Rabu, 22 Juni 2011

Majlis Taklim al Mutaalimin




alKisah N0 11, Juni 2011

Mengharap Berkah Khataman Qur’an

Tiap tanggal 15 bulan Hijriyah di majlis ini diadakan khataman (menderes atau nderes) Al Qur’an. Jama’ah yang hadir mengharap keberkahan dari al Qur’anul Karim yang dibaca

Majelis Al Mutaalimin adalah majlis taklim dan dzikir terletak di dusun terpencil dusun Kembaran, Desa Cipawon Kabupaten Purbalingga.Majelis yang diasuh oleh Kyai Anwarudin ini memang terkenal dengan acara khataman Al Qur’an tiap bulannnya. Setiap tanggal 15 bulan hijriah diadakan khataman Al Qur’an di kediaman rumah Kyai Anwaruddin.

Keberkahan dari majelis Khatmil Qur’an ini dirasakan benar oleh Kyai kelahiran Cipawon tahun 1949 ini. Sebab katanya, disebutkan Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah berkumpul sekelompok orang untuk berdzikir kepada Allah SWT, melainkan para malaikat mengerumuni mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan (sakinah) menhampiri mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang berada di sisinya ( Hadist HR Tirmidzi)”.

Dilanjutkan oleh Kyai Anwar bahwa setiap mukmin wajib percaya dan meyakini seseorang yang membaca Al-Qur’an meskipun tidak memahami arti dan maknanya itu termasuk sudah melakukan satu ibadah yang mendatangkan banyak pahala serta mengantarkan kepada kehidupan dunia dan akhirat. Bahkan kata Kyai Anwar,”Setiap mukmin hukumnya wajib kifayah dalam seharinya untuk membaca Al-Qur’an.” Ditambahkan, Rasulullah SAW sendiri bersabda, ”Barang siapa membaca satu huruf yang terdapat dalam Al Qur’an, maka ia memperoleh satu khasanah (kebaikan) dan setiap kebaikan pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim adalah satu huruf, akan tetapi alif merupakan satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf. (HR Tirmidzi).”

Disamping berpahala besar, membaca Al Qur’an merupakan salah satu amal yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit hati. “Sahabat Rasulullah SAW yakni Adullah bin Umar bin Khatab menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,’Sesungguhnya hati ini akan berkarat seperti besi berkarat’. Seorang sahabat bertanya,’Wahai Rasulullah, apakah yang dapat menjadikannya bersinar kembali?’ Beliau menjawab,’Membaca Al Qur’an”.

Majelis Tadarus atau Khatmil Qur’an tidak hanya dihadiri oleh manusia dan malaikat, bangsa jin pun tidak mau ketinggalan. Mereka sangat terkesan tatkala mendengarkan pembacaan al-Qur’an; hati mereka dipenuhi dengan kecintaan dan penghargaan kepadanya, dan mereka bersegera mengajak kaumnya untuk mengikuti isinya, sebagaimana yang difirmankan oleh SWT,”Katakanlah (wahai Muhammad), Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya sekumpulan jin telah mendengarka (Al-Qur’an), lalu mereka berkata, ’Sesungguhnya kami mendengarkan al Qur’an yang menakjubkan (QS Al Jin:1)’,” kata Kyai Anwar.

Sehabis khataman biasanya acara berlanjut dengan taushiah dari ulama atau habaib yang hadir. Saat pengajian khamil Qu’ran di bulan maulid itu kebetulan yang mengisi taushiyah adalah KH Muhammadun Lc, pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, desa Cipawon, Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga memaparkan secara detil proses detik-detik sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kyai juga menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW ke dunia ini memang untuk mengemban tugas khusus merubah masyarakat Arab kala itu yang semula jahiliyah menjadi masyarakat yang berkeadaban. “Bagaimana tidak jahiliyah, patung disembah. Punya bayi perempuan langsung dibunuh. Abu Jahal dan Abu Lahab orangnya sangat pintar. Maunya kaya tetapi tidak dengan cara-cara yang benar, mereka tidak lelah. Maunya menang sendiri. Mereka berdagang sebagaimana pekerjaan masyarakat Arab pada umumnya. Tapi mereka merampas, merampok, memperkosa dan membunuh masyarakat yang tidak patuh dengan Abu Jahal dan Abu Lahab.”

Sejarah masyarakat jahiliyah pada waktu sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW tidak saja di Arab Saudi yang menyembah berhala dari patung dan kayu. Masyarakat Mesir juga mempraktikan hal serupa. Di Mesir, sebagian masyarakatnya bahkan menyembah danyang dengan mengorbankan gadis tercantik kemudian diceburkan ke Sungai Nil sebagai sesaji atau sesembahan untuk mendatangkan hujan sehingga masyarakat sekitar sungai Nil bisa bercocok tanam dan panen juga berlimpah.

“Sungguh kelahiran Nabi Muhammad SAW ke dunia ini untuk merubah praktik-praktik masyarakat jahiliyah untuk digantikan ajaran Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam baik dunia maupun kelak smapai akhirat. Ini merupakan nikmat Allah SWT yang wajib kita syukuri, salah satunya dengan memperingati kelahiran beliau (maulid) dan mengamalkan ajara-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, ” Kata KH Muhammadun Lc, yang juga adalah alumnus dari pesantren Darul Musthofa Hadramauth Yaman.

KH Muhammadun Lc juga berpesan kepada Jamaah mulai dari sekarang untuk bisa membagi waktu. Baik waktu untuk beribadah, bekerja dan waktu untuk keluarga. Sebab dengan keseimbangan waktu itu, maka keberkahan akan terwujud kehidupan ini. Dalam kesempatan itu, KH Muhammadun juga menguraikan tentang Syafaat Rasulullah SAW. ”Kita tentu berharap syafaat kanjeng Nabi Muhammad SAW. Setiap manusia di akhirat kelak ada tiga golongan yang akan mendapat jaminan syafaat dari Rasulullah SAW yakni orang-orang yang banyak membaca al-Quran, ahli ilmu dan ibadah serta orang-orang yang banyak bershalawat kepada Kanjang Nabi Muhammad SAW.’

KH Muhammadun juga berpesan kepada jama’ah untuk kembali menyemarakan syiar-syiar Islam seperti melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, banyak berdzikir, membaca Al-Qur’an untuk menghadapi situasi jaman sekarang yang sedemikian bobrok dan hampir serupa dengan masa-masa jaman jahiliyah (jahiliyah modern). Seusai acara taklim acara berlanjut dengan ramah tamah dengan tuan rumah sahibul bait (tuan rumah) majlis taklim dan dzikir Al Mutaalimin yakni Kyai Anwaruddin.

Majlis taklim dan dzikir

Awal ia mendirikan majelis ini sekitar tahun 1971 sehabis ia mondok pesantren di Jombor, Desa Gumelar Lor Kecamatan tambak Kabupaten Banyumas. Saat itu yang mengasuh pondok Jombor adalah KH Tahrir. Kyai Anwar mengenyam pendidikan dimulai dari kecil. Awalnya ia belajar di Sekolah Dasar di Cipawon. Sembari sekolah ia juga ikut belajar di Madrasah Diniyah yang diajarakan ilmu-ilmu mengaji dengan kyai-kyai kampung.

Lulus dari Sekolah dasar ia melanjutkan Madrasah Tsanawiyah NU 05 (dusun Telarpucung), desa Majasari Kecamatan Bukateja Kab Purbalingga lulus tahun 1969. Lepas Madrasah Tsanawiyah (MTS), Kyai Anwar belajar lagi ke Pondok Jombor untuk memperdalam ilmu gramatikal bahasa Arab yakni ilmu Nahwu, Shorof, Balaghah dan Tasawuf dengan KH Tahrir selama tiga tahun. Di Pondok itu, putra pasangan Ahmad Redja dan Tinem ini menamatkan (menghatamkan) beberapa kitab pegangan wajib untuk menguasai dan membedah ilmu-ilmu agama mulai dari kitab Taqrib, Safinah, Jumriyah sampai Imriti.

Pulang Pondok, ia langsung mendirikan taklim mengajar anak-anak agar bisa membaca al-Qur’an dan kitab-kitab salaf seperti Sulam Taufiq, Safinah, Duror Bariyyah, Jumriyah dan lain-lain teruama ilmu-ilmu fiqh. “Alhamdulillah, sampai sekarang masih ada anak-anak mau belajar ilmu agama terutama ilmu-ilmu shalat benar, al Qur’an dan fiqh yang setiap ba’da shalat Magrib berjamaah di Mushola al Mutaalimin,” kata Kyai Anwar.

Adapun metode mengajar dari majelis ini beanr-benar menerapkan metode pesantren atau cara salaf pada umumnya yakni dengan model sorogan dan bandongan. Di mana seorang murid berhadapan langsung dengan sang guru yang mengajar untuk menelaah dan mendalami kitab kuning. Menurut kyai yang terkenal menguasi ilmu fiqh ini, sekarang sudha jarang orang mempelajari dan mengasai ilmu-ilmu fiqh agama. “Pendidikan agama terutama ilmu fiqh kalah oleh ilmu-ilmu umum.”

Selain mengajar ilmu fiqh, Bapak 3 putra dua cucu ini memang dikenal ahli mengenai ilmu-ilmu hikmah. Kyai Anwar selama di pondok pesantren Jombor, desa Gumelar Lor, kec Tambak Kabupaten Banyumas yang diasuh KH Tahrir ini memang mempelajari dan mendalami kitab-kitab mengenai ilmu hikmah seperti Syamsul Ma’arif dan Manba’ul Usul Al-Hikmah yang dikarang Syaikh Ali Al-Buni. Menurutnya mempelajari ilmu tasawuf dan hilmah itu adalah sebuah jalan untuk membaguskan amal-amal kita kepada Allah SWT. “Keluar dari jalan keburukan menuju jalan yang diridhai Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya,” kata Kyai Anwar.

Aji Setiawan, Purbalingga

KCP Bank Mandiri Purbalingga a/n Aji Setiawan No rek : 139-00-1091517-5

Tidak ada komentar: