Rabu, 21 Agustus 2013

Daftar Desa di Kec Bukateja Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah

Daftar Desa di Kec Bukateja Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah 

Kode Pos : 53382

Desa Bukateja terdiri atas 14 Desa, yaitu:
1. Desa Bukateja
2. Desa Cipawon
3. Desa Bajong
4. Desa Karangcengis
5. Desa Karanggedang
6. Desa Karangnangka
7. Desa Kebutuh
8. Desa Kedungjati
9. Desa Kembangas
10. Desa Kutawis
11. Desa Majasari
12. Desa Penaruban
13. Desa Tidu
14. Desa Wirasaba

Daftar Kelurahan di Kec Purbalingga Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah

Daftar Kelurahan di Kec Purbalingga Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah

Peta Wilayah

Kecamatan Purbalingga terdiri atas 13 Kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan Pubalingga Lor (Kode Pos 53311)
2. Kelurahan Purbalingga Kulon (Kode Pos 53312)
3. Kelurahan Purbalingga Kidul (Kode Pos 53313)
4. Kelurahan Penambongan (Kode Pos 53314)
5. Kelurahan Kedungmenjangan (Kode Pos 53315)
6. Kelurahan Toyareja (Kode Pos 53315)
7. Kelurahan Bancar (Kode Pos 53316)
8. Kelurahan Jatisaba (Kode Pos 53316)
9. Kelurahan Purbalingga Wetan (Kode Pos 53317)
10. Kelurahan Wirasana (Kode Pos 53318)
11. Kelurahan Bojong (Kode Pos 53319)
12. Kelurahan Gampang (Kode Pos 53319)
13. Kelurahan Kembaran Kulon (Kode Pos 53319)

Daftar Desa di Kec Kemangkon Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah

Daftar Desa di Kec Kemangkon Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah

Kode Pos 53381Kecamatan Kemangkon terdiri atas 19 Desa, yaitu:
1. Desa Bakulan
2. Desa Bokol
3. Desa Gambarsari
4. Desa Jetis
5. Desa Kalialang
6. Desa Karangkemiri
7. Desa Karangtengah
8. Desa Kedungbenda
9. Desa Kedunglegok
10. Desa Kemangkon
11. Desa Majasem
12. Desa Majatengah
13. Desa Muntang
14. Desa Panican
15. Desa Pegandekan
16. Desa Plumutan
17. Desa Senon
18. Desa Sumilir
19. Desa Toyareka

Minggu, 18 Agustus 2013

Piutang , Hutang , Gaji belum Terbayar, Honorarium yang terlupa dan Tentang Uang


Piutang , Hutang , Gaji belum Terbayar, Honorarium yang terlupa dan Tentang Uang
Ada yang belum lunas, padahal Allah SWT maha mencatat, manusia tempatnya lupa. Sementara aku dalam sunyi tak menulis apa pun , kecuali aku pernah menitipkan sebuah pesan akhir yang kiranya aku sangat malu untuk menagihnya, aku telah memberikan kelapangan, kenapa engkau tidak memberikan kelapangan kepadaku....
Silahkan donasikan dan salurkan hak-hak ku itu dalam :
a/n Aji Setiawan Rek: BANK MANDIRI: 139-00-1091517-5

Rabu, 14 Agustus 2013

Ponpes Darul Lughah Wa Al Da’wah , Bangil Pasuruan

Ponpes Khusus Bahasa Arab dan Dakwah
Inilah salah satu ponpes yang mengkhususkan pendidikan dalam bahasa Arab dan Dakwah yang ada di Kab Pasuruan Jawa Timur. Pesantren Ponpes Darul Lughah Wa Al Da’wah didirikan oleh Habib Hasan bin Ahmad Baharun

Saat memasuki kawasan pesantren ini suasana sejuk dan suasana Islami tampak di depan mata memandang. Para santri dan asatidz memakai pakaian putih-putih khas timur tengah terlihat di salah satu sudut pesantren. Mereka terlihat sedang mengobrol dan bercakap-cakap dengan bahasa arab. Suasana dan pemandangan seperti ini dapat kita lihat di Pesantren Darul Lughah wa Al Da’wah (PP Dalwa) Desa Raci kota Bangil Kabupaten pasuruan Jawa Timur.
Secara arti bahasa Darul Lughah Wa al Da’wah (berasal dari bahasa Arab), Dar artinya rumah, Lughah  maknanya bahasa; sedangkan da’wah artinya menyeru atau mengajak. Makna dari nama ini, diharapkan dari pesanten tersebut dapat menjadi tempat untuk mendidik dan mencetak santri dalam bidang bahasa khususnya bahasa Arab, yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk menyebarkan Islam dan memberi ketauladanan dalam kehidupan dengan nilai Islami sebagai mana termaktub dalam misi dakwah PP Dalwa.
Ma’had ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharunn mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat.
Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.
Al Ustadz Zain Hasan Baharun selaku penerus Ust. Hasan Baharun pada tahun 2006 membuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Tahun 1985 atas petunjuk Musyrif Ma’had Dalwa yakni al Muhadist Sayid Muhammad Alwi al Maliki al Hasani maka Pondok Pesantren Dalwa pindah ke sebuah desa yang masih sangat jarang penduduknya dan belum ada sarana penerangan (listrik) dengan lahan seluas 2 hektar. Jumlah santri waktu itu 186 orang santri dengan 142 santri putra dan 48 orang santri putri. Desa itu bernama Raci yang terletak di sebelah timur kecamatan Bangil , Kabupaten Pasuruan, kira-kira 20 menit perjalanan dari alun-alun Kota Pasuruan ke arah Barat.
Saat ini lahan yang ada telah mencapai sekitar 4 hektar dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri. Dengan jumlah penghuni sekitar 1200 orang santri yang berasal dari berbagai penjuru tanah air bahkan dari negeri mancanegara. Tenaga pengajar dan masyaikh yang membina tak kurang 100 orang yang merupakan alumni dari dalam dan luar negeri ditambah dengan pembantu pondok yang diikutkan belajar sekitar 95 orang.
Pelajaran yang diberikan kepada santri, merupakan materi yang terdapat dalam kitab-kitab kuning salaf yang diakui mu’tabar keshahihannya oleh pondok-pondok pesantren ahlus sunnah wal jama’ah di Indonesia.
Alokasi waktu yang diberikan untuk materi atau pelajaran diniyah (pondok) mulai pukul 07.30 -1200 WIB. Untuk pelajaran tambahan yaitu oleh raga dan senam pagi dilaksanakan mulai pukul 06.00-06.30 WIB. Sedangkan kegiatan belajar tambahan (halaqoh hadramiyah) setelah sholat subuh dari jam 04.30-05.30 WIB dan setelah sholat Maghrib dari jam 18.00-19.15 WIB. Latihan pidato bahasa Arab dan bahasa Inggris setiap malam Senin setelah sholat Isya (wajib untuk setiap santri) mulai kelas 4 Ibtidaiyah ke atas.
Habib Hasan Baharun memiliki cita-cita agar para santrinya menjadi ulama yang intelektual , mampu menghadapi berbagai perkembangan jaman. Berangkat dari semangat dan cita-cita tersebut, maka Habib Hasan bin Ahmad Baharun mendirikan MI, MTs, MA dan STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam). Para santri pun diwajibkan untuk masuk ke sekolah yang didirikan olehnya.
STAI Dalwa membuka program Strata Satu (S-1) yang diselenggarakan melalui sistem kredit semester (SKS) mencakup dua bidang keahlian; Jurusan Syariah program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah dan Jurusan Tarbiah Program Studi Pendidikan Agama Islam serta akta IV non kependidikan.
STAI Dalwa diasuh dan dibina oleh tenaga-tenaga dosen tetap PTN (IAIN dan Universitas) dengan kualifikasi S2, S3 dan guru besar yang memiliki reputasi dari lulusan dalam dan luar negeri serta profesional  di bidangnya masing-masing.
Sedang materi –materi khusus yang meliputi mata kuliah pendidikan Diniyyah, Studi Keislaman serta materi-materi lokal lainnya diasuh oleh tenaga-tenaga pengajar senior Pondok Pesantren Darul Lughah wa Al Da’wah dan alumni dari berbagai pondok pesantren dalam negri dan Timur Tengah (Mekkah, Madinah, Yordania, Mesir dan Yaman).
Ustadz Hasan bin Ahmad Baharun sebelum wafat memiliki proyek besar yakni asrama Yatim piatu dan ponpes untuk anak-anak kecil (dasar). Oleh karena itu Ustadz Zainal Abidin Baharun dan Habib Segaf bin Ahmad Hasan Baharun membangun lagi sebuah pesantren yang digunakan khusus untuk anak-anak kecil Madrasah Ibtidaiyah. Pondok ini merupakan pondok paling mewah karena dilengkapi taman bermain, komkputer dan game lainnya yang bernafaskan pendidikan Islami.
Secara umum fasilitas Dalwa sudah sangat memadai, di sana terdapat Laboratorium bahasa Arab dan Inggris, perpustakaan, poliklinik, wartel, percetakan, koperasi dan puasat komputer. Sebagai lahan pelatihan untuk dakwah bil-kitabat, pesantren ini menerbitkan majalah Al-Bashiroh. Meskipun masih sederhana majalah ini sudah online di internet dan menyeru uamat Islam dalam kebajikan dan wailayah edarnya terbatas di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya. (***)Aji Setiawan

Pidato Politik HM. Romahurmuziy, MT


Pidato Politik HM. Romahurmuziy, MT pada acara Sosialisasi Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Nurul Barokah, Beji, Kec Bojongsari Kab Purbalingga-Jawa Tengah (1/8) 2013.

Ketua DPRD Kab Cilacap pernah menyampaikan,”Pak Muhaimin, kursi PPP kok cuma lima dan PDI-Perjuangan kursinya hanya banyak sekali. Padahal kalau haul saja 30.000, kalau akhirussanah 15.000 orang. Tapi saat pemilu suara PPP kok rendah?“

Ini menjadi pertimbangan bagi kita, kalau hanya kita mengurusi banyak pondok dan masjid. Berapa banyak yang datang ke pondok dan masjid? Yang datang ke pondok dan masjid saja belum tentu memilih kita. Masih banyak yang diluar pondok dan masjid belum tergarap oleh partai-partai Islam.
Kalau kita biarkan saja , semua partai mengalami penurunan suara. Maknanya apa? Partai Islam tidak memperjuangkan rakyatnya. Secara ubudiyah, ritualnya semakin banyak. 20 tahun lalu, yang mengaji , memakai jiblab di TV sedikit. Islam sebagai ibdadah ritual sebagai ibadah mahdah semakin berkembang. Sekarang caleg kudungan, sekarang putra kyai nyalon dari partai bukan islam. Artinya, ada persoalan serius, kalau kita hanya memperjuangkan hanya bidang yang kita geluti.

Ini kita sebut sebagai cara trilogi kemenangan. Yakni yang pertama, mempertahankan sura yang baik, ”al muhafadzatu alal qadiimish shaalih wal akhdzu bil jadiidil ashlah” .suara yang 16.000 suara ini tolong dipertahankan. Kita harus bangun dari tidur panjang. Cukup sudah p3 turun, sekarang kita harus bangkit dan sura P3 haru s ditingkatkan. Jangan yang sudah memilih kita kita pertahankan. Kedua, yang pernah kita, kita tarik kembali. Yang pernah memilih P3 dan kemarin memilih partai lain. Kembalilah, ..semoga persatuan agar membuat partai ini menjadi besar.
Yang ketiga, Al-Akhdzu bil Jadidil Ashlah, Yaitu memperbesar suara kita dengan menggaet pemilih pemula . Dimana umur pemiih pemula 17-22 tahun ada 25% dan 25-30 tahun ada 35% . Di mana –mana pemilih p3 ada di atas 40 tahun bahkan 50 tahun. Pernah digebuki dan dipenjara, jangan-jangan karena pemilih tua sudah pada meninggal dan pemilih muda tidak mau masuk.
Masuknya jiwa-jiwa muda agar bisa mengikuti perubahan jaman. Apalagi partai politik, ini urusan dunia karena itu dengan cara –cara dunia. Jangan hanya dengan berdzukir dan berdoa. Rasulullah SAW berjuang saja dengan berdoa, berdarah dan berkeringat.
Ada cerita seorang Badui mau sholat berjamaah. Rasulullah SAW menegur kepada orang Badui,”Hai Badui ikat dahulu untamu, baru kamu sholat. Orang Badui menjawab, Saya sudah bertawakal kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW kembali menegurnya,”Kamu salah, ikat dahulu untanya baru kamu sholat. Itu baru tawakal yang benar.”
Saya ingin mengkisahkan salah satu cerita pada khalifah Ali bin Abu Thalib. Pada jaman itu ada seorang gubernur dibaiat yakni Muawiyah binAbu Sofyan Suatu saat Pasukan Muawiyah bin Abi Sofyan terdesak dan Khalid bin Walid menegur Muawiyah.”Gantungkan mushaf2 al Qur’an di mushaf –mushaf pasukan terdepan. Seketika saran itu dilaksanakan , Sayidina Ali memerintahan pasukannnya agar menghentika n peperangan karena ada Al Qur’an ,”Mereka adalah saudara kita.”
Akibat penghentian peperangan ini membuat kelompok Sayidina Ali terpecah. Muncullah kelompkk Khawarij.
Sahabat Abu Musa al Asyari diutus Amr bin Ash mereka berunding dan menghasilkan keputasan tidak boleh ada dualisme kepemimpinan dalam Islam.
Khalifah harus ada satu , maka dikumpulkan lah dua kelompok Islam. Khalifah Ali bin Abu Thalib untuk menyerahkan kekhalifahan. Amr bin Ash kemudian mengumumkan Muawiyah bin Abu Sofyan menjadi khalifah. Di sinilah Abu Musa kena tipu.

Partai Politik adalah syiasah, sebagai syiasah kita harus memutar otak, uang dan tenaga agar partai kita menjadi besar.
Kita kadang melupakan bahwa berjuang membutuhkan biaya. Namanya berjuang, beras , baju dan uang. Nabi SAW juga menyisihkan ghanimah 10% untuk perjuangan Islam. Maka agar kita memperjuangkan Islam, membutuhkan biaya. Tolong, dengan memerjuangkan Islam dengan biaya, dengan bersungguh-sungguh. Sebab kalau tidak dengan biaya, maka akan wala mutu wa yahya, sudah tidak mutu, menghabiskan biaya.

Minimal 25 suara, setiap hari akan memilih kita. Setiap hari 250 menit untuk diajak ngbrol. 6 jam untuk diajak ngobrol. Atau kita mempunyai orang yang bisa memduplikasi dukungan kita, yakni tokoh-tokoh mulai dari tokoh ulama sampai tokoh bajingan. Nabi SAW juga punya preman yakni Umar bin Khathab, ia preman bajingan yang taubat.

Cara mengorganisasikan partai dengan biasa-biasa saja tolong ditingkatkan. Kata Sayidina Ali,”Kebenaran yang terorganisir akan kalah oleh kebatilan yang terorganisir. “

Jangan berharap dengan lambang Ka’bah dan dukungan kyai akan otomatis meningkatkan suara. PKNU banyak didukung kyai. Nyatanya suaranya kalah dengan partai lain. Kyai tugasnya bukan mencari suara, tapi mengaji. Tugas mencari suara adalah tugas fungsionaris partai.

Tolong, sekali lagi kepada yang hadir, kita kembali hidupkan semangat kita dan memperbaiki kinerja kita untuk memenangkan Partai Persatuan Pembangunan pada Pemilu 2014.(***)

Senin, 12 Agustus 2013

Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri

Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri

Pondok Salaf dengan Ribuan Santri
Pesantren ini bermula dari sebuah majelis taklim yang dirintis KH Achmad Djazuli Utsman untuk memerangi maksiat di kawasan Ploso, Kediri. Kini pesantren Al-Falah telah berkembang dengan mencapai 8000 santri

Ploso, demikian sebuah kampung kecil di sebelah barat sungai Brantas merupakan daerah yang mudah dijangkau dari Kota Kediri. Jaraknya kurang lebih lima belas kilometer. Pada awal abad 19, daerah Ploso dikenal sebagai kawasan basis maksiat di kecamatan Mojo. Tetapi kemaksiatan yang merajela itu lambat laun semakin lenyap. Itu semua berkat adanya majelis taklim yang dirintis oleh KH Achmad Djazuli Utsman yang dikemudian hari dikenal sebagai Pondok Pesantren Al-Falah.
Kini bangunan megah pesantren yang menghadap jalan raya Tulung Agung Kediri itu tampak asri. Sejauh mata memandang, bangunan madrasah dan pemukiman santri berpadu menjadi bukti konkrit dari buah perjuangan yang telah digoreskan oleh pendiri pondok, yakni KH Achmad Djazuli Utsman yang mulai merintis majelis taklim Al-Falah mulai tahun 1925.
Pada awal berdiri, ia hanya mempunyai santri dari daerah sekitar kecamatan Mojo dan berjumlah dua orang. Lambat laun, para santri mulai bertambah. Para santri diajar dan dididik di serambi masjid kena’iban Ploso.
Waktu beranjak dari tahun ke tahun. Seiring berjalannya waktu, jumlah santri pun semakin bertambah. Ini rupanya yang menuntut berdirinya gedung madrasah untuk menampung para santri yang semakin hari semakin bertambah. Dengan semangat keikhlasan dan kekuatan untuk mensyiarkan dakwah Islamiyah, KH Achamd Djazuli Utsman berkeliling dari desa ke desa dengan mempergunakan sepeda onthel untuk mewujudkan gedung madrasah itu. Upaya kerja keras, jerih payah dan kesabaran yang diiringi sikap tawakal kepada Allah SWT ini pun berbuah. Pada tahun 1927, gedung madrasah abang yang terletak persis di depan masjid dapat dibangun. Gedung asrama pondokan ini masih terlihat utuh dan menjadi saksi sejarah awal berdirinya Ponpes Ploso.
Selang beberapa waktu kemudian didirikan pula pondokan lain dan pada tahun 1939 jumlah santri telah berkembang menjadi sekitar 200 orang. Waktu Jepang datang dan menjajah RI, Pesantren Ploso menjadi tempat pendidikan santri untuk berjuang melawan penjajah. Para santri yang telah digembleng lahir dan bathin, banyak yang ikut berjuang di berbagai daerah tempat asal santri. Sehingga pada masa itu, pesantren Ploso menjadi vakum dari kegiatan pengajaran. Bahkan jumlah santri yang tersisa hanya tinggal 6 orang saja, yakni Bapak Zainuddin (Kebumen), Masudin (Yogyakarta), Kholil (Solo), Abdul Kholik Dhofir (Kediri), Romli (Trenggalek), dan Nawawi (Banyumas).
Keenam pemuda inilah yang bahu membahu membantu dan membina kemajuan pondok setelah agresi militer I dan II Belanda. Selepas kemerdekaan, sedikit demi sedikit keadaan pondok mulai pulih kembali. Demikian juga dengan semakin tersyiarnya dakwah dari Ponpes Ploso, semakin harum dan namanya ke seluruh pelosok tanah air sebagai pencetak ulama-ulama yang handal. Perkembangan santri pun semakin lama semakin bertambah banyak. Untuk mengimbangi jumlah santri yang terus bertambah, pengelola terus membangun sarana dan prasarana pesantren, seperti pondokan, fasilitas kesehatan, perpustakaan, aula, ruang-ruang kelas dan lain-lain.

Jenjang Pendidikan
Memang tidak mudah mudah merintis pesantren, apalagi sebuah pesantren yang besar. Lebih sukar lagi dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan para santri. Untuk memudahkan dalam pengaturan pendidikan santri. Setiap calon santri diharapkan memilih sesuai dengan taraf pendidikan yang sudah ditempuh. Bagi para santri baru, mereka masuk jenjang pendidikan ibtidaiyah (sifir) selama 3 tahun. Kemudian dilanjutkan ke tingkat atasnya yakni Tsanawiyah selama 4 tahun.
Lepas dari Tsanawiyah, para santri melanjutkan ke tingkat tertinggi yakni Madrasah Islamiyah Riyadlotul Uqul (MISRU), ataui setingkat Aliyah. Dalam program pendidikan terakhir ini, setiap santri memperdalam pelajaran ‘gramar’ dan ilmu alat bahasa Arab. Selepas tamat dari madrasah tersebut, bagi santri yang ingin memperdalam ilmu agama (Fiqh) dibentuk Jami’yatul Musyawaroh Riyadlatut Tholabah. Para santri yang masuk ke program ini adalah santri-santri yang sudah menguasai ilmu nahwu, shorof dan imu alat untuk memperdalam kitab kuning. Karena di forum ini, para santri dituntut untuk menyelesaikan masalah yang hadapi dan kitab yang dipergunakan dengan cara mandiri. “Diharapkan supaya nantinya bila terjun dalam masyarakat sudah mampu menjawab dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan masyarakatnya,” kata pengasuh Ponpes Al-Falah, KH. Ahmad Zainudin Djazuli.
Di Pesantren yang bersendikan pendidikan salaf ini, hampir seluruh waktu santri dipergunakan untuk belajar, baik belajar formal mau pun informal. Dalam hal pengajian, kepada para santri ada yang diwajibkan. Seperti pengajian kitab Fathul Ghorib dan Ta’limul Muta’alim yang diajarkan oleh Masyayikh (putra-putri Hadrrotussyeikh KH. Achmad Djazuli Utsman). Pengertian wajib di sini adalah para santri yang masih rendah diharuskan mengikuti materi pengajian dua kitab tersebut. Untuk tingkat di atasnya, diwajibkan mengaji kitab yang lebih tinggi yakni Bukhari dan Minhajut Tholibin. Untuk pengajian lainnya ada pengajian kitab Ihya Ulumiddin, Fatkhul Wahab, Fathul Mu’in, Iqna dan lain-lain.
Untuk menambah bobot pengajian, dalam pelajaran juga masih ada pengajian yang diberikan oleh santri senior yang sudah mampu, waktunya pun dipergunakan dalam celah-celah kegiatan para santri. Semua sistem yang dipergunakan adalah model bandongan, yakni guru membaca kitab, para santri kemudian memberi makna gandul (bahasa kromo).
Tidak sebagaimana sekolah atau universitas yang memakai kalender Masehi sebagai patokan dalam memulai aktivitas belajar. Di pesantren ini memakai patokan tahun Hijriah baik untuk pendidikan madrasah maupun pondok. Hari-hari efektif dimulai pertengahan bulan Syawal. Sedangkan ujian pertengahan tahun pada awal bulan Rabiul Awal (Maulud). Setelah ujian selesai, para santri memperoleh libur selama 1 minggu, biasanya waktu libur itu dipergunakan untuk menengok keluarga di kampung halaman masing-masing santri. Ujian akhir sendiri diadakan pada bulan Rajab. Ketika memasuki ulan Ramadhan, pondok ini juga menyelenggarakan pesantren kilat (pasaran/puasanan) yang terbuka untuk santri dan masyarakat umum. Seluruh rangkaian kegiatan belajar santri kemudian ditutup dengan acara Haflatus Tasyakur (acara tutup tahun) yang berbarengan dengan acara Haul Al-Maghfurlah KH. Achmad Djazuli Utsman di bulan Muharram.
Selain kegiatan wajib, para santri juga dianjurkan untuk mengikuti aktivitas lain yang menambah wawasan dan pengetahuan santri, seperti; baca Tahlil dan Yasin, muhafadzah, dhi’baiyah, mujahadah, khitobah, bahtsul masa’il. Demikian gambaran seluruh rangkaian aktivitas pesantren yang saat ini jumlah santri baik putra maupun putri sekitar 8000 orang dan yang tersebar di asrama pondokan yang berdiri di atas lahan sekitar 3 hektar itu. Peran dan sumbangannya untuk mendidik dan membina generasi yang kokoh, tangguh dan mampu berperan di tengah-tengah kehidupan masyarakat sudah tidak diragukan lagi dengan jumlah alumni yang sudah mencapai lebih dari puluhan ribu dan tersebar di seluruh Indonesia.
Aji Setiawan

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H,

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H, 
Minal Aidzin Wal Faidziin Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Aji Setiawan, ST 
081229667400

alumni SMP N 1 Bukateja tamatan 1993/1994





تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنٌِكُمٌ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمٌ من العائدين والفائزين
Segenap alumni SMP N 1 Bukateja tamatan 1993/1994 mengucapkan : 
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H. 
MinalAidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin.


Acara yang dikemas acara temu alumni  alumni SMP N 1 Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah tamatan 1993/1994 berlangsung secara sederhana di rumas mas Budi (Jl Serut Bukateja). Hadir hampir mewakili setiap kelas dari tamatan SMP N I Bukateja. Memang tidak hadir semua, namun pertemuan ini sengaja tidak berakhir di tahun ini, namun berharap berlanjut di tahun-tahun mendatang..Walau sederhana namun sarat makna. Setelah dimulai dengan saling ramah tamah dan perkenalan ulang. Maklum, dulu sekali masih nak kanak, sekarang sudah makin bertambah umur dan bertambah berat badan. Yang tidak berubah tentu keceriaan dan kegembiaraan. 
Acara berlanjut dengan makan bersama dan berfoto bersama.. Dalam diskusi singkat yang dipandu oleh Aliman dan dibantu Bahtiar Hari Murti, teman-teman mengajak teman-teman yang lain yang belum bisa hadir agar bisa hadir bersama di acara reuni pada tahun depan. Sekretariat bersama bisa ditanyakan pada Mas Budi (Bukateja).. Karena masih banyak sekali teman-teman SMP N I tamatan 1993/1994 yang belum bisa dipertemukan, karena kesibukan dan mungkin saja banyak di luar daerah bahkan luar negeri..Galibnya, kebersamaan ini adalah ajang silaturahmi dan berbagi khabar dan sekaligus merayakan idul fitri untuk saling memaafkan ..

Kembali ke Rumah Besar Umat Islam Indonesia


Purbalingga-Ketua Komisi IV DPR RI Ir HM Romahurmuziy MT atau yang dikenal dengan sapaan Gus Romy menyampaikan keraguannya pada validitas data Badan Pusat Statistik (BPS).
Pihaknya meminta agar pelaksanaan survei agar mengutamakan akurasi sehingga pengambilan kebijakannya tepat sasaran dan tepat manfaat.
“Bayangkan, dari pendataan BPS, ada 3,2 juta ekor sapi hilang dalam dua tahun! Ini pendataannya yang ngawur atau ada siapa yang bermain atau ada tren apa di masyarakat?” ungkapnya usai menyerahkan bantuan Traktor Tangan kepada tujuh Gabungan Kelompok Pertanian (Gapoktan) di Halaman Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dintanhutbun), Kamis (1/8).
Menurut Gus Romy kesalahan pendataan bisa berakibat fatal karena kebijakan yang diambil akan salah sasaran dan kurang kemanfaatannya. Sebagai contoh di tahun 2010, disebutkan jumlah sapi sebanyak 12,5 juta ekor. Sehingga pemerintah mengambil kebijakan impor.
Gus Romy juga meragukan informasi jika beras mengalami surplus. Sejak tahun 2008, BPS melaporkan adanya surplus beras yang naik dari tahun ke tahun. Tapi anehnya, sejak tahun 2008 hingga sekarang, harga beras tidak mengalami penurunan. Sebaliknya justru terus melambung.
“Kalau ikut hukum ekonomi, jika komoditi berlimpah, seharusnya harga jadi turun. Ini katanya surplus, berlimpah dan terus meningkat, lalu kenapa harganya kok nggak turun-turun. Katanya inflasi, ah yang bener? Inflasi kan cuma 8 persen?” ungkapnya lagi.
Gus Romy berharap BPS untuk segera mengevaluasi kinerja di bawah naungannya. Termasuk juga semua kementerian dan instansi vertical di bawahnya yang memiliki data. Akurasi dan validitas data seharusnya diutamakan.

Sehabis acara di dinas pertanian, Gus Romy kemudian menghadiri acara buka bersama dan sosialiasi Pemilu 2014 bersama kader-kader PPP se-Kab Purbalingga di Kompleks Pesantren Nurul Barokah, Beji, Kec Bojongsari Kab Purbalingga yang diasuh oleh KH Syafii Abror. Acara dibuka dengan perkenalan caleg oleh Ketua DPC PPP Kab Purbalingga, Hj Nurul Hidayah Supriyati, SH, MSi.
Belanjut dengan taushiyah politik oleh Sekjend DPP PPP H. Romahurmuziy, MT. Dalam kesempatan itu Gus Romi mengajak kader-kader PPP  untuk bekerja keras memenangkan pemilu. Selain itu ia juga mengajak kepada kader-kader PPP yang pada pemilu-pemilu lalu memilih partai lain agar KEMBALI ke PPP.
Untuk membesarkan PPP, Gus Romi juga berharap suara basis tradisional yang ada di PPP Kab Purbalingga sebesar 16.000 suara itu agar tetap digarap dan dipertahankan. Sementara untuk meningkatkan jumlah kader, setiap caleg mulai hari itu bisa membuat list daftar nama sebesar 250 orang per hari. Dengan cara seperti itu, jumlah kader diharapkan bisa meningkat.
Selepas acara buka bersama, kader-kader mendapat paket bingkisan lebaran dari PPP. (***) Aji Setiawan