Semakin
Cinta Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Al Mar’u
ma’a man ahaba”
(Seseorang besok dikumpulkan dengan orang yang dicintai -Nya).
Pagi itu udara pagi terasa sangat
segar. Waktu baru menunjuk pukul 05.30 waktu setempat, namun ratusan Ratusan
jamaah baik tua maupun muda sudah memenuhi dan menempati raudhoh Majlis Taklim Habib Ali Umar Al Qitban Desa
Kedungjati Kec Bukateja. Bagi jamaah yang tidak dapat tempat duduk, bisa
menempati di sekitar rumah atau di sepanjang jalan raya kedungjati-Bukateja
dengan beralaskan karpet yang sudah disediakan oleh panitia.
Acara yang berlangsung tiap jum’at
Kliwon ini sebenarnya sudah berlangsung sekitar belasan tahun, dengan diawali
pembacaan maulid Simthud Durar yang dibaca secara berantai oleh para Habaib dan
kyai , bersambung dengan taushiyah dari sahibul bait.
Biasanya tiap selasa pagi. Tepat pukul
06.00 acara dimulai dengan acara pengajian rutin berlanjut dengan taushiyah
dari tuan rumah. Memang setiap pekan, pada hari Selasa dan Jumat pagi dibacakan
kitab-kitab salaf . Tiap hari Selasa dibacakan ratib hadad dan berlanjut dengan
membaca kitab Al Khasaish Al Muhammadiyah
dan Muhammad Insan Kamil mahakarya
Sayid Muhammad Al Maliki al Hasani.
Sudah lebih dari belasan tahun,
majlis ini dibina oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban dengan mempertahankan
tradisi-tradisi ahlus sunnah wal jama’ah.Dengan berpegang teguh pada Al Qur’an
dan Hadist.
Berdakwah di kawasan Bukateja itu
tidak mudah, perlu sikap istiqomah dan komitmen yang tinggi agar diterima oleh
masyarakat. Tantangan berdakwah menurutnya adalah sunnatullah. Sesuatu yang
memang ada dari dahulu sampai sekarang.
Habib kelahiran Wonosobo, 26 November
1960, menyatakan awal berdakwah tidak sendirian. Ia banyak dibantu KH
Ihsanuddin (alm) Pengasuh Ponpes Nurul Qur’an dan KH Abror Musodiq, pengasuh
ponpes Darul Abror.
Pagi itu, jamah yang datang, mereka berasal
dari berbagai tempat di sekitar Kec Bukateja, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah
itu kemudian menyimak pembacaan Maulid Simthud Durar. Kebetulan Majlis Taklim
dan Riyadus Shalihin Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Jumat Kliwon, tanggal 15 Februari 2013 atau
bertepatan dengan 4 Rabiul Akhir 1334 H di rumah kediaman Habib Ali bin Umar Al
Qitban, Desa Kedungjati Kec Bukateja tampak istimewa.
Pasca pembacaan Maulid Simthud Durar
yang diiringi oleh group Hadrah Jamrud Lider Desa Kedungjati dipimpin langsung
oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban, acara berlanjut dengan ceramah oleh Ustadz
Abdullah bin Munir, Lc dari kota Wonosobo, Jawa Tengah.
Karena yakin, shalawat ini diberkahi
ole h Allah SWT. Tresno kepada Nabi Muhammad SAW dan sahabat itu wajib dan jadi
terangnya hati. Karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW seperti diungkapkan dalam
kisah Maulid Simthud Duror yakni, “fahuwa
nurun ‘ala Nur.” (Dialah cahaya di atas
cahaya).
“Saya hanya menyiapkan mahabah cinta kepada Allah SWT dan
Rasulullah SAW. “Al Mar’u ma’a man ahaba”
(Seseorang besok dikumpulkan dengan orang yang dicintai -Nya).
Kanjeng Nabi itu satu-satunya
manusia di bumi yang agung di hadapan Gusti Allah, Manusia muslim, dan umat non
muslim. Umur yang paling berkah adalah umurnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Itu
kenapa? “Dikisahkan oleh kitab Shahih Bukhari, selama 60 tahun, Kanjeng Nabi
tingkah lakunnya semuanya bermanfaat.”
