Kamis, 21 April 2011
Keutamaan Musibah
Republika, Sabtu, 13 Agustus 2005
Ketahuilah, sesungguhnya rasa syukur itu timbul karena mendapatkan sesuatu yang membahagiakan. Sedangkan sabar muncul karena tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan atau menyusahkan. Meskipun keduanya bertentangan, tetapi kadang ketika memperoleh suatu musibah manusia dapat bersabar sekaligus bersyukur. Ini bisa terjadi jika yang bersangkutan menyadari bahwa di dalam kesabaran itu terdapat kenikmatan tersendiri yang harus disyukuri.
Amirul Mukminin Umar bin Khathab RA berkata, ''Tidaklah aku diuji dengan sebuah musibah melainkan di dalamnya kutemukan empat kenikmatan dari Allah, yaitu karena musibah tersebut tidak menimpa agamaku, tidak lebih besar dari yang sedang terjadi, aku ridha dengan musibah itu, dan aku dapat mengharapkan pahala darinya.'' Begitulah kunci yang diberikan Umar bin Khattab RA kepada kita saat ditimpa musibah agar kita bisa senantiasa bersabar dan bersyukur.
Mengingat begitu banyak nikmat di balik musibah, maka sepantasnya manusia harus tetap bisa bersyukur atas musibah yang menimpanya. Hikmah itu sangat nyata sebagaimana Allah firmankan, ''Dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-nikmat-Nya lahir dan batin.'' (QS Al Luqman (31): 20). Ayat tersebut ditafsirkan sebagian ulama bahwa Allah telah menjadikan berbagai musibah zhahir sebagai nikmat, sebab di balik musibah terdapat pahala dan pendidikan dari Allah SWT.
Perpaduan berbagai musibah duniawi dan rasa syukur itu adalah sebuah kebahagiaan dan kesabaran yang menjadi reaksi dari rasa sakit. Sebenarnya berbagai musibah duniawi tersebut merupakan obat penyakit hati sebagaimana rasa sakit menjadi obat bagi penyakit jasmani. Karena itulah sebagian kalangan memahami bahwa untuk membuang sakit itu memang diperlukan kesakitan.
Kendati demikian, memperoleh sehat tetap lebih baik daripada sakit. Karena itu, Rasulullah SAW berlindung kepada Allah dari segala jenis bencana di dunia dan akhirat serta memohon keselamatan darinya. Rasulullah SAW bersabda, "Mintalah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada karunia yang diberikan kepada seorang hamba yang lebih utama daripada kesehatan, kecuali keyakinan.'' (HR Ibnu Majah dan Nasai). Yang dimaksud dengan keyakinan dalam hadis tersebut adalah terselamatkannya hati dari kebodohan.
Rasulullah SAW juga pernah berdoa, ''Dan karunia kesehatan-Mu lebih kusukai.'' (HR Ibnu Ishaq dan Ibnu Abi Dunya). Sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk membuat seseorang memperoleh kenikmatan yang sempurna di dunia dan pahala yang besar di akhirat.
Oleh karena itu, kita mohon kepada-Nya agar dengan kemurahan-Nya, dalam segala hal, Dia memberi kita kenikmatan zhahir maupun batin yang sempurna dan berkesinambungan. Sabar atau syukur adalah kunci yang bisa kita miliki untuk menggapai kenikmatan tersebut. Sabar dan syukur juga menjadi senjata yang sangat kuat untuk membantu kita dalam menghadapi segala macam bentuk musibah. (Aji Setiawan)Rek Bank Mandiri a/n AJi Setiawan 139-00-1091517-5
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar