Senin, 30 Mei 2011

Ponpes Zainul Hasan Genggong Probolinggo






Pengkader Ulama di dari Pesisir Timur Jawa Timur

Siapa pun akan terkesima saat memasuki gerbang kompleks Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, Jawa Timur. Di situ berdiri kokoh (bangunan permanen) lambang Nahdlatul Ulama (NU) yang cukup besar berukuran sekitar 5 x 4 meter persegi. Di bawah lambang tersebut tertulis, “Selamat Datang di Kota Santri Pesantren Zainul Hasan Genggong.”

Memasuki komplek pesantren ini sangat menyenangkan hati. Tiap pagi dan sore hari, muda-mudi berbusana rapi menyandang kitab suci, hilir mudik silih berganti pulang pergi mengaji. Gambaran penuh nuansa keagamaan yang kental. Pesantren ini sudah berusia 163 tahun, tepatnya didirikan tahun 1839 M/1250 H oleh almarhum KH. Zainul Abidin dari keturunan Maghribi (Maroko) di Desa Karang Bong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur.
Pesantren Zainul Hasan yang kini memiliki sekitar 20.000 santri ini mengalami tiga kali pergantian nama yang bermotifkan kepada sejarah pertumbuhan pesantren dan adanya gagasan untuk menggabadikan para pendiri Pondok Pesantren Zainul Hasan sebelumnya. Perubahan nama ini terjadi pada periode kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzal. Nama Pondok Genggong sendiri diabadikan sejak kepemimpinan KH Zainul Abidin sampai kepemimpinan KH. Moh Hasan tahun 1952. Nama pesantren kemudian berganti menjadi “Asrama Pelajar Islam Genggong” dan terakhir “Pesantren Zainul Hasan.”
“Pada tanggal 19 Juli 1959, dalam pertemuan dewan pengurus almukarom KH. Hasan Saifourridzal menetapkan perubahan nama asrama pelajar Islam Genggong menjadi Pesantren Zainul Hasan. Ini hasil perpaduan nama dari tokoh sebelumnya di mana kata Zainul diambil dari nama almarhum KH. Zainul Abidin sebagai pembina pertama dan kata Hasan diambil dari nama almarhum KH. Moh Hasan sebagai pembinan kedua,” kata Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah.
Pesantren Zainul Hasan kini telah banyak menampakkan perannya sebagai pusat studi Islam di dalam pengembangan misi Islam pada masyarakat luas, sehingga dengan peran serta hanya mengajarkan ilmu agama umum saja. Tetapi dalam kehidupannya para santri banyak mendapatkan kesempatan untuk menghayati dalam kehidupannya sehari-hari, karena kebersatuan Pesantren Zainul Hasan dengan masyarakat itulah maka output pesantren tidak kebingungan meniti hidup dalam mengabdi kepada masyarakat.
Pada periode ketiga mulai tercetus ide-ide dan konsep-konsep baru untuk perkembangan pesantren di segala bidang di dalam ikut serta mengisi kemerdekaan serta ikut menunjang semua program pemerintah dalam perkembangan mental spiritual, ketahanan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa lewat media dakwah baik di dalam pesantren maupun di luar pesantren.
Menyadari peranan yang sangat besar dalam menyukseskan pembangunan manusia seutuhnya di samping juga makin meningkatnya kebutuhan hidup seseorang akibat pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, maka Pesantren Zainul Hasan telah melangkah untuk mengadakan pengembangan dan pembaruan dalam segala bidang meliputi perubahan sistem pendidikan, penambahan sarana proses belajar-mengajar, menyempurnakan dan menambah sarana fisik.
Pesantren Zainul Hasan tidak ketinggalan mengikuti pembaruan pendidikan setelah banyak mengkaji dan berhubungan dengan dunia luar. Peranan pondok pesantren sangat besar dalam membangun masyarakat, sehingga para ahli tiada putus-putusnya membicarakan lembaga pendidikan pondok pesantren ini. Untuk mengatasi kekurangan dalam Pesantren Zainul Hasan tumbuh gagasan untuk kesempurnaan dalam pondok pesantren harus ada pendidikan formal, pendidikan keterampilan dan perbaikan struktur kepengurusan dan lain-lain.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, Pesantren Zainul Hasan berupaya sekuat tenaga terhadap penyempurnaan kebutuhan serta perlengkapan secukupnya, sehingga dapat tercipta adanya peningkatan dan pengembangan pendidikan yang sejajar dengan lembaga-lembaga di luar pokok pesantren melalui perubahan, yakni sistem dan metode yang dipergunakan dalam pendidikan; kurikulum pesantren, Depag dan Diknas dikembangkan 100 persen; administrasi; fasilitas yang cukup dan sarana pendidikan yang memadai.
Berkat ketekunan dan kesabaran dalam melayani para santrinya yang mengaji, makin hari makin banyak santri yang datang untuk menuntut ilmu. Ini adalah buah yang dipetik KH. Zainul Abidin yang telah dilihat langsung dan didengar oleh masyarakat. berkat ilmu dan keahliannya, maka mulai berdatangan orang tua santri untuk menitipkan putranya kepada beliau.
Pengasuh kedua adalah KH. Mohammad Hasan. Beliau adalah menantu KH. Zainul Abidin dari putri beliau yang bernama Nyai Ruwaidah. Sejak pernikahan inilah KH. Mohammad Hasan membantu mertuanya dalam membina pesantren. Beliau mengembangkan sistem pendidikan pesantren salafiyah (tradisional) dengan metode pembelajaran dan pendidikan klasikal. Masa ini bersamaan dengan perjuangan fisik kemerdekaan Indonesia melawan penjajah. Organisasi-organisasi pergerakan yang bersifat nasional maupun lokal mulai terbentuk. Di tengah situasi tersebut itulah KH. Mohammad Hasan mengasuh pesantren. Beliau menjadi pengasuh pesantren sejak wafatnya KH. Zainul Abidin tahun 1890-1952 M. Beliau wafat pada tahun 1955M.
Pengasuh ketiga adalah KH. Hasan Saifouridzall. Beliau adalah putra KH. Mohammad Hasan dari pernikahan dengan istri beliau yang bernama Nyai Hj. Siti Aminah. Pada masa beliaulah pengembangan pendidikan formal mulai dilakukan dengan memadukan kurikulum pendidikan agama dan salafiyah dengan kurikulum nasional yang ditandai dengan membuka lembaga pendidikan dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Beliau menjadi pengasuh pesantren tahun sejak tahun 1952 hingga wafat pada 1991 M.
Sebenarnya KH. Mohammad Hasan wafat pada 1955 M., namun kepemimpinan pesantren telah diserahkan pada tahun 1952 M. di saat KH. Mohammad Hasan sudah berusia senja. Kepengasuhan keempat diteruskan oleh KH. Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah. Beliau adalah putra KH. Hasan Saifouridzall dari pernikahan dengan Nyai Hj. Himami Hafshawati. Beliau menjadi pengasuh pesantren sejak tahun 1991 M.
Selama perjalanannya pesantren ini telah mengalami 3 kali perubahan nama yang digunakan secara bergantian. Genggong adalah nama pertama pesantren ini. Nama genggong digunakan sejak awal berdirinya pada tahun sampai tahun 1952 M. Saat bernama genggong, pesantren ini telah diasuh oleh 2 (dua) orang pengasuh, yaitu KH. Zainul Abidin dan KH. Mohammad Hasan.
Perubahan nama untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 1952 M. Nama genggong secara formal dirubah menjadi Asrama Pelajar Islam Genggong, disingkat APIG. Nama ini digunakan sampai tahun 1959 M. Perubahan ini terjadi pada masa kepengasuhan KH. Hasan Saifouridzall. Perubahan kedua ialah dengan mengganti APIG dengan Zainul Hasan. Nama ini ditetapkan sejak tanggal 19 juli 1959 M/1 muharram 1379 H. Nama Zainul Hasan ini diambil dari nama dua tokoh yang telah membesarkan Pesantren Genggong. Nama Zainul diambil dari nama KH. Zainul Abidin sebagai pendiri Genggong, sedangkan nama Hasan diambil dari nama KH. Mohammad Hasan, pengasuh kedua. Perubahan-perubahan nama tersebut tidak sepenuhnya dipahami masyarakat. Secara formal, nama pesantren ini adalah Zainul Hasan, namun masyarakat umum lebih mengenal nama Genggong dan tetap menyebutnya demikian.
Pesantren Genggong didirikan atas dasar cita-cita mulia dan luhur serta tanggung jawab secara keilmuan melihat fenomena masyarakat awam yang perlu mendapatkan sentuhan ilmu pengetahuan dan agama. Perilaku masyarakat pada awal berdirinya pesantren banyak bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti melakukan perbuatan dosa besar kepada Allah SWT. Atas dasar itulah pesantren ini didirikan.
Keberadaan Pesantren Genggong di tengah-tengah kehidupan masyarakat mendatangkan banyak manfaat bagi daerah sekitarnya. Sektor-sektor kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya perlahan mulai terangkat dan terbenahi. Mentalitas masyarakat yang masih terpaku pada sistem adat-istiadat lama yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai agama perlahan diperbaiki. Upaya perubahan yang dilakukan Pesantren Genggong mendapatkan simpati masyarakat dengan mendukung perkembangan pesantren.
Kelak ketika santri telah pulang ke masyarakat, mereka diharapkan mampu mewarnai kehidupan masyarakat dengan tetap berpegang pada satu prinsip yang disebut “Satlogi Santri” yang digagas oleh KH. Hasan Saifouridzall. Satlogi santri ini merupakan kependekan dari S (sopan santun), A (ajeg/istiqomah), N (nasehat), T (taqwallah), R (ridlallah) dan I (ikhlas).
Adapun pendidikan formal yang ada di Pondok Pesantren Genggong ini adalah TK Zainul Hasan, SD Zainul Hasan, MI Kholafiyah Syafi’iyah Zainul Hasan, SMP Zainul Hasan, MTs Zainul Hasan, Pendidikan Diniyah Pertama (PDMP) Zainul Hasan, MA Zainul Hasan, SMA Unggulan Hafshawaty Zainul Hasan BPPT, MA Zainul Hasan, MA Model (Unggulan), Hafshawaty Zainul Hasan, SMK Zainul Hasan, Program Keahlian: Teknik Mekanik Otomotif
dan TIK (Multimedia), STIH Zainul Hasan, STAI Zainul Hasan, AKPER Hafshawaty Zainul Hasan,STIKES Hafshawaty Zainul Hasan dan AKBID Hafshawaty Zainul Hasan.
Adapun pendidikan non formal yang ada di Ponpes Genggong adalah Madrasah, Raudlatul Qur’an, Madrasah Diniyah, Dirosah Khossoh, Madrasah Salafiyah Tingkat Wustho, Lembaga Keterampilan Komputer, Lembaga Dakwah, Lembaga Bahtsul Masa’il, Lembaga Perpustakaan, Lembaga Pengajian Mingguan, Lembaga Pengajian Khusus Thoriqoh, Lembaga, PSNU Pagar Nusa, Lembaga Pengembangan Bahasa Arab, Development Education English Program, Balai Latihan Kerja, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Yayasan Panti Asuhan Anak yatim, Kursus Amtsilati, Kursus Menghafal Cepat Asmaul Khusna, Kursus Menghafal Cepat Al-Qur’an, Training English Conversation, Pramuka, PMI dan Jurnalistik.
Fasilitas pondok yang disediakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan santri antara lain: Bimbingan Baca Al-Qur’an, Bimbingan Baca Kitab, Latihan Organisasi dan Kepemimpinan, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Klinik Keperawatan, Laboratorium Klinik Kebidanan, Klinik Kesehatan Pondok Pesantren, Ruang Audio Visual, Diskusi dan Seminar, Sarana Olah Raga (Basket, Sepak Bola, Bulu Tangkis, Bela diri(Pagar Nusa dan Singa Putih) dan sarana lainnya), Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN), Wartel, Ruang Auditorium, Warnet / Rental Komputer, Asrama Putra dan Asrama Putri, Mini Market, Hotspot (wireless Internet Connection), Beasiswa bagi santri yang tidak mampu dan prestasi, Perpustakaan dan Sarana Informasi Radio Pesantren (***) Aji Setiawan

PUSAT INFORMASI PESANTREN (PIP)
Alamat
• Lantai 1 PO. Box. 01 PZH Genggong
• Pajarakan, Probolinggo, Indonesia 67281
No Telpon
• 0335-842241 (Pondok Putra)
0335-842248 (Pondok Putri)
0335-846333 (Fax)

Sabtu, 28 Mei 2011

Ponpes Raudutul Ulmu, Besuk Kejayan Pasuruan Jawa Timur




Pondok Pesantren Besuk Kejayan Pasuruan
Pondok Salaf di Pasuruan Jawa Timur
Pondok salaf ini yang mengajarkan Ilmu Agama secara mendalam dengan sistem pendidikan Salaf (bandungan, sorogan, musyawaroh, muroja’ah, bahtsul masa’il, khithobah, qiro’ah, tahfidzul qur’an dan sekolah). Didirikan pada th 1881 M.(1299 H.)
Besuk adalah nama dari hutan belantara yang dibabat (dibuka) oleh mendiang KH. Aly Murtadlo, masyarakat sekitar menyebut daerah ini dengan sebutan Alas Besuk. Area Besuk ini berlokasi didesa Tanggulangin kec. Kejayan kab. Pasuruan Jawa Timur, ± 7 km arah selatan dari kota Pasuruan menuju Malang. Luas area Besuk ± 12 hektar. yakni area yang dikelilingi sungai ditambah utara jalan raya sampai dengan 50 meter kebarat Gapura besuk, dan area ini hanya dihuni oleh Dzurriyah KH Aly Mutradlo dan para santri.
Periode I tonggak sejarah dan pondasi masa depan Pondok Besuk itu diketahui telah di bangun pada tahun 1299H. / 1881M. oleh Hadrotussyeh KH. Aly Murtadlo. Pada tahun itulah secara resmi ditetapkan sebagai tahun kelahiran Pondok Pesantren Besuk, dan Hadrotussyeh KH. Aly Murtadlo sebagai muassis (pendiri) sekaligus pengasuh yang pertama. Selama 40th.
Generasi kedua terjadi antara tahun 1339 H. /1921 M. Pondok Pesantren Besuk diasuh oleh KH. Badar, (KH. Baqir) selama 21th, didampingi oleh kiai Mas Ahmad Zahid. Diperiode II ini menghasilkan banyak jebolan ahli falaq.
Periode III antara tahun 1362 H / 1942 M. Nahkoda PP. Besuk dipegang oleh KH. Masyhadi yang didampingi Kiai Mas Ahmad Zahid, Kiai Mas Aly Baqir, Kiai Mas Mahfudz, Kiai Mas Ahmad Mutamakkin. Diperiode ini PP. Besuk lebih berkosentrasi pada perjuangan melawan para agresor. Dan pada akhirnya, pipa besi laras panjang mengantar kematiannya, setelah beliau menjadi pengasuh Pondok Besuk periode III, selama lima tahun saja.
Periode IV pada tahun 1367 H / 1947 M. Pengasuh PP. Besuk adalah KH. Ahmad Djufri selama 34th, (1947-1981). pada awal periode IV ini, beliau didampingi Kiai Mas Ahmad Zahid, Kiai Mas Aly Baqir, Kiai Mas Mahfudz, Kiai Mas Ahmad Mutamakkin. Dimasa ini PP. Besuk masih eksis terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI.Baru ditahun-tahun berikutnya PP. Besuk mulai berkosentrasi membangun sarana dan prasarana Pondok Pesantren dan mengalami kemajuan yang signifikan mulai dari sistim pendidikan belajar mengajar, setruktur kepengurusan dan fasilitas hunian santri.
Diera 60an – 80an Beliau dibantu oleh beberapa keponakan dan menantunya dalam operasional proses belajar mengajar di Besuk. Mereka adalah Kyai Aly Baqir (semenjak tahun 1947), Kyai Achmad Mutamakkin (semenjak tahun 1947), Kyai Abdullah Thohir (semenjak tahun 1959) Kyai Suchaimi Muchsin (semenjak tahun 1960), Kyai Chamzah Achmad (semenjak tahun 1962), Kyai Muchammad Subadar (semenjak tahun 1961 namun tahun berikutnya beliau hanya berkosentrasi keorganisasi IPNU sejak 1964-1967. Baru pada tahun 1967 beliau kembali membantu mengurus Pondok Besuk), Kyai Munir Aly (semenjak tahun 1967-1979), dan Kyai Anshor Ghozali (semenjak tahun 1967) Kiai Jusbaqir (tahun 1970-1971) dan beberapa santri senior lainnya.
Sedangkan para keluarga putri dikosentrasikan untuk terjun langgsung menangani Pondok putri, diantara mereka adalah Ibu Nyai Chumaidah, Ibu Nyai Asiyah, Ibu Nyai Zainab, Ibu Nyai Chalimah, Ibu Nyai A'isah. Dengan bekerja sama saling membahu mencanangkan pembangunan Pondok dan Madrasah putra putri.
Pada periode IV inilah Pondok Besuk melangkah lebih berani memperkenalkan dan mengaktualisasikan sistim pendidikan modern-klasikal yang pernah ditanamkan oleh mendiang Kyai Masyhadi namun tidak direalisasikan dengan optimal karna berkecamuknya perang melawan Belanda.
Meski terlihat sederhana, lahirlah Madrasah Ibtida'iyah dengan masa pendidikan 6 tahun yang diresmikan Hadratussyekh KH. Achmad Djufri pada tanggal 12 Agustus 1961 M. dengan nama Madrasah Raudlatul Ulum KH. Suchaimi Muchsin diangkat menjadi kepala Madrasah putra. Dan kepala Madrasah putri dipegang oleh Ibu Nyai Hj. Chumaidah.
Pertengaan tahun 1386 H./ 1966 M., angkatan pertama murid Madrasah Raudlatul Ulum Besuk telah menamatkan pendidikannya. Kyai Aly Baqir bersama Bpk. Abdurrochman Syakur ber inisiatif mencanangkan pendidikan lanjutan, guna memberi wadah bagi para santri yang masih haus akan pengajaran para masyayikh. Pada tahun 1967, Pondok Besuk melangkah lebih progresif dengan berdirinya Madrasah lanjutan; Madrasah Mu'allimin. Yang dikepalai KH. Muhammad Subadar. Lulusan pertama Madrasah Mu’allimin 3th.
Pada tahun 1970M. tiga tahun kemudian (1973) dicanangkan program peraktek mengajar bagi kelas akhir (4th.) untuk meningkatkan mutu, dan diwajibkan bagi mereka yang lulus tes (kls 4 M), melaksanakan tugas mengajar selama satu tahun sebagai persyaratan mendapat ijazah. Tahun 1981M. sekolah Mu’allimin menjadi 5th. + tugas mengajar 1th. Berarti masa pendidikan Mu’allimin 6 tahun.Kemudian, diikuti dari sebuah perkembangan, KH. Muchammad Subadar mendorong lahirnya Madrasah Mu’allimat yang diresmikan pada tanggal 3 januari 1971 M.
Periode V pada tahun 1401 H / 1981 M. Pondok Besuk dan Madrasah “Raudlatul Ulum” diasuh oleh tiga orang. Mereka adalah KH. Muhammad Subadar, KH. Ahmad Mutamakkin dan KH. Chamza Ahmad. Dan usia PP. Besuk genap 100 tahun ketika wafatnya KH. Ahmad Djufri.Sedangkan yang membantu kepengurusan PP Besuk dan Madrasah Raudlatul ulum adalah: KH. Suchaimi Muchsin, KH. Abdulloh Thohir, Kyai Mas Anshor Ghozali. Mereka semua bertanggung jawab sebagai pengurus Pondok Pesantren Besuk dan Madrasah Roudlatul Ulum Besuk putra putri generasi V secara keseluruhan.
Sedangkan yang menangani langsung mengurus pondok putri adalah ibu nyai Hj. Chumaidah, ibu nyai Hj. Asiyah yang di bantu oleh keluarga putri Besuk yang lain termasuk para pemudinya dan beberapa seniorita santriwati. Tak ketinggalan juga para pemuda Besuk dan beberapa santri seniornya membantu menangani pondok putra.
Di abad ke 21 ini pengasuh PP. Besuk putra-putri adalah KH. Muhammad Subadar. Dan yang menangani Pondok dan Madrasah putra secara langsung atau yang disebut dengan Mudir adalah KH. Abdullah Zaini. Mudir Pondok dan Madrasah Putri Ibu Nyai. Hj. Chumaidah. Pada tahun 2005 M. Masa pendidikan Madrasah Mu’allimat menjadi 6 tahun yang disamakan dengan masa pendidikan Madrasah Mu’allimin yakni sampai dengan kelas 5 + 1 th tugas mengajar. Usia PP.Besuk sampai tahun 20011 ini adalah 131 tahun.
Pendidikan Non Formal
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara klasikal dengan menggunakan kurikulum salafi. madrasah ini bersifat klasikal artinya para siswa di klasifikasikan berdasarkan kemampuan mereka masing-masing sekaligus juga menjawab masalah kesenjangan kemampuan diantara para santri pondok pesantren Besuk.
Pendidikan ini menekankan pentingnya pemahaman akan kebutuhan santri dan cara pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan potensi yang ada di masyarakat yang sesuai dengan akidah ahkussunnah wal jamaah. Disamping itu, para santri juga dibekali dengan ilmu-ilmu alat seperti Nahwu dan Shorof agar nantinya para santri dapat memahami kitab kuning secara mandiri dan mampu mengembangkan pendidikan selama berada di pondok pesantren
Tingkat pendidikan di Pondok Besuk ini mulai berjenjang dari tingkat Ibtidaiyah (6 tahun), tingkat Mu'aliimin (5 tahun). Sementara untuk pendidikan formal yakni pendidikan formal berijazah Nasional (Wajardikdas). Sejalan dengan tujuan awal, kegiatan ini diatur dengan tidak merubah system pendidikan dan kegiatan pondok pesantren yang selama ini sudah berjalan.
Dalam menerapkan pendidikan sebagaimana di atas pengurus Program Wajar Dikdas telah menetapkan jadwal kegiatan ini dilaksanakan pada waktu pagi dan siang 2 hari dalam seminggu, hal ini dikarenakan Proses pembelajaran Madrasah Diniyah dilaksanakan pagi dan siang selain itu karena terdapat kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pagi selain hari sabtu dan ahad, sehingga siswa yang sekolah di madrasah diniyah pada pagi hari wajib mengikuti pembelajaran dalam program ini yang dilaksanakan siang, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, santri pondok pesantren dapat mengikuti program wajar dikdas tanpa mengurangi aktifitas pondok pesantren
Secara umum, program ini terbagi menjadi dua jenjang, yaitu program ULA atau setingkat Sekolah Dasar (SD), program Wustho atau setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) program Wustho ditempuh selama 3 tahun.
Untuk membekali santri, setiap santri diwajibkan menempuh pendidikan khas pesantren yakni Tahfidzul Qur’an, Ta’limul Qur’an, Qiroatul Qur’an bit Tartil Wat Taghonni, Belajar al-Qur’an dengan Metode Yanbua, Kursus Mu’allim Al Qur’an, dan Pengajian Kitab Kuning, Sorogan, Setoran Hafalan dan Halaqoh.
Untuk menunjang ketrampilan agar santri bisa mampu dan siap berkiprah di masyarakat, para santri bisa memilih pendidikan ketrampilan pesantren seperti seni Hadrah, khitobah, Kursus Kaligrafi, Kursus Komputer, Kursus Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dan seni Bela Diri.
Pengajian kitab kuning secara terjadwal bisa diikuti oleh santri-santri yang telah menempuh kitab-kitab yang dipersyaratkan. Adapun jenis pengajian kitab kuning di pagi hari antara lain Kitab Tafsir Jalalain (diasuh oleh KH Muhammad Subadar), Al-Mahalli (diasuh oleh KH Muhammad Subadar), Fathul Wahhab (diasuh oleh KH. Abdul Chalim), Al-Muwatho’ (diasuh oleh KH. Abdul Chalim), Riyadhus Sholihin (diasuh oleh KH. Lukman Hakim), Ihya’ Ulumuddin (diasuh oleh KH. Lukman Hakim), Tausyich Al Ibni Qosim (diasuh oleh KH. Safrijal), Bidayatul Hidayah (diasuh oleh KH. Safrijal). Sedangkan pengajian sore hari :Ihya’ Ulumuddin (diasuh oleh KH Muhammad Subadar), Fathul Qorib (diasuh oleh KH Muhammad Subadar) dan Bughiyatul Mustarsyidin (diasuh oleh KH Muhibul Aman Ali). Sementara para malam harinya para santri bisa mengaji Riyadhus Sholihin dan Ayatul Ahkam (diasuh oleh KH. Imron Mutamakkin). (***) Aji Setiawan

Ponpes Al Anwar Karangmangu, Sarang Kabupaten Rembang





PP Al-Anwar Sarang Rembang

Sarang Pegkader Ulama dari Pesisir Utara Jawa
PP Al-Anwar yang berada di kampung Karangmangu Sarang Rembang Jawa Tengah didirikan oleh KH. Maimun Zubair pada tahun 1967. Pondok ini pada mulanya adalah sebuah kelompok pengajian yang dirintis oleh KH. Ahmad Syuaib dan KH. Zubair Dahlan.
Kelompok pengajian tersebut pada awalnya dilaksanakan di mushalla. Pada perkembangan selanjutnya kedua perintis tersebut mendirikan tiga komplek bangunan, yaitu komplek A, B dan C. Komplek B dikembangkan oleh KH. Abdul Rochim Ahmad menjadi PP Ma’hadul Ulumis Syar’iyah. Sedang komplek A dikembangkan menjadi PP Al-Anwar oleh KH. Maimun Zubair, putra KH. Zubair Dahlan. Latar belakang pendirian pondok di samping untuk melanjutkan kegiatan pengajian, juga dilatarbelakangi oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar yang umumnya berpenghasilan rendah sebagai nelayan.
Perkembangan jumlah santri PP. Al-Anwar yang cukup pesat, menuntut adanya pembangunan di bidang fisik. Pada tahun 1971 musholla direnovasi dengan menambahkan bangunan diatasnya yang kemudian disebut dengan Khos Darussalam, juga dibangun sebuah kantor yang berada sebelah Selatan ndalem syaikhina. Seiring dengan bertambahnya santri maka pembangunan secara fisik pun terus dilakukan. Tercatat pada tahun 1973 dibangun Khos Darunna’im, tahun 1975 Khos Nurul Huda, tahun 1980 Khos AF, dan masih banyak lagi pembangunan fisik yang yang lain. terakhir dibangunnya gedung serbaguna PP. Al-Anwar berlantai lima pada tahun 2004 dan juga pada tahun 2005 dibangun Ruwaq Daruttauhid PP. Al-Anwar yang setelah selesai pengerjaannya digunakan sebagai tempat pertemuan (Multaqo) alumni Sayyid Muhammad Alawy al Maliki Makkah al Mukarromah.

Pada tahun 1977, KH. Maimun Zubair mengembangkan pesantren dengan mendirikan PP putri Al-Anwar. berawal dari sebidang tanah yang dimiliki dan hasil pembelian tanah milik tetangga, beliau termotivasi akan kondisi masyarakat sekitar pada saat itu yang belum rutin mengerjakan sholat 5 waktu serta minimnya kemampuan mereka dalam membaca Al Qur’an. Sebagai langkah awal, lalu dibangunlah sebuah musholla di belakang rumah yang semula berdindingkan anyaman bambu.

Lambat laun masyarakat menunjukkan perubahan, mereka mulai suka pergi ke musholla untuk mengikuti segala kegiatan yang dilaksanakan disana, mulai dari sholat jama’ah hingga dzibaiyyah yang dilakukan setiap malam jum’ah, dan juga banyak dari anak-anak mereka yang akhirnya mulai menetap di musholla. Hingga sekarang (Tahun 2008) PP. Putri Al-Anwar mengalami perkembangan yang pesat dengan 500 santri yang menetap dan dengan fasilitas 29 kamar, perpustakaan, 6 auditorium.

Perkembangan pesantren yang diasuh tokoh yang sangat antipati terhadap penggunaan istilah kitab salaf dengan nama kitab kuning (karena dinilai merupakan suatu penghinaan terhadap kitab salaf) ini sangat signifikan. Pada tahun 2007 Jumlah santri Al-Anwar mencapai lebih dari 2000 Santri, yang berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia, baik Jawa maupun luar jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Lampung, bahkan Papua. Dan juga dari berbagai latar belakang pendidikan mulai dari SD/MI, SLTP, SLTP sampai Sarjana.

Pada tahun 1995 KH. M. Najih Maimoen, putra KH. Maimun Zubair yang juga alumni dari pesantren Abuya Sayyid Muhammad Alawy Makkah Al Mukarromah merintis pendirian khos Darussohihain di bawah pengawasan Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky. Dan juga didirikan Khos yang khusus sebagai wadah bagi santri-santri putri yang berkeinginan untuk menghafal Al qur’an pada tahun 1996 di bawah asuhan Ibu Nyai Hj. Mutamimah Najih Maimoen.

Sistem Pendidikan
Sistim pendidikan yang diterapkan di pesantren Al-Anwar adalah sistim salafiyah di mana para santri diwajibkan mengikuti pengajian Masyayeh atau ustadz baik dengan pendekatan sistem bandongan (bersama-sama) maupun sorogan (individual). juga diharuskan bagi santri untuk mengikuti pendidikan Muhadloroh atau Madrasah Ghozaliyyah, sampai tingkat aliyah, dan melanjutkan pada PPTM (Ma’had ‘Aly) yang mana jenjang pendidikannya adalah dua tahun.

Kegiatan lain yang juga harus diikuti santri adalah Mudzakaroh meliputi mudzakaroh Fatchul Qorib, Fatchul Mu’in, Ibnu ‘Aqil, Aljauharul Maknun dll. Mudzakaroh merupakan suatu bentuk pembahasan secara mendalam pada kitab yang dikaji, juga penerapannya pada permasalahan-permasalahan yang ada. Dan juga masih banyak lagi kegiatan yang lain.

Pada perkembangannya PP. Al-Anwar terbagi menjadi dua Yaitu PP. Al-Anwar I yang dikhususkan bagi santri yang ingin mendalami ilmu-ilmu agama secara murni dan PP. Al-Anwar II sebagai wadah bagi santri-santri yang ingin mempelajari sains dan tehnologi tanpa meninggalkan pesantren sebagai wahana untuk mendalami ilmu agama. Letaknya pun terpisah, PP. Al-Anwar I terletak di desa Karangmangu Sarang Rembang sedang PP. Al-Anwar II ini terletak di Dusun Kalipang Gondanrejo Sarang Rembang Kurang lebih 3 km dari desa Karangmangu ke arah barat.

Pada perkembangan selanjutnya, di bawah naungan LP Ma’arif NU, pada 15 september 2003 PP Al-Anwar juga mendirikan pendidikan formal, yakni MTs (Madrasah Tsanawiyah) Al-Anwar. Tujuan yang mendasar dari didirikannya MTs tersebut tidak hanya untuk mempelajari ilmu–ilmu umum saja, tapi juga ilmu agama dengan memasukkan pelajaran salaf guna memberikan bekal para muridnya untuk memperoleh keseimbangan antara Imtaq dan Iptek, sehingga pada akhirnya tujuan akhir kebahagian dunia akhirat dapat dicapai.

Tahun 2006 MTs Al-Anwar telah meluluskan sekitar 121 siswa. Dan saat ini MTs Al-Anwar memiliki siswa 247 orang dari kelas 1 sampai dengan kelas 3. Sampai saat ini MTs Al-Anwar terus berusaha untuk berbenah diri untuk selalu mensukseskan apa yang dikehendaki Syaikhina dengan selalu pro aktif dalam segala aspek demi tercapainya tujuan tersebut.

Tidak berhenti sampai disitu, pada 21 September 2006 Ponpes Al-Anwar juga membuka Madrasah Aliyah Al-Anwar yang pada tahun pertama, jumlah siswanya sebanyak 74 orang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas putra 45 siswa dan 29 siswi.
Namun meskipun demikian, konsep Salaf yang diusung oleh Program pendidikan berbasis formal ini sangat kental dan memang menjadi satu harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Hal inilah yang membuat Al-Anwar berbeda dengan lembaga pendidikan formal Lainnya, yang memang menjadi agenda utama dari didirikannya MTs–MA Al-Anwar Sarang ini. Dan juga nantinya menurut rencana akan juga didirikan program pendidikan lanjutan setingkat perguruan tinggi.

Prasarana dan segala hal yang dibutuhkan untuk menunjang hal tersebut di atas kini terus diupayakan oleh pihak PP Al-Anwar, baik dalam bentuk bangunan fisik maupun non fisik. Dalam segi prasarana fisik kini masih taraf penyelesaian untuk pengadaan asrama putra dan putri yang nantinya diharapkan, semua siswa dan siswi yang ada bisa menempati asrama tersebut dengan tujuan lebih terawasinya para siswa tersebut selama 1x 24 jam.

Pengadaan asrama ini juga menitiktekankan pada efektifitas pendalaman ilmu–ilmu salaf, karena nantinya juga akan diasuh oleh para ustadz di bawah naungan pengasuh PP Al-Anwar Sarang. Diharapkan para siswa pada akhirnya betul-betul dapat terkondisikan dan selalu dalam pengawasan, dengan tujuan nantinya para siswa ini mampu terbiasa hidup disiplin, terampil, dan selalu menjadikan akhlaqul karimah sebagai nafas dalam kehidupannya.

Dalam segi non fisik juga terus diupayakan mengevaluasi sistem pembelajaran dan memberikan pengawasan ekstra ketat pada siswa. Berbagai langkah dalam menangani kendala-kendala yang ada. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PP Al-Anwar tidaklah merubah karakter salafiyyah yang dimiliki tapi masih getol untuk mempertahankannya juga tidak menutup mata terhadap tuntutan zaman yang sarat dengan kemajuan dalam segala bidang utamanya dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan lainnya, namun dalam kaitan tersebut PP Al-Anwar tetap menjadikan pelajaran–pelajaran salaf sebagai pondasi sehingga merupakan menu wajib yang harus ada dalam semua tingkat pendidikan yang ada. (***) Aji Setiawan

Majalah alKisah No 15 tahun 2011, Isro Mi'roj, Desa Tangkisan Mrebet Kab Purbalingga








Hikmah terpenting dari peringatan Isro Mi’roj sesungguhnya adalah perintah shalat lima waktu. Dengan shalat, umat Islam menyembah Tuhan YME yang maha Pencipta dan Perkasa

Selepas shalat Isya dan dzikir berjamaah di masjid Al Ikhsan Desa Tangkisan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga acara peringatan Isro Mi’roj Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Sabtu (25 /6) yang bertepatan dengan 24 Rajab 1432 H dibuka dengan penampilan grup Hadrah Al Hikmah dari remaja-remaja putri masjid Al Ikhsan.
Usai sambutan dari KH Kamalu Rusdi mewakili panitia kegiatan Isro Mi’roj bersambung dengan sambutan dari Bapak Ali Sudarmo, SPd Kepala Bidang Kesra Kabupaten mewakili Bupati Purbalingga yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya di hadapan aparat muspika, alim ulama, tokoh masyrakat dan jamaah pengajian , Bupati Purbalingga Drs H Heru Sujatmoko, M.Si menyatakan bergembira dengan banyaknya kegiatan keagamaan terutama hari-hari besar Islam yang ada di kota maupun pedesaan di Kabupaten Purbalingga.
”Ini menunjukan adanya keberhasilan pembangunan mental spiritual dari sinergi yang positip segenap lapisan masyarakat mulai dari aparatus pemerintah, tokoh masyarakat, alim ulama dan masyarakat sendiri. Kegiatan-kegaiatan semacam ini perlu dilestarikan sehingga pembangunan di Kabupaten Purbalingga bisa berjalan lancar, damai , aman dan sejahtera,” kata Ali Sudarmo, SPd menirukan Bupati Purbalingga.
Sambil menunggu pembicara malam itu, Grup Hadrah Al Hikmah dari remaja putra dan putri Dusun Sokawera Desa Tangkisan Kecamatan Mrebet Kab Purbalingga itu kembali menghibur jamaah. Taburan bintang di langit dan semilir angin pegunungan tak menyurutkan jamaah untuk menghadiri pengajian akbar sekaligus peringatan Isro Mi’roj Nabi besar Muhammad SAW. Ribuan jamaah tersebar memadati areal kompleks masjid Al Ikhsan. Kapasitas panggung seluas 20x40 meter itu tak sanggup lagi menampung jamaah yang hadir malam itu.
Tepat pukul 20.30 pembicara utama yakni KH Imam Sya’roni pengasuh pondok pesntren al Aqsa dari Kota Gombong Kabupten Kebumen hadir menyampaikan tausyiah.
Isro Mi’roj Nabi Besar Muhammad SAW merupakan perjalanan di waktu malam dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa (Palestina). Serta Mi’raj sampai ke langit ketujuh untuk menerima perintah shalat lima waktu.
Hikmah dari perintah shalat itu adalah kita telah bersyukur kepada Allah SWT.Karena Allah SWT yang maha agung dan maha besar sehingga seluruh mahluq harus taat dan tunduk kepada Allah SWT yang Maha pemberi Rahmat. Dengan Isro Miroj, artinya shalat kita sudahkah dijalankan dengan baik? Sebab shalat lima waktu itu yang dikerjakan tidak hanya untuk menggugurkan perintah kewajiban, namun yang sudah menjadi kebutuhan adalah shalat sebagai wahana komunikasi dengan Alloh SWT. Shalat akan mendapat Ridho dan pertolongan Alloh SWT. Sehingga dengan shalat kita butuh, kita bisa bisa disebut sebagai golongan yang menjaga shalat. “Dengan shalat lima waktu itu kita semua menjadu ahli sorga semua. Amin! Menjalankan shalat yang dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.”
Pesan Ukhuwah Islamiyah
Dalam pengajian ini jamaah diajak untuk semakin meningkatkan rasa ukhuwah Islamiyah.”Apapun persoalannya. Umat lslam harus bersatu. Islam itu disatukan dengan memperkuat Ukhuwah Islamiyah. Partai boleh berbeda, tapi kita tetap bersaudara.”
Diingatkan oleh KH Imam Sya’roni, tentang pentingnya ukhuwah Islamiyah di antara kita. ”Ka’bah kita satu! Kiblat kita satu! Tuhan kita satu maka Islam itu saat itulah yang mempersatukan kita semua dan menegaskan tentang kesatuan Islam.”
Terutama di negeri kita yang berbingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Umat Islam Indonesia mempunyai tugas yang mulia yakni mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dari rongrongan siapa pun! Termasuk pihak asing yang hendak mengobok-obok bangsa Indonesia. “Dengan Pancasila dan UUD 945 itulah yang mempersatukan kita semua,” tegas KH Imam Sya’roni, dari dari kota Beriman itu dengan berapi-api.
KH Sya’roni mencontohkan bangunan masyarakat Madinah yang berhasil dibina dan dibimbing oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Kunci sukses membangun masyarakat Madani adalah Rasulullah SAW berhasil menyatukan kaum Muhjirin dan Ansor (Ukhuwah Islamiyah). Selain itu juga mempersatukan kaum Ansor dengan Kaum Musyrikin Madinah (Ukhuwah Wathoniyah). Kedatangan Muhammad SAW yang berkepribadian luhur dan humanis dan pengikutnya (Muhajirin) sudah barang tentu disambut baik oleh masyarakat Yatsrib (Madinah) yang saat itu masyarakatnya terbilang majemuk (golongan Islam, Yahudi, Nasrani, Paganis serta golongan kafir atau kaum musyrikin). Penghargaan masyarakat Yatsrib kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya sambutan hangat semata, namun juga kepercayaan masyrakat Yatsrib kepada Muhammad SAW untuk memimpin masyarakat yang pluralistik tersebut.
“Bangunan masyarakat Madinah yang maju dan dalam bingkai persatuan itu yang membuat Bangsa Mekkah Merdeka bahkan juga negeri-negeri sekitarnya juga bergabung dalam pemerintahan Madinah Munawarah. Dengan persatuan yang ada di Madinah itulah, Rasulullah Muhammad SAW bisa mewujudkan masyarakat yang tenang, damai dan sejahtera di bawah payung pemerintahan Madinah Munawarah,” pesan KH Sya’roni.
Tepat tengah malam, acara peringatan Isro Mi’roj ditutup langsung oleh KH Imam Sya’roni. (*)

Pondok Pesantren Nurul Barokah Desa Beji, Kecamatan Bojongsari Kab Purbalingga




Ponpes Nurul Barokah
Pondok Pesantren Berbasis Salaf dan Modern
Di Kaki Gungung Slamet belahan timur ini berdiri sebuah pondok salafiyah dan dipadu dengan pendidikan salaf dan modern.
Pondok Pesantren Nurul Barokah terletak di RT 01 RW 01 desa Beji Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah atau lebih tepatnya terletak diantara jalur kota Purbalingga Bobotsari , tepatnya 500 meter ke barat dari Objek Wisata Air dan Kolam Renang Owabong (Bojongsari) atau lebih tepatnya terletak di Jl Raya Owabong Km 1. Pondok ini dihuni sekitar 250 santri putra dan putri yang berasal dari Purbalingga dan daerah sekitarnya.
Pondok ini berdiri sekitar tahun 2003 dan didirikan oleh KH Syafi’i Abror setelah pulang dari Pondok Pesantren Al Hikmah I, Benda Sirampog, Bumiayu (Brebes) dan Pondok Pesantren Ihya Ulumiddin, Kesugihan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Berdirinya pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat yang masih minim akan pengetahuan agama Islam.
Awal ia berdakwah dimulai dengan cara taklim keliling dari rumah ke rumah penduduk (door to door) di sekitar dan sekitar masjid Al Falah desa Beji kecamatan Bojongsari. Lama kelamaan, taklim keliling itu berubah besar dan sangat dimintai oleh masyarakat sekitar. Sebagai pengembangan dan minat masyarakat untuk mengaji dan menitipkan anaknya untuk belajar ilmu agama, ia akhirnya mendirikan sebuah madrasah diniyah dan masjid di atas tanah wakaf KH Muhammad Abror dan Hj Muawanah dinamakan Pondok Pesantren Nurul Barokah.
Madrasah dan Pondok Pesantren ini sendiri dibiayai oleh sang guru yakni KH Labib Shodiq yang juga adalah pengasuh pondok Pesantren Benda I Sirampog, Bumiayu Kabupaten Brebes. Uniknya, pembiayaan itu diperolehnya tiap malam Jumat Kliwon sehabis mujahadah bulanan di Pondok Pesantren Benda sejak tahun 2004 .”Sehabis mujahadah, saya disangoni oleh KH Labib sekitar 10 juta bahkan sampai 60 juta untuk membangun pondok pesantren Nurul Barokah,” kata KH Syafi’i Abror.
Lambat laun Madrasah Diniyah yang ia kelola semakin berkembang selain bertambah murid juga bertambah bangunan pondok pesantren. Kini Pesantren Nurul Barokah selain menyelenggarakan pendidikan non formal, juga membuka pendidikan formal. Untuk pendidikan non formal ada pendidikan pesantren putra dan putri, Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan Al Qur’an dan Majlis Taklim. Sementara jenjang pendidikan formal yang mengabungkan kurikulum pesantren dan Kementrian Agama dimulai dari Taman Kanak-Kanak (Tarbiyatul Athfal Yayasan Islam Nurul Barokah/TA YINUBA), Madrasah Ibtidaiyah (MI YINUBA), Madrasah Tsanawiyah Yayasan Islam Nurul Barokah (MTs YINUBA) dan Madrasah Aliyah Yayasan Islam Nurul Barokah (MA YINUBA).
Adapun kegiatan pondok pesantren Nuurl Barokah selain mendidik santri-santri juga menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan berupa pengajian wetonan dan mujahadah tiap malam Selasa Kiwon. Acara mujahadah ini dimulai selepas shalat ba’da magrib berjammah dan berlanjut dengan acara taushiyah oleh KH M Syafii Abror dan iikuti oleh para santri serta masyarakat sekitar Kbupaten Purbalingga.
Di pesantren ini juga diadakan pesantren kilat yang dibuka tiap musim liburan sekolah tiba dan menjelang bulan puasa (pengajian pasaran) dan mengirimkan mubaligh dan mubalighoh ke daerah-daerah yang membutuhkan.
Untuk menunjang dan mendidik menjadi santri-santri yang handal serta bermanfaat bagi nusa dan bangsa, pondok pesantren ini membekali santri-santri dengan berbagai ketrampilan mulai dari ketrampilan di bidang pertukangan, perikanan, menjahit, Kopentren, Bahasa Arab dan Inggris serta pijat therapi (pijat elektropuntur).
“Di pesantren ini setiap santri dipersilahkan memilih minat dan bakatnya masing-masing untuk menekuni dan ketrampilan yang disediakan oleh pesantren. Setiap kyai tentu ingin anak didiknya berhasil di bidang apa pun. Mereka diharapkan menjadi alumni-alumni Pondok Nurul Barokah yang bermanfaat bagi masyarakat luas ,” kata KH Syafii Abor.
Dalam penyelenggaraan pesantren, kini Pondok Pesantren Nuurl Barokah didukung oleh staf Asatidz/tenaga pengajar yang merupakan pembantu Kyai pengasuh Pondok Pesantren. Adapun dewan asatidz itu sekarang berjumlah sekitar 30 ustadz dan ustadzah dari berbagai disiplin ilmu dan merupakan tenaga-tenaga yang profesional di bidangnya masing-masing dari berbagai pesantren dan perguruan tinggi.
”Para pengajar diperlukan untuk membantu dalam mendidik para santri dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat pesantren maupun masyarakat luar,” jelas KH Syafii Abror.
Untuk tahun depan (tahun 2012) direncanakan akan dibuka Sekolah Menengah dan Kejurun (SMK) YINUBA dengan jurusan farmasi, komputer dan tata busana. “Sekarang masih dalam tahap perencanaan dan proses perijinan dengan dinas pendidikan, insya Allah tahun depan sudah dapat menampung siswa sekolah menengh kejuruan,” kata KH Syafii.
Menurut KH Syafii Abror, setiap santri yang menempuh pendidikan di pesantrennya diharapkan menjadi santri-santri yang bermanfaat dari berbagai lini kehidupan.”Santri-santri diharapkan ketika pulang dari pesantren tidak menganggur. Bisa bekerja apa saja, mengamalkan ilmunya saat keluar dari pondok serta bermanfaat bagi nusa dan bangsa Indonesia,” harap KH Syafii Abror kepada santri-santrinya.
Menurut rencana dari tanggal 17-20 Juni 2011 akan diadakan ulang tahun Pondok Pesantren Nurul Barokah yang kelima di kompleks Pondok . Acara ini terbilang besar karena selain ada pengajian muslimat, santunan anak yatim dan juga tabligh akbar di puncak acara. (***)
Aji Setiawan , Purbalingga

Sabtu, 21 Mei 2011

Menyambut Sya’ban

Oleh : Aji Setiawan

Bulan Sya’ban adalah bulan yang diagungkan oleh Allah SWT. Banyak sekali keistimewaan bulan Sya’ban. Di dalam bulan Sya’ban selain sebagai bulan persiapan untuk masuk bulan Ramadhan atau sebagai bulan taqarub kepada Allah SWT. Dinamakan bulan Sya’ban karena di sana amat banyak kebaikan. Sya’ban diambil dari lafadz “Asy-Syibi”, disebut jalan menuju gunung, dan inilah yang disebut jalan menuju kebaikan.
Diriwayatkan melalui Abu Umamah al Bakhili ra. Rasulullah SAW bersabda,”Bilamana datang bulan Sya’ban, maka bersihkanlah dirimu dan perbaiki niatmu.”
Adalah Aisyah ra pernah berkata,”Aku belum pernah melihat Nabi Muhammad SAW menyempurnakan puasanya sebulan kecuali bulan Ramadhan. Dan aku pun belum pernah melihat beliau berpuasa sebulan lebih kecuali berpuasa di bulan Sya’ban.
Dalam riwayat lain,”Beliau Nabi Muhammad SAW berpuasa apenuh pada bulan Sya’ban kecuali sedikit.” Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama, jadi yang dimaksud “penuh” ialah sebagian besar.
Dijelaskan, sesungguhnya para malaikat di langit punya dua malam hari raya, sebagaimana orang-orang Islam di bumi punya dua malam hari Raya. Dan hari raya para malaikat adalah malam “pembebasan,” yakni malam Nisfu Sya’ban dan malam Laitul Qodar. Dan hari rayanya orang-orang mukmin ialah hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Imam Subukiy menuturkan dalam tafsirnya,”Sesungguhnya malam Nisfu Sya’ban bisa menutup dosa-dosa setahun, malam Jum’at bisa menutup dosa seumur hidup”. Maksudnya jika kita menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah.
Imam Ghozali dalam Mukasyifil Qulub menamakan bulan Sya’ban karena di bulan tersebut memiliki beberapa kebaikan. Kata asy-si’bi berarti jalan kebaikan. Sya’ban berarti juga bulan Rasulullah karena di bulan itulah, Rasulullah SAW bermunajat di kompleks makam Janatul Baqi’, Madinah. Ketika itu dikisahkan Rasulullah SAW pergi begitu saja saat sedang bercengkrama dengan Aisyah ra.
Maka Sayidatina Aisyah ra bergegas mencari sang suami ke rumah para istri beliau. Namun, Rasulullah SAW tidak diketemukan. Dalam perjalanan pulang, ia melewati Janatul Baq’i dan melihat Rasulullah SAW diketemukan tengah memohon ampunan kepada Allah bagi para syuhada dan kaum mukmin.
“Demi ayah dan ibuku, sungguh aku telah berprasangka buruk. Ternyata kekasihku sedang dalam keadaan membutuhkan pertolongan Sang Pencipta, sementara aku dalam keadaan membutuhkan dunia...” demikian kata Aisyah dalam hati sembari menangis tertahan. Ia lalu bergegas pulang, dan tak lama kemudian Rasulullah SAW pun pulang.
Melihat Aisyah ra termangu bersedih. Rasulullah SAW bertanya ,” Ada apa denganmu, hai humaira (wajah yang kemerah-merahan, demikian Rasulullah SAW memanggil Aisyah dalam keseharian beliau -red)?”
Maka jawab Aisyah yang berwajah ayu dan berpipi kemerah-merahan itu menjawab,”Demi ayah dan ibuku, wahai kekasihku...Ketika kita tengah bercumbu, mendadak engkau pergi. Aku cemburu dan mengira engkau menemui istrimu yang lain. Lalu aku melihat engkau bersujud di Baqi.”
“Istriku tersayang, engkau khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menghianatimu? Ketahuilah keetika itu Jibril as datang dan berkata,’Ini adalah malam Nisfu Sya’ban. Allah SWT tengah memerdekakan orang-orang dari api neraka. Di malam ini, Alloh tidak melihat orang musyrik, orang yang bermusuhan, orang yang memanjangkan baju hingga menyentuh tanah (sombong), orang yang durhaka kepada orang tua dan orang yang selalu minum minuman keras.’ Maka izinkan aku wahai istriku, untuk shalat pada malam ini,” kata Nabi Muhammad SAW sambil memandang Asiyah ra dengan mesra.
Dengan ikhlas, Aisyah ra pun menjawab,”Silahkan wahai utusan Allah...”
Rasulullah SAW lalu menunaikan shalat dan melakukan sujud sangat lama, sehingga Aisyah mengira sang suami telah wafat. Karena khawatir, ia lalu menyentuh telapak kaki beliau yang terasa masih hangat dan bergerak-gerak.
Dalam sujudnya, Rasulullah SAW berdoa,”Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dengan keagungan-Mu. Aku tidak mampu memuji-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu sendiri.(***)

Rabu, 11 Mei 2011

Kita Harus Tolerans dalam ber- Dakwah Islam



Toleransi dalam Dakwah Islam

Islam bukan hanya untuk bangsa Arab, tapi sebagai rahmat bagi alam semesta. Maka, ketika para dai berdakwah, mereka selalu mengedepankan toleransi.

Setelah sebagian besar Jazirah Arab berhasil diislamkan, tak lama kemudian Rasulullah SAW merintis dakwah ke empat penjuru, dengan mengutus empat sahabat yang tepercaya. Utusan pertama Zaid bin Haritsah yang memimpin sebuah pasukan ke Mu’tah. Rasulullah SAW mengirim Zaid lengkap dengan pasukan, karena utusan sebelumnya yang membawa surat untuk Gubernur Basrah dibunuh. Ketika itu Basrah dikuasai Romawi.
Sebelumnya, Rasulullah SAW juga telah mempersiapkan sebuah pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk menghadapi tentara Romawi. Namun, tugas Usamah baru terlaksana di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Shidiq, beberapa waktu setelah Rasulullah SAW wafat.
Ketika memberangkatkan pasukan Usamah, Abu Bakar berpesan, ”Janganlah kalian berkhianat, berbuat zalim, mencincang mayat. Jangan membunuh anak kecil, orang tua, dan wanita. Janganlah kalian merusak pohon kurma atau pepohonan yang berbuah, jangan pula kalian binasakan binatang ternak.” (HR Ibnul ‘Atsir dalam kitab Al-Kamil). Instruksi Abu Bakar yang sangat gamblang itu menunjukkan toleransi yang sangat tinggi.
Ketika Damaskus dibebaskan oleh pasukan muslimin, Uskup Agung Damaskus menawarkan perdamaian dan minta perlindungan kepada Khalid bin Walid yang memimpin penaklukan tersebut. Maka Khalid pun segera mengeluarkan instruksi perlindungan bagi sang uskup dan pengikutnya. Begitu warga Damaskus menikmati toleransi kaum muslimin, banyak di antara mereka yang kemudian memeluk Islam dengan suka rela dan senang hati.
Tak lama kemudian pasukan muslimin berhasil pula membebaskan beberapa kota di dataran Syam (Persia, Iran) dan sekitarnya, seperti Homs, Aleppo, dan Antokia. Ketika pasukan muslimin mengepung Palestina selama empat bulan, penduduk Palestina dengan suka rela berdamai dengan para prajurit muslim. Mereka bahkan bersedia menyerahkan kota suci itu, dengan syarat Khalifah Umar bin Khaththab menerima kunci kota langsung dari Pendeta Copernicus.
Panglima Abu Ubaidah bin Jarrah lalu menulis surat kepada Khalifah Umar, meminta kehadirannya untuk menerima penyerahan kota Palestina. Maka datanglah Khalifah Umar dengan mengendarai seekor unta, ditemani seorang budaknya. Kehadiran Khalifah Umar yang sangat sederhana itu membuat takjub penduduk Palestina. Mereka hampir tak percaya melihat Umar menuntun unta yang ditunggangi oleh budaknya. Mereka mengira kebesaran Umar ditandai oleh kebesaran para pengawalnya.
Setelah salat dua rakaat di Masjidil Aqsha alias Baitulmakdis, Umar melakukan peninjauan di seluruh kota Palestina. Ia lalu memerintahkan Gubernur Palestina untuk berlaku baik terhadap penduduk, karena, menurut Umar, mereka berhak mendapatkan penghormatan lebih daripada penduduk kota lainnya. Umar juga mengumumkan perlindungan atas keamanan jiwa, harta, dan rumah peribadatan kaum nonmuslim. Ia bahkan juga melarang kaum muslimin mendirikan masjid di atas tempat peribadatan kaum Nasrani, apalagi merusak gereja untuk mendirikan masjid.

Penderita Kusta
Ketika melewati Desa Jabiyah tak jauh dari Damaskus, Umar melihat sekelompok penderita kusta. Mereka diasingkan di lereng sebuah bukit, karena dianggap berbahaya bagi kesehatan penduduk. Melihat kesengsaraan mereka, hati Umar tergerak untuk mengumpulkan semua tokoh masyarakat di Damaskus. Setelah semua hadir, ia berkata, ”Demi Allah! Aku tidak akan meninggalkan kota ini sebelum kalian mengirim kepada mereka bahan makanan, dan mencatat nama-nama mereka dalam daftar orang yang berhak menerima bantuan setiap bulan.”
Inilah contoh akhlak seorang pemimpin Islam yang sangat menghargai HAM. Padahal kala itu mayoritas penduduk masih menganut agama lain. Sikap pemimpin yang luar biasa inilah yang membuat syiar Islam semakin meluas di Syam dan sekitarnya.
Kisah toleran juga ditunjukkan ketika seorang panglima Islam, Amr bin Ash, minta izin kepada Khalifah Umar untuk membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi. Pembebasan itu dibantu oleh Zubair bin Awwam, yang membawa pasukan sebanyak 12.000 prajurit, ditambah dengan gerilyawan Mesir yang sudah muak dengan penindasan bangsa Romawi sejak 395 M.
Menyaksikan sambutan bangsa Mesir terhadap pasukan Islam sedemikian besar, Umar melarang pasukan muslim menghancurkan tempat-tempat peribadatan Mesir kuno. Hal itu berlawanan dengan sikap Kaisar Romawi, yang memerintahkan tentaranya menghancurkan tempat peribadatan Mesir Kuno, sehingga mereka sangat dibenci oleh rakyat Mesir.
Amr bin Ash kemudian memulihkan kebebasan dan keadilan bangsa Mesir yang sebelumnya direbut oleh bangsa Romawi selama empat abad. Penduduk bebas menjalankan ajaran agama masing-masaing, sementara kaum muslimin tidak pernah mencampuri urusan mereka. Maka rakyat Mesir pun sempat menikmati kebebasan yang tidak pernah mereka rasakan selama dijajah oleh Romawi.
Sebenarnya, setelah Romawi terusir dari Mesir, kaum muslimin dapat saja memaksa penduduk Mesir memeluk Islam, sebagaimana pernah dilakukan oleh bangsa Romawi terhadap mereka. Namun, itu tidak pernah terjadi dalam sejarah Islam. Hal ini menggugurkan pendapat kaum orientalis bahwa kaum muslimin pernah memaksakan Islam kepada bangsa-bangsa yang dibebaskannya.
Bukan hanya itu, bahkan agama penduduk asli bebas berkembang. Sebagai bukti, di setiap negara Islam yang sebelumnya menjadi pusat agama Kristen – seperti Syam, Palestina, Mesir – agama Nasrani tidak dilarang. Ini membuktikan, Islam tidak pernah memaksakan agama kepada penduduk asli di negara-negara yang dibebaskan.
Justru toleransi yang simpatik para penguasa Islam itulah yang membuat pengikut agama non-Islam akhirnya memeluk Islam. Demikianlah, selama 14 abad Islam disiarkan dengan penuh toleransi, dalam suasana kebebasan dan kedamaian. Salah besar tuduhan kaum orientalis seolah-oleh Islam disebarkan dengan perang dan kekerasan.

Saksi Sejarah Peradaban Islam

Toleransi antar-umat beragama sudah ada dalam sejarah peradaban Islam di masa silam. Banyak masjid yang berdampingan dengan gereja.Bagaimana kaum muslimin memperlakukan kaum nonmuslim, terutama kaum Nasrani? Dalam sejarah Islam, ada sebuah episode betapa Rasulullah SAW mengizinkan kaum Nasrani Najran beribadah di masjid, sementara kaum muslimin juga dengan leluasa dan damai menunaikan salat.
Beberapa abad setelah itu, para penguasa muslim memberi wewenang penuh kepada para pemimpin agama Nasrani atas jemaah mereka dalam urusan agama dan gereja. Negara tidak ikut campur tangan dalam urusan-urusan tersebut, tapi justru menjadi penengah jika terjadi perbedaan pendapat di antara mereka.
Sebelum Islam masuk ke Mesir, misalnya, kaum Nasrani Qibthi tertindas oleh Kekaisaran Romawi. Gereja-gereja mereka dirampas. Ketika Mesir dibebaskan oleh kaum muslimin, gereja-gereja tersebut dikembalikan kepada kaum Qibthi – yang kemudian juga diperlakukan secara adil. Kebebasan beragama bagi kaum nonmuslim kala itu, antara lain, juga tercermin dari tindakan Sultan Muhammad Al-Fathih ketika menguasai Konstatinopel, pusat keuskupan Kristen Orthodox untuk wilayah Timur, dari kekuasaan Kaisar Byzantium.
Sultan memberi jaminan keselamatan bagi jiwa raga, harta benda, akidah, gereja, dan salib mereka. Sultan juga membebaskan mereka dari tugas kemiliteran dan memberi jaminan kepada pemimpin-pemimpinnya untuk menyusun peraturan sendiri. Mereka juga diberi wewenang buat memutuskan perselisihan yang terjadi di antara mereka tanpa campur tangan negara.
Penduduk Konstantinopel, yang mayoritas pemeluk Kristen Orthodox, menjadi lega. Sebab, sebelumnya toleransi seperti itu tidak pernah mereka alami. Kebebasan beragama itu berlangsung kurang lebih selama lima abad. Fenomena toleransi seperti itu juga sudah muncul sejak awal penyebaran Islam di daerah-daerah di luar Jazirah Arab. Banyak gereja yang dijadikan tempat salat oleh kaum muslimin, sekaligus juga sebagai tempat berdoa bagi kaum Nasrani.
Ketika Damaskus dibebaskan oleh kaum muslimin, kaum Nasrani merelakan sebagian dari ruangan di Gereja Agung Yohanna sebagai mushalla (tempat salat) bagi kaum muslimin. Belakangan, gereja tersebut menjkadi Masjid Jami’ Bani ‘Umayah.
Bukti toleransi yang luar biasa kaum muslimin di masa silam juga tampak dalam hal pembagian tugas dan jabatan kepada para pakar nonmuslim. Pertimbangannya bukanlah pada masalah agama, melainkan keahlian. Kala itu, masalah jabatan dan tugas berdasarkan kompetensi, dan sama sekali tidak dikaitkan dengan akidah atau mazhab.
Di masa pemerintahan Dinasti Umayah dan Abbasiyah, misalnya, banyak dokter beragama Nasrani yang menjalankan tugas-tugas penting. Mereka membimbing sekolah-sekolah kedokteran di Damaskus dan Baghdad dalam waktu yang cukup lama. Misalnya Ibnu Usal, dokter pribadi Khalifah Mu’awiyah. Bahkan Mu’awiyah juga mengangkat seorang Nasrani bernama John sebagai sekretarisnya.

Dokter Nasrani
Di masa pemerintahan Khalifah Marwan, ada dua orang Nasrani, Asnasius dan Ishaq, memangku jabatan pemerintahan di Mesir. Belakangan Asnasius menduduki jabatan-jabatan penting dan berpengaruh. Ia mendirikan sebuah gereja di Urfa. Ia juga dipercaya oleh Gubernur Mesir, Abdul Malik bin Aziz.
Di masa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakkil, ada seorang dokter Nasrani yang terkenal, Bakhtisyu bin Jibrail. Belakangan, anak Bakhtisyu, Jurjais bin Bakhtisyu, yang juga Nasrani, menjadi dokter pribadi Khalifah Khalifah Al-Manshur. Sementara Khalifah Al-Mu’thasim juga memiliki dokter pribadi seorang Nasrani bernama Salmuwaih bin Banan.
Bukan hanya dokter, para seniman nonmuslim juga mendapat kedudukan istimewa. Misalnyan Al-Akhtal, seorang penyair Nasrani, di masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik. Suatu hari ia pernah menulis syair yang menghina kaum Ansar: Kehinaan bersemayam di bawah serban-serban kaum Ansar.
Lalu kaum Ansar mengirimkan Nu’man bin Basyir, seorang sahabat Rasulullah SAW, untuk menemui Khalifah Abdul Malik. Sambil mengangkat serbannya, ia berkata, ”Apakah Tuan melihat kehinaan di sini, wahai Amirul Mukminin?” Maka Khalifah Abdul Malik pun menenteramkan hatinya, tanpa menindak Al-Akhtal.
Ada lagi seorang penyair terkenal yang sangat dikagumi kalangan pejabat kekhalifahan Bani Umayah dan Bani Abbasiyah, yaitu Ibrahim bin Hilal Ash-Shabi, yang memeluk Majusi – kepercayaan yang memuja matahari. Antara Ibrahim bin Hilal dan para sastrawan Arab kala itu terjalin persahabatan yang erat. Ketika ia meninggal, Syarif Ridha, seorang penyair dari Bani Hasyim Alawy, meratapinya dengan syair-syair yang indah.
Di masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun terdapat beberapa halaqah (kelompok diskusi keilmuan) yang menghimpun berbagai ulama dan pakar dari berbagai agama dan mazhab. ”Bahaslah segala macam ilmu yang kalian kehendaki tanpa berdalil pada kitab agama masing-masing, agar tidak menimbulkan kemusykilan dari masing-masing golongan,” kata Khalifah Al-Ma’mun.
Bukan hanya di kalangan istana, toleransi itu bahkan juga merasuk dalam beberapa keluarga muslim. Dalam satu rumah, misalnya, sudah lazim bila berkumpul empat orang bersaudara yang masing-masing bermazhab Sunni, Syi’i, Khariji, Mu’tajili. Namun mereka hidup rukun dan harmonis.
Ketika kaum muslimin menguasai Spanyol, toleransi itu juga dinikmati selama delapan abad oleh kaum Nasrani Spanyol. Rentang waktu yang sangat lama itu merupakan waktu yang cukup baik bagi kaum muslimin untuk membangun peradaban yang tinggi. Peradaban muslim di Spayol itu, kelak, menjadi standar bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern di abad-abad sesudahnya.
Pembangunan peradaban Islam di Spanyol tersebut dimulai sejak Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil berkuasa di Cordova pada 756 Masehi. Ketika itu Kesultanan Islam di Spanyol memisahkan diri dari pusat pemerintahan kekhalifahan Islam di Baghdad, Irak. Sejak saat itu Khalifah Abdurrahman merintis pembangunan peradaban Islam yang dilanjutkan oleh para penguasa muslim sesudahnya. Ketika itulah peradaban dan ilmu pengetahuan berkembang pesat.

Aji Setiawan
http://ajisetiawan1.blogspot.com/2011/04/rindu-madaniyah.html

Kado Dari Langit



Di saat menghadapi ujian dan tingkat perjuangan yang maha berat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan menjalani Mi’raj. Sebuah kabar gembira dan kado istimewa dari langit untuk menghibur beliau yang tengah berduka cita

Setelah wafatnya paman Nabi, Abu Thalib dan tidak berapa lama kemudian disusul oleh isteri tercinta, Siti Khadijah. Baik Abu Thalib maupun Siti Khadijah adalah dua orang sosok yang telah banyak memberikan bantuan kepada Nabi, moril dan materiil. Kedua musibah itu terjadi pada tahun 10 dari masa kenabian. Pada tahun itu dalam sejarah disebut,”Aamul Huzni”(tahun kesedihan).
Pada saat yang bersamaan, beliau juga menghadapi ujian yang maha berat dan tingkat perjuangan yang sudah mencapai puncaknya. Gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dengan pengikut-pengikutnya juga semakin hebat. Maka Nabi diperintahkan oleh Allah SWT menjalani Isra’ dan Mi’raj. Hari itu adalah 27 Rajab pada tahun 621 M.
Pada tengah malam yang sunyi dan hening, burung-burung malam diam membisu, binatang-binatang buas berdiam diri, gemericik air dan siulan angin sudah tidak terdengar lagi. Ketika itu Rasulullah SAW tengah berbaring di samping Ka’bah. Tiba-tiba ia didatangi Malaikat Jibril dan Mikail. Keduanya lalu membawanya ke ke serambi Masjidil Haram.
Jibril lalu berkata pada Mikail,”Bawakan aku semangkuk air zamzam untuk mencuci hatinya dan melapangkan dadanya serta mengangkat namanya.”
Mikail kemudian membawakan mangkuk emas yang penuh dengan permata-permata dari cahaya, dan Jibril langsung menuangkan semua isi mangkuk tersebut ke dada Nabi serta memenuhinya dengan kebijaksanan, ilmu, keyakinan, dan iman kepada Allah SWT.
Setelah selesai, Jibril langsung menutup dada beliau dengan khotamunnubuwah (stempel kenabian) persis di antara dua pundaknya. Kemudian Jibril membawa Buraq. Ia adalah seekor binatang berwarna putih, sedikit lebih tinggi daripada seekor keledai tetapi lebih kecil daripada seekor unta.
Disamping buraq, Malaikat Jibril berdiri dengan wajah yang putih bersih berseri dan berkilauan seperti salju. Ia mengenakan pakaian yang berumbaikan mutiara dan emas, lalu Jibril melepas ikat rambut, terurailah rambutnya yang panjang itu. Dari sekelilingnya sayap-sayap berkilauan yang beraneka warna. Tangannya memegang buraq, yang bersayap seperti garuda.
Hewan itu membungkuk dihadapan Raulullah SAW. Ketika akan dinaiki oleh beliau agak kesulitan, maka Jibril pun menaruh tangannya di atas punggung Buraq yang bersinarkan cahaya. Lalu Jibril berkata,”Tidakkah engkau malu wahai Buraq? Tidak ada mahluq yang pernah menaiki mu lebih mulia di sisi Allah dari orang ini.”
Buraq pun malu sehingga bercucuran keringat. Setelah tenang, Rasulullah SAW pun naik di atasnya bersama Jibril, sambil berucap,”Bismillah wala haula quwata illa bilah.”
Sekali melangkah, meluncurlah buraq itu bagaikan anak panah membumbung di atas pegunungan Mekah, di atas pasir-pasir sahara menuju arah utara. Mereka berdua lalu tiba di sebuah daerah yang memiliki banyak kebun korma. Jibril lalu berkata,”Turunlah wahai Muhammad!”
Nabi pun turun dan langsung menunaikan shalat dua rakaat atas perintah Jibril. Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dan Jibril bertanya kepada Nabi,”Tahukah engkau di mana barusan perjalanan dan Jibril bertanya kepada Nabi,”Tahukah engkau di mana barusan engkau shalat?”
“Tidak,” jawab Nabi SAW.
“Wahai orang yang bagus peranginya, engkau tadi shalat di tanah Thoiybah (sekarang Madinah), di sanalah tempat hijrah nantinya,” kata Jibril.
Setelah terbang sebentar, lalu Jibril memerintahkan Buraq,”Turunlah di sini!”
Rasulullah SAW kemudian shalat dua rakaat dan mereka kembali melanjutkan perjalanan kembali.
Seperti biasa Jibril bertanya,”Wahai yang diutus rahmat, tahukah engkau di mana tadi engkau shalat?”
“Tidak,”
“Engkau tadi shalat di Madyan, di bawah pohon Nabi Musa, Kalimullah,”
Lalu berhenti di gunung Thursina di tempat Tempat Tuhan berbicara dengan Musa. Kemudian berhenti lagi di Bethlehem tempat Isa dilahirkan.
Sesudah itu kemudian melanjutkan perjalanan dan mereka menjumpai sekelompok manusia yang menanam dan memanen dalam sehari saja. Setiap kali mereka memanen tanaman itu akan tumbuh seperti semula. Nabi SAW kaget dan bertanya,
”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah, pahala mereka dilipatgandakan sampai 700 kali lipat dan siapakah yang tepat janjinya dari Allah.”
Kembali mereka bertemu kelompok manusia yang aneh, kepala mereka dihantam batu besar sampai pecah dan setiap kali pecah kepalanya kembali utuh seperti semula.
Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka gerangan?”
“Mereka adalah orang yang kepalanya terasa berat jika diajak melaksanakan shalat.”
Setelah itu mereka bertemu sekelompok manusia yang di bagian depan dan belakangnya ada tambalan. Mereka digembalakan seperti onta, memakan tanaman kering dan tanaman berduri. Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah orang-orang yang tidak mau membayar zakat harta mereka, padahal Allah tidak pernah mendzalimi mereka.”
Pemandangan aneh lain juga nampak, sekelompok orang di hadapan mereka ada daging matang yang lezat tersedia dalam panci-panci. Di situ juga ada daging mentah busuk yang mengeluarkan bau tak sedap, ternyata mereka makan daging mentah dan busuk serta meninggalkan daging matang dan lezat.
“Apa maksudnya ini wahai Jibril?”
“Ini adalah laki-laki dari umatmu yang memiliki wanita halal, tetapi malah mendatangi perempuan lacur dan tidur dengannya sampai pagi. Demikian juga dengan perempuan yang memiliki suami halal, tetapi tidur bersama laki-laki keji dan menginap bersamanya dalam maksiat.”
Dalam perjalanan berikutnya mereka melihat sebongkah kayu tergeletak di tengah jalan, tidak seorang pun yang lewat kecuali kayu tersebut dapat mengoyak baju serta menghalangi pejalan kaki yang melewatinya. Melihat hal aneh tersebut, Nabi SAW bertanya,”Apa maksudnya ini, Jibril?”
“Ini adalah perumpamaan sekelompok kaum dari umatmu yang duduk-duduk di jalanan untuk menggosip, mengadu domba dan mengganggu,” jawab Jibril menjelaskan seraya membaca sebuah ayat dalam Al-Qur’an.
Dalam perjalanan itu Nabi juga melihat seorang laki-laki berenang di sebuah sungai darah dan menelan bebatuan terbuat dari api.”Apa ini wahai Jibril?”
“Ini adalah pemakan riba yang telah diharamkan oleh Allah SWT,”jawab Jibril.
Selanjutnya ada seorang laki-laki yang mengumpulkan beberapa ikat kayu bakar tetapi tidak mampu membawanya,”Apa maksud kejadian ini wahai Jibril?”
“Ini adalah laki-laki dari umatmu yang membebani dirinya dengan amanat-amanat manusia. Padahal sebenarnya dia tidak mampu untuk melaksanakannya, tetapi dia memaksakan diri untuk menambah amanat-amanat lainnya,” terang Jibril.
Kemudian Nabi SAW bertemu sekelompok orang yang lidah dan bibir mereka digunting dengan gunting besi. Setiap kali digunting langsung kembali seperti semula. Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah para penceramah dari umatmu yang berkata sesuatu yang tidak mereka kerjakan tanpa perhatian dan cegahan,” kata Jibril.
Nabi SAW juga melewati sekelompok kaum dari umatmu yang memiliki kuku dari timah, dengan kuku tersebut mereka mencabik-cabik muka dan dadanya sendiri, mereka benar-benar tersiksa dengan hal itu.
Siapakah mereka?”
“Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan mengganggu kehormatan mereka.” kata Jibril.
Nabi SAW juga melihat seekor kerbau besar keluar dari lubang kecil dan ingin kembali masuk ke lubang tersebut tapi sama sekali tidak bisa. Beliau lalu bertanya,”Apa maksudnya ini wahai Jibril?”
“Ini adalah seorang lelaki dari umatmu yang mengeluarkan kata-kata jelek kemudian menyesal atas ucapannya tetapi tidak mampu menarik omongannya yang sudah terlanjur keluar.”
Tak berselang berapa lama kemudian ada seseorang yang memanggil-manggil beliau dari arah kanan,”Wahai Muhammad, tataplah aku!”
Tetapi Nabi SAW tidak menghiraukannya karena hikmah dan tuntunan dari Allah SWT.
Beliau bertanya,”Apakah itu wahai Jibril?”
“Itu adalah panggilan Yahudi, andaikata engkau tadi menjawabnya, maka seluruh umatmu akan menjadi Yahudi,”jawab Jibril.
Setelah itu muncul lagi panggilan dari sebelah kiri,”Wahai Muhammad tataplah aku.”
Sebagaimana yang panggilan yang pertama, Nabi SAW tidak menghiraukannya sama sekali. Kemudian beliau bertanya,”Apakah itu wahai Jibril?”
“Itu adalah panggilan Nasrani. Seandainya engkau penuhi panggilan tersebut, maka umatmu akan menjadi Nasrani.”
Beliaupun meneruskan perjalanan dan tiba-tiba ada seorang perempuan yang menyingsingkan kedua lengan bajunya memanggil, ”Wahai Muhammad tataplah aku.”
Nabi SAW tidak menghiraukannya karena dia itu adalah dunia, Jibril berkata, ”Kalau seandainya engkau menjawab panggilan itu maka seluruh umatmu akan lebih memilih dunia dari pada akhirat.”
Beliau juga dipanggil oleh seorang tua yang berada di pinggir jalan,”Muhammad kemarilah.”
Namun Jibril langsung bekata,“Teruslah berjalan wahai Muhammad!”
“Siapakah dia itu?”
“Dia itu Iblis,” jawab Jibril sambil melanjutkan,“Ia ingin kamu melenceng dan mengikuti dakwahnya karena dia adalah musuh Allah.”
Nabi SAW masih meneruskan, tiba-tiba ada seorang wanita tua yang sudah sakit-sakitan berada di samping jalan memanggil beliau,”Muhammad, pandanglah aku.”
Nabi SAW kemudian bertanya,”Siapakah dia, Jibril?”
“Sungguh tidaklah tersisa dari umur dunia kecuali seperti yang tersisa dari umur perempuan tua yang sudah rapuh dimakan usia ini.“
Lalu mereka meluncur lagi ke udara bersama Buraq hingga tiba di Baitul Maqdis. Setelah itu beliau pun mengikat Buraq pada sebuah cincin yang biasa dikenakan oleh para nabi. Kemudian beliau masuk ke dalam Masjid lewat pintu Yamaniyah. Bersama Jibril, beliau mengerjakan shalat tahiyatul masjid. Tak lama berselang, seorang muadzin mengumandangkan adzan. Jibril lalu menuntun Nabi SAW untuk menjadi imam shalat dua rakaat di dalamnya bersama Ibrahim, Musa dan Isa. Seusai shalat para Nabi memuji Allah SWT.
Nabi SAW lalu bersabda, ”Masing-masing dari kalian memuji Tuhan-Nya dan aku pun memuji Tuhanku, Allah SWT.”
Nabi melanjutkan kembali khutbahnya, ”Segala puji bagi Allah yang telah mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Allah telah turunkan ayat-ayat Qur’an kepadaku. Dan umatku dijadikan umat yang tengah-tengah, merekalah yang pertama dan terakhir. Allah telah melapangkan dadaku, meninggikan sebutanku, menjadikanku pembuka dan penutup para nabi-nabi-Nya.”
Selesai berkhutbah, Nabi SAW keluar dari masjid, lalu Jibril membawakan secangkir susu dan khamer, Nabi Muhammad SAW memilih secangkir susu. Lalu Jibril berkata: “Engkau telah memilih fitrah. Yakni watak yang selamat. Andaikata engkau memilih khamer, tentulah umatmu akan sesat, ” kata Jibril.
Menuju langit ketujuh
KEMUDIAN setelah itu, dibawakannya sebuah tangga yang dipancangkan di atas batu Ya’qub. Dengan tangga itu Muhammad cepat-cepat naik ke langit. Kemudian Jibril naik ke atas bersama Nabi Muhammad SAW menuju langit pertama. Jibril memerintahkan langit pertama terbuka dan terdengar suara,”Siapakah gerangan?”
“Jibril,” jawab Malikat Jibril.
Terdengar suara lagi,”Siapakah gerangan bersamamu?”
Jibril menjawab:”Muhammad.”
Terdengar lagi suara,”Adakah ia seorang Rasul?”
Jibril menjawab, ”Ya Muhammad Rasulullah, lalu pintu terbuka bagi kami. Saya bertemu Adam yang menyambutku dan mengucapkan salam kepadaku. Kemudian kami ke langit kedua, dan Jibril memerintahkan agar langit kedua terbuka.
Terdengarlah suara:”Siapakah gerangan?”
Jibril menjawab:”Muhammad”
Terdengar langi suara:”Adakah ia seorang Rasul?”
Lalu Jibril menjawab lagi:”Ya Muhammad Rasulullah.”
Kemudian pintu pun terbuka bagi Muhammad dan Jibril. Mereka disambut Isa putra Maryam dan Yahya Ibn Zakaria. Setelah mengucap salam, Muhammad dan Jibril naik ke langit ketiga dan terjadi seperti sebelumnya. Pintu terbuka dan bertemu dengan Nabi Yusuf.
Selepas mengucap salam, mereka naik ke langit keempat dan bertemu dengan Nabi Idris. Pada langit kelima mereka bertemu dengan Harun As. Lalu dilanjutkan ke langit keenam dan mereka berjumpa dengan Nabi Musa As. Selanjutnya naik lagi ke langit ketujuh dan mereka berjumpa dengan Ibrahim As.
Nabi Muhammad dan Jibril bertemu dengan Ibrahim yang tampak kurus sedang menjaga Baitul Ma’mur (rumah yang banyak dikunjungi). Setiap hari 70.000 malaikat berkunjung kepadanya.
Kemudian Jibril mengantarkan Muhammad lagi ke sebuah pohon di Sidratul Muntaha, daunnya mirip telinga gajah dan buahnya mirip bejana yang terbuat dari tembikar. Ketika itu perintah Allah menyelimutinya, maka tidak satupun dari mahluknya yang mampu menggambarkan keindahannya.
Kemudian Allah mewahyukan apa yang telah Dia wahyukan. Allah SWT menetapkan kewajiban atas Nabi Muhammad SAW 50 salat dalam sehari semalam. Nabi Muhammad SAW kemudian turun dan bertemu dengan Musa dan dia bertanya,”Apa yang telah ditetapkan Allah sebagai kewajiban terhadap umatmu?”
Rasulullah SAW menjawab,”50 salat,”
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan! Umatmu tidak akan mampu melakukannya. Saya telah mencobakan hal itu kepada Bani Israil dan aku memberikan saran kepadamu berdasarkan pengalamanku,” kata Musa.
Rasulullah kemudian kembali menjumpai Allah dan berkata,”Ya Tuhanku, kurangilah kewajiban tersebut demi umatku.”
Lalu Allah mengurangi lima salat. Dan Nabi Muhammad SAW dan bertemu Nabi Musa kembali sambil menceritakan bahwa Allah SWT telah mengurangi lima salat. Musa menjawab,”Umatmu tidak akan sanggup melakukannya, jadi kembalilah kepada Tuhanmu mintalah keringan.”
Nabi Muhammad SAW berkali-kali naik turun menemui Musa hingga akhirnya Allah berfirman: “Muhammad, sekarang tinggallah lima salat untuk dikerjakan dalam sehari dan semalam. Masing-masing salat setara sepuluh salat, sehingga lima salat tersebut sepadan dengan 50 salat. Siapapun yang berniat melakukan kebajikan, kemudian ia tidak mengerjakannya, ditulis baginya satu kejahatan.
Ketika Nabi Muhammad SAW turun ke langit keenam di mana tempat Musa berada.
”Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah pengurangan!” perintah Musa.
“Saya telah berulang kali menghadap Tuhan dan memohon pengurangan sampai-sampai saya malu di hadapan-Nya,” jawab Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW yang telah menerima perintah salat lima waktu itu pun kemudian bergegas dengan Jibril meninggalkan Musa dan mengunjungi Surga. Jibril pun menerangkan tentang keberadaan surga yang disediakan bagi manusia-manusia beriman sesudah mereka dibangkitkan.
Kemudian Nabi SAW kembali menuju tangga yang membawanya kembali ke bumi. Buraq pun dilepaskan, maka ia pun kembali dari Baitul Maqdis menuju Mekah.
AST, Al-Bisyr Wa Al-Ibtihaj fi Qissah Al-Isra’ wa Al-Mi’raj

Mutiara-mutiara Rasulullah SAW



AK25.MutiaraRasul.AST
Dusta Yang Diperbolehkan
“Kedustaan ditetapkan sebagai dosa anak Adam kecuali tiga perkara: Seorang lelaki berdusta terhadap istrinya untuk memuaskan hatinya, seseorang yang yang berdusta karena siasat untuk perang, dan seseorang yang berdusta di antara dua orang Muslim untuk mendamaikan keduanya.” (HR. Ath-Thabrany dan Ahmad)
Suatu waktu, beberapa pemuda muslim diutus oleh Rasulullah SAW ke wilayah Mudhar. Di tengah perjalanan mereka kehausan, kelaparan dan kepanasan. Akhirnya, mereka melewati sebuah tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan dan sebuah pohon rindang di sisi luarnya. Ternyata tak jauh dari tempat mereka, tampak sebuah kemah kecil yang di depannya ada sekumpulan kambing. Tanpa berpikir panjang lagi, para utusan Rasulullah SAW itu lalu menemui pemiliknya, orang Badui sambil berkata,”Berilah kami satu ekor kambing untuk dimakan.”
Mengetahui yang meminta adalah para utusan Rasulullah SAW yang tengah kelaparan, orang Badui itu kemudian mengambil satu ekor kambing jantan yang gemuk dan dengan sigap ia segera menyerahkannya pada mereka. Para utusan Rasul itu tentu saja gembira mendapat pemberian kambing gemuk. Mereka lalu menyembelih dan memotong daging kambing. Semua dagingnya kemudian dimasak. Setelah matang, mereka makan masakan daging kambing itu dengan lahapnya sampai habis.
Melihat daging yang dimakan para utusan Rasul telah habis, orang Badui itu kemudian memberi mereka satu ekor lagi kambing gemuk. Mereka kembali menyembelih dan memasaknya. Orang badui itu berkata,”Tidak ada yang tersisa dari kambing-kambingku yang dapat disembelih kecuali yang hamil atau seekor pejanntan.”
Utusan-utusan kembali mengambil seekor lagi. Setelah siang hari dan panas menyengat, apalagi saat itu merupakan musim kemarau. Mereka pun tidak mempunyai tempat berlindung. Orang Badui itu menggiring kambing-kambingnya ke bawah perlindungan sebuah pohon rindang di tengah gurun.
Utusan Rasulullah SAW kemudian mendekati orang Badui itu, lalu berkata, ”Kami lebih berhak berlindung di bawah pohon, dari pada kambing-kambing kamu.”
Mereka semakin mendekat dengan orang Badui itu sambil memerintahkan untuk menggiring kambing-kambing yang sedang berteduh, ”Keluarkanlah kambing-kambingmu, agar kami dapat berlindung di tempat ini!”
Orang badui itu berkata, ”Jika kalian mengeluarkan kambing-kambing itu, maka kambing-kambingku yang sedang hamil tidak akan kuat terkena terik panas matahari. Aku takut, anak dalam kandungannya akan keguguran. Sementara aku sudah berima kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat dan juga mengeluarkan zakat.”
Namun jawaban dari orang Badui itu tidak digubris oleh para utusan Rasulullah SAW.
Mereka dengan kasar lalu menggiring semua kambing-kambing yang tengah berlindung di bawah pohon rindang itu. Tak berapa lama kemudian, kambing-kambing itu pun langsung meregang kepanasan oleh terik matahari yang tengah panas-panasnya, berada tepat di atas ubun-ubun kepala. Seperti dugaan orang Badui itu, kambing-kambing yang tengah hamil tak lama berselang mengalami keguguran.
Orang Badui itu dengan muka masam, kemudian berlalu pulang dari para utusan Rasul. Ia dengan langkah tergopoh-gopoh kemