wasilah (perantara) jika ia dicintai dan diridhai oleh
Allah SWT. Berdoa dengan bertawasul artinya memohon kepada Allah dengan
menyebut sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT.
Seseorang
yang bertawasul berarti mengaku bahwa dirinya penuh kekurangan. Dengan segala
kekuranganya tersebut, dia sadar bahwa doa’nya sulit dikabulkan. Oleh karena
itu, ia meminta syafaat kepada sesuatu atau seseorang-menurut prasangka
baiknya-dicintai Allah SWT. “Alhamdulillah, tadi dipimpin dan dibimbing
langsung oleh Habib Ali bin Umar al Quthban dengan bertawasul melalui
orang-orang shalih dari jaman tabiit, tabiin, shohabat sampai bertawasul
langsung melalui Kanjeng Nabi Muhammad SWT, semoga cita-cita kita dikabulkan,”
Kata Gus Anam kepada Jamaah. Tampak hadir dimajlis ini H. Sudarno , BE (pembina
Majlis Nighayatul Mustaghfirin), H. Sukento Ridho Marhaendarto, MM (wk Bupati
Purbalingga), Ulil Archam (ketua Ansor, Purbalingga) dan ulama-ulama se
Purbalingga bahkan dari daerah sekitar Purbaligga, yakni Kab Banyumas,
Banjarnegara dan Cilacap.
Wasilah(perantara yang dipergunakan sangat banyak, maka bentuk tawasulpun beraneka ragam. Ada yang melalui amal shaleh diri sendiri atau melalui amal shaleh orang lain.
Wasilah(perantara yang dipergunakan sangat banyak, maka bentuk tawasulpun beraneka ragam. Ada yang melalui amal shaleh diri sendiri atau melalui amal shaleh orang lain.
“Ammmal
shaleh diri sendiri bisa melalui shalat,
puasa, membaca Al-Qurr’an, sedekah dan ini merpakan ajaran Islam.”
Sedangkan
tawasul dengan orang lain artinya wasilah
(perantara) yag kita lakuka, lanjut gus Anam yang kita sebutkan di dalam doa
yang kita panjatkan bukanlah amal kita, namun melalui nama sesorang yang
shaleh. Contohya, Ya Allah, berkat Imam Sya’fi turunkanlah hujan....” Ya Alloh,
berkat para Rasul dan Wali-Mu... (sebutkan hajatnya).”
Jadi,
ketika seorang bertawasul dengan orang lain, pada saat yang sama ia brprasangka
baik kepadanya dan meyakini orang tersebut adalah orang saleh yang mencintai Allah dan dicintai
Allah.
Ia
menjadikan wasilah karena ia mencintainya. Dengan demikian sebenarnya orang
yang bertawasul dengan cintanya kepada orang tersebut. “ketika seseorang
mengucapkan,”Ya Alloh, demi kebesaran Nabi Muhammad SAW atau bisa juga,” Ya
Allah dengan kebesaran Imam Syafi’i...” berarti dia ia sedang bertawasul dengan
cinta-Nya Nabi Muhammad SAW atau dengan Imam Syafi’i. Dan perlu diketahui bahwa
cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasulullah SAW serta kepada orang –orang shaleh merupakan amal-amal yang sangat mulia.
Majlis-majlis
seperti ini merupakan media untuk menjaga tradisi dari gempuran jaman dan
budaya barat yang semakin gencar sekali sebagai yang terjadi sekarang ini. Gus Anam, panggilan akrabnya, dilahirkan di Leler, 41
tahun yang lalu. Ia merupakan putra ke 10 dari KH. Hisyam Zuhdi. Sebagaimana
dengan kalangan anak-anak kyai, ia dididik dalam lingkungan yang taat beragama
dan penuh nuansa religius oleh kedua orangtuanya. Pendidikan Sekolah Dasar
sampai SMP ia tamatkan di Sampang. Dan tentu saja, ia juga menempa diri di
lingkungan pesantren Leler (At-Taujieh Al-Islamy) sampai tahun 1982.
Tahun 1992 itu juga, ia kemudian
berangkat ke Ribath Al-Hanafiah di Mekkah ia mulai belajar dengan Dr. Ahmad Nur
Syekh, Syekh Yasir, Syekh Ismail Al-Yamani, Syekh Muhammad bin Alwi bin Abas
Al-Maliki Al-Hasani dan lain-lain. Pada tahun 1997 ia kemudian pulang ke Banyumas, tempat
kelahirannya untuk mengabdikan diri pada pondok pesantren yang didirikan oleh
sang ayahandanya yakni KH Hisyam Zuhdi bersama kakak-kakaknya (***) Aji Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar