Senin, 08 Oktober 2012
Sabtu, 06 Oktober 2012
Gema Shalawat Bersama Jamrud Lider
Indonesia
Diuntungkan Dakwah Kyai dan Habaib
“Inilah
yang mempererat kebersamaan di antara kita, agar masyarakat tidak saling
bermusuhan dan terpecah belah. Ini sudah diteliti oleh para peneliti bangsa
Jepang, bahwa Indonesia ternyata diuntungkan oleh dakwah Kyai dan Habaib. Kalau
tidak ada majlis-majlis seperti ini, dijamin masyarakat bejad moralnya!” kata
KH Budi dengan penuh semangat.
Lantunan
shalawat dan nyanyian senandung rindu berkumandang dari ribuan manusia yang
memadati ruas-ruas jalan di pertigaan Desa Kutawis Kecamatan Bukateja, Kabupaten
Purbalingga-Jawa Tengah. Malam itu, Sabtu malam(6/10) t2012, jama'ah rutin Maulid Simthud
Duror Lintas Daerah (Jamrud Lider) mengadakan acara tabligh akbar bertajuk gema
shalawat Bersama Jamrud.
Acara
rutinan Jamrud memang menjadi arena pengajian yang mampu mengisi ruang ruhani
masyarakat sehingga acara ini tersebar luas tidak hanya di wilayah Kab
Purbalingga saja, namun sudah menyebar sampai Kab Banjarnegara, Banyumas,
Wonosobo bahkan Cilacap. Jamaah tidak hanya didominasi oleh kalangan muda saja,
namun juga oleh bapak-bapak dan ibu-ibu bahkan anak-anak kecil ikut larut dalam
senandung shalawat bersama.
Kurang lebih satu kilometer sebelum tempat acara digelar 3 ruas jalan utama telah ditutup dan sebagian dijadikan area parkir untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Prkatis, jamaah harus berjalan kaki menuju tempat acara dan mulai menempati tempat duduknya masing-masing di jalan raya Kutawis-Banjarnegara dengan bergelarkan karpet atau tikar.
Kurang lebih satu kilometer sebelum tempat acara digelar 3 ruas jalan utama telah ditutup dan sebagian dijadikan area parkir untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Prkatis, jamaah harus berjalan kaki menuju tempat acara dan mulai menempati tempat duduknya masing-masing di jalan raya Kutawis-Banjarnegara dengan bergelarkan karpet atau tikar.
Acara
yang berlangsung selepas waktu shalat Isya itu dibuka dengan tembang shalawat
diikuti dengan iringan kibaran bendera dominasi wana hijau dari berbagai majlis
taklim dan jamaah maulid yang tersebar di wilayah perbatasan Kab Purbalingga
dan Banjarnegara itu. Ribuan manusia larut dalam suasana khidmat dan kesyahduan
menyenandungkan rasa mahabah kepada Rasulullah SAW.
Selepas
pembacaan maulid Simthud Durar maha karya Habib Ali bin Muhammad Husein Al
Habsyi, acara bersambung dengan sambutan dari KM Ali Charisudddin mewakili
Panitia yang bersambung dengan sambutan Wakil Bupati Purbalingga, H Sukento M,
MM. Dalam sambutannnya Wakil Bupati menyambut gembira adanya acara-acara
keagamaan dan maulid yang ada di Kab Purbalingga.
”Acara ini merupakan wujud nyata dari salah satu visi Kabupaten Purbalingga agar masyarakat Purbalingga akhlaqnya semakin baik. Sehingga Purbalingga aman, makmur dan sejahera serta pembangunan di harapkan lancar,” kata Wakil Bupati Kab Purbalingga, Jawa Tengah kepada jama'ah yang hadir.
”Acara ini merupakan wujud nyata dari salah satu visi Kabupaten Purbalingga agar masyarakat Purbalingga akhlaqnya semakin baik. Sehingga Purbalingga aman, makmur dan sejahera serta pembangunan di harapkan lancar,” kata Wakil Bupati Kab Purbalingga, Jawa Tengah kepada jama'ah yang hadir.
Selepas
sambutan dari Ketua Jamrud, Habib Ali bin Umar Al Quthban, pembicara utama yang
ditunggu-tunggu KH Budi Harjono yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Islah, Meteseh, Tembalang dari
Semarang sekitar 1,5 jam menyampaikan tausyiah utama.
Dalam
muidzah hasanah yang disampaikan dengan gaya santai itu selain mengungkap
pentingnya majlis-majlis pengajian dan shalawatan, KH Budi Harjono juga mengajak jamaah untuk semakin mencintai Rasulullah SAW.
KH
Budi Harjono berkisah di mana beberapa hari yang lalu baru bertemu Muryid
Thariqah Naqsabandiyah Haqqaniyah , Syekh Hisyam Kabbani di daerah Condet,
Jakarta Timur. Dalam pertemuan itu, Syeikh Hisyam mengungkap kegembiraan dan
kecintaannya kepada tanah air Indonesia.”Di dunia ini ada dua tempat yang saya
cintai. Pertama, kota Mekkah-Madinah karena di sana ada Ka’bah dan makam
Rasulullah SAW. Kedua, Indonesia. Karena di langit Indonesia ini bertabur
bintang-bintang cahaya. Majlis-majlis maulid dan ilmu tersebar di berbagai
pelosok Indonesia,” kata KH Budi menirukan Syaikh Hisyam.
KH
Budi melanjutkan orasinya, bahwa Majlis-majlis maulid yang banyak digelar di
Indonesia ini. Sesungguhnya menjadi arena “srawung”(semacam bertemu dan
berkumpul bersama) agar perjalanan kehidupan ini tidak sepi.
“Inilah
yang mempererat kebersamaan di antara kita, agar masyarakat tidak saling bermusuhan
dan terpecah belah. Ini sudah diteliti oleh para peneliti bangsa Jepang, bahwa
Indonesia ternyata diuntungkan oleh dakwah Kyai dan Habaib. Kalau tidak ada
majlis-majlis seperti ini, dijamin masyarakat bejad moralnya!” kata KH Budi
dengan penuh semangat.
Diselingi
dengan shalawatan dengan sulukan langgam tembang jawa dan disambut dengan koor
bersama dan diringi tetabuhan rampak rebana jamaah Simthud Durar yang membawa jamaah pada samudra kecintaan
kepada Rasulullah SAW.
KH
Budi Harjono juga mengingatkan jamaah untuk tidak gumunan (heran) dengan
gerakan gelombang budaya dan agama yang terjadi di Barat. “Shalawatan dengan
diiringi musik rebana di Indonesia jauh lebih tua di bandingkan dengan apa yang
terjadi di Barat. Lagu sulukan dan shalawatan telah dikembangkan Wali
Songo sejak Islam pertama masuk Indonesia. Cat Steven atau yang dikenal Yusuf
Islam baru belajar rebana dan mengembangkan di Eropa, ini setelah ia masuk
Islam dan berkunjung ke Indonesia. Bahkan thoriqoh dan aliran tasawuf yang
berkembang di Amerika yang sekarang sedang marak, ternyata aliran thoriqoh di
Indonesia jauh lebih dahulu berkembang.”
Ia
juga mengingatkan pentingnya shalawat, di mana dalam majlis-majlis semacam
shawalatan bersama ini tiada lain untuk menumbuhkan kedalaman cintanya kepada
Rasulullah SAW. “Nabi Muhammad SAW diutus sebagai petunjuk kebahagiaan dunia
dan akhirat, lahir dan bathin. Semoga masyarakat Purbalingga dikaruniai
sifat-sifat mahmudah (baik) yang pernah dianugrahkan Allah SWT kepada
Rasulullah SAW,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Meteseh ini kepada ribuan
jamaah.
Jama'ah
tidak beranjak dari tempat duduknya, karena gaya ceramah KH Budi Harjono penuh
ger-geran yang menyegarkan sehingga tidak membuat ngantuk. Di akhir acara KH
Budi Harjono mengijazahkan doa mahabbah kepada jamaah agar semakin dicintai
Rasulullah SAW dan meraih cinta Allah SWT. Wirid doa itu adalah “Allahumma
inni as-aluka hubbaka wa hubba man yuhibuka wal ‘amalal ladzi yuballlighuni ila
hubbika.” (Ya Allah, aku memohon limpahan cinta-Mu,, cinta orang yang
mencintai-Mu, dan setiap amal yang menyampaikanku kepada cinta-Mu). Acara pun
ditutup derngan doa oleh KH Budi Harjono tepat pukul 01.00 dini hari.(***)
Aji
Setiawan, Purbalingga
Caption :
1.
Lead
2.
Iringan rebana Jamrud Lider,
Menyemarakan suasana
3. KH Budi
Harjono. Diuntungkan dakwah Kyai dan Habaib
3. Jamaah
membludak menutupi jalan raya. Menyimak mauidzah hasanah
Langganan:
Postingan (Atom)