Syeikh Hisyam dan Habib Syech Shalawatan di Purbalingga
Habib
Syeikh Hisyam Al Kabbani bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf (Solo)
menggelar Mawlid dan Shalawatan bersama di Alun-Alun Kabupaten Purbalingga.
Acara yang bertajuk “Purbalingga Bersholawat” ini pun tak pelak dipenuhi
puluhan ribu pengunjung.
Kedatangan
Mursyid Thariqah Naqsabandi Al Haqqani Syaikh Hisyam Al Kabbani di Indonesia dari
Amerika Serikat, disambut secara semarak oleh jamma’ah umat Islam Indonesia.
Sejak kedatangannya di tanah air Indonesia medio 24 September 2012, beserta
rombongan Syaikh Hisyam mengadakan silaturahmi di Majid Raya Pondok Indah,
Jakarta Selatan. Acara berlanjut Hari Selasa (25/9) di Zawiyah Haqqul Mubbin,
Bintaro. Tak kenal lelah, Hari Rabu (26/9) ia bertemu debgan jama’ahnya di
Zawiyah Nurul Haq, Cinere dan Hari Kamisnya (27/9) bersama KH Amir Hamzah
mengadakan Maulid bersama di Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Buncit, Jakarta
Selatan. Menurut rencana, Syaikh Hisyam di Indonesia sampai dengan 3 Oktober 2012.
Hari
Sabtu bertepatan dengan 29 September kembali Habib Syeikh Hisyam Al Kabbani
bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf (Solo) menggelar Mawlid dan
Shalawatan bersama di Alun-Alun Kabupaten Purbalingga. Acara yang bertajuk
“Purbalingga Bersholawat” ini pun tak pelak dipenuhi puluhan ribu pengunjung.
Jama’ah rela berdesak-desakan memadati areal alun-alun Kab Purbalingga sejak
ba’da shalat Isya.
Acara
dibuka tepat pukul 21.00 dengan pembacaan Simthud Durar yang dibaca secara
estafet oleh Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, Habib Alwi bin Ali bin Alwi
Al Habsyi, Habib Umar Bilfagih, Habib Ali bin Umar Al Qitban dan diiringi
hadrah rebana Ahbabul Musthofa.
Berlanjut
dengan sambutan pembuka oleh Wakil Bupati Purbalingga Jawa Tengah H. Sukento
Ridho Marhaendrianto MM, MM yang disambung dengan
mauidzah hasanah utama oleh Syaikh Hisyam Kabbani dalam berbahasa arab yang
diterjamakan oleh Habib Alwi bin Ali bin Alwi bin Muhammad Husein Al Habsyi
dari Surakarta.
Dalam
tausyiahnya Syaikh Hisyam menyampaikan pesan cinta kepada jama’ah yang
hadir.”Kita berkumpul di tempat yang mulia ini karena panggilan cinta kepada
Rasulullah SAW,” kata Syaikh Hisyam.
“Wahai
para kekasih Rasulullah SAW, kalian datang pada hari ini karena malam ini
bersama Rasulullah SAW. Saat ini kita bershalawat bersama dalam majlis mujtama’
yang sangat besar. Malam ini tangan Allah SWT bersama kita. Allah SWT telah
memuliakan Nabi Muhammad SAW dadlam kedudukan yang istimewa. Saat kita menyebut
nama Rasulullah SAW, Rasulullah SAW membalas setiap shalawat yang kita
sampaikan. Rasulullah SAW bersabda,’Orang yang bakhil atau kikir adalah orang
yang apabila disebut namaku, orang tersebut tidak bershalawat kepadaku’.”
Syaikh
Hisyam juga mengisahkan tentang keberuntungan para sahabat yang hidup semasa
Rasulullah SAW.”Lihatlah para sahabat Rasul SAW yang berkumpul dalam
majlis-majlis Rasulullah SAW. Mereka mencapai kedudukan mulia karena mereka
duduk dan dapat memandang wajah Rasul dan Rasulullah SAW memandang wajah
mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang dapat memandang wajah Rasulullah
SAW.”
Kemudian
Syaikh Hisyam kembali bercerita tentang kedudukan mulianya umat Nabi Muhammad
SAW. Ketika Nabi Musa AS mengatakan kedudukan yang mulia umat Nabi Muhammad
SAW, Nabi Musa memohon kepada Allah SWT agar dipertemukan dengan umat Nabi.
Nabi Muhammad SAW lalu mengutus Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali untuk menemui
Nabi Musa AS.
Nabi
Musa AS bertanya kepada Imam Ghazali,”Siapa namamu?”
Imam
Ghazali menjawab,”Abu Hamid bin Muhamad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali.”
Mendapat
jawaban yang sedemikian panjang, Nabi Musa AS kembali bertanya,”Kenapa engkau
ini? Kenapa engkau sebut semua kakekmu, bapakmu dan moyangmu?”
Al
Ghazali menjawab,”Ya Musa, bagaimana aku hendak menjawab namaku yang sedemikian
panjang. Karena namaku ada Muhammad. Dengan nama itu, aku diangkat di sisi
Allah SWT. Adapun engkau Ya Musa, padahal Allah SWT maha tahu. Apa yang ada di
tangan kanan mu. Itu tongkat. Kenapa engkau menjawab panjang lebar?”
Musa
AS menjawab,”Aku menjawab ini dengan panjang lebar, karena aku lebih nikmat.
Demikianpun ketika aku menyebut namamu Abu Hamid bin Muhamad bin Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali. Karena
aku merasakan kenikmatan saat menyebut namamu.”
Dilanjutkan,”Inilah
umat sejati yang meraih kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Kita adalah para
pencinta Rasulullah SAW. Apa yang dilakukan oleh Habib Syech bin Abdul Qadir
Assegaf untuk lebih banyak menyebut nama Rasulullah SAW membuat kita semakin
dimuliakan oleh beliau. Rasulullah SAW hadir di tengah-tengah kita saat kita
sebut namanya. Ketahuilah Allah SWT melimpahkan rahmat Nya saat kita sebut nama
Rasulullah SAW. Sekali kita menyebut Rasul SAW, Allah SWT melimpahkan sepuluh
rahmat kepada kita. Kita sebut sepuluh, dibalas seratus. Kita sebut seratus,
Allah SWT melimpahkan seribu Rahmat-Nya dan seterusnya. Begitulah yang dialami
oleh para sahabat Rasulullah SAW saat mereka menyebut Rasulullah SAW.”
Selanjutnya
Syaikh Hisyam Al Kabbani menguraikan makna yang terkandung dalam kalimat basmallah.
“Di dalam Basmallah ada tiga tempat (huruf mim) yang mempunyai makna
tersendiri. Mim pada bismi, merupakan kedudukan sang kekasih
Allah SWT yakni Ahmad. Kedua mim pada Ar-Rahman, adalah panggilan
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diabadikan dalam Al Qur’an,”Sungguh Aku mengutus
seorang Rasul tiada lain untuk menyebarkan rahmat bagi alam semesta (Rahmatan
lil Alamin). Dan ketiga mim pada Ar-Rahiem
adalah menandakan sifat Nabi Muhammad SAW. Sungguh Nabi Muhammad SAW
mempunyai sifat yang sangat penyayang kepada umat yang beriman.”
Sealin
mengupas tentang kandungan makna ayat Al Qur’an, Syaikh Hisyam tidak lupa
mengajak jamaah untuk semakin mendawamkan shalawat. “Kita menjunjung tinggi
Rasulullah SAW itu karena perintah Al Qur’an. Jadikan shawalat sebagai dzikir
setiap saat agar hati kita tentram dan tidak lupa kita meneladani ahlak Nabi
Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari,” demikian pesan terakhir Habib
Syeikh.
Selepas
beberapa lagu shalawat yang mendapat antusiasme dari jamaah dengan melambaikan
bendera atau tangan sambil menggerakan badan ikut bershalawat bersama
berbarengan dengan iringan rebana yang rampak. Habib Syech tepat pukul 24.00
menutup Purbalingga Bersholawat dengan mahalul Qiyam dan doa.(*) Aji Setiawan,
Purbalingga