Allah SWT tidak menyiksa dan musibah
selama Nabi dan sunnah-sunnahnya hidup di tengah-tengah kita. Orang Islam di
Indonesia musibah terus menerus. Padahal majlis-majlis maulid, Burdah, Barjanji musibah terus menerus
tapi datang musibah dari Allah SWT.
Imam Zainal Abidin RA pernah
berkata, ”Tanda-tanda ahlussunnah wal jama’ah itu kalau mau membaca shalawat
kepada Kanjeng Nabi SAW.”
Hai
orang Islam, kalian itu sebaik-baik umat di muka bumi. “Tapi kenyataannya
sekarang orang Islam itu banyak yang miskin, bodoh dan dijajah. Ini yang salah Al Qur’annya atau orangnya.
Jelas ini yang salah orangnya,” katanya.
Termasuk mu’zijatnya Kanjeng Nabi,
sebelum berperang, sebulan sebelumnya musuh sudah takut, karena peralatan kaum
muslimin jauh lebih komplet. “Tapi sekarang umat Islam sudah dipukuli oleh
bangsa lain, diam saja. Itu karena apa? Karena umat Islam sekarang jauh dari
perintahnya kanjeng Nabi dan sunnah-sunahnya,” lanjut Ustadz Abdullah.
Jadi, cinta Nabi itu hukumnya wajib.
Karena senang dengan kanjeng Nabi itu membuat bercahaya dan tenangnya hati.
Bahkan kanjeng Nabi juga sampai
disenangi oleh kaum non Muslim. Sahabat Urwah bin Mas’ud, adalah non muslim dan
orang yang sangat disegani dikaumnya. Urwah bin Mas’ud dikenal sebagai
negosiator ulung (diplomatik). Karena Urwah itu pernah bernegosiasi dengan
kaisar Romawi dan Persia.
Ketika kanjeng Nabi bernegosiasi
dengan orang kafir yang bernama Urwah bin Mas’ud, Urwah berkata, “Saya pernah
diutus kaisar Romawi dan Persia, tapi saya tidak melihat raja yang dihormati
rakyatnya melebihi Muhammad SAW dihormati oleh para sahabat,” kata Urwah bin
Mas’ud.
Dikisahkan tentang kecintaan para
sahabat Nabi Saw, ludahnya kanjeng Nabi SAW diperebutkan oleh para sahabatnya.
Kanjen Nabi kalau meludah, ludahnya tidak sampai ke tanah, karena ludahnya
sudah diperebutkan oleh para sahabat-sahabatnya, di mana ludahnya lalu
mengusap-usapkan ke wajah mereka, karena saking cintanya para sahabat kepada
Beliau. Bahkan kalau berbicara para sahabatpun tidak berani memandang wajah
Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah manusia
agung kekasih Allah SWT.
Selanjutnya, menurut Urwah bin
Mas’ud, ”Kanjeng Muhammad SAW itu luarbiasa. Kalau perintah cukup sekali dan
sahabat –sahabat rebutan melaksanakan.”
Urwah bin Mas’ud adalah orang kafir
yang kemudian masuk menjadi orang Islam karena melihat akhlak dan kemuliaan
dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Selain mengisahkan mengisahkan
kecintaan para sahabat kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW, Ustadz Abdullah juga
mngisahkan sahabat Nabi SAW yang bernama Usman bin Affannn. Sahabat, Utsman
adalah seorang kaya dan loman. “Dia pernah menyedekahkan 1000 unta untuk
menopang dakwah Nabi SAW. Usman tidak pernah absen shalat berjamaah. Sahabat
Utsman bin Affan itu kalau shalat tahajud itu khatam Qur’an.”
Jadi, kata Ustadz Abdullah, “Kalau
kita senang dengan kanjeng nabi maka kita senang dan mengamalkan apa yang dilakukan oleh kanjeng Nabi Muhammad
SAW,” katanya memutup ceramah kepada para jamaah pengajian Jumat Kliwon.
Selepas ditutup dengan doa oleh Al Habib Ali bin Umar Al Quthban
sekitar pukul 09.00, jamaah kemudian dijamu nasi kebuli. (***)
Aji
Setiawan, Purbalingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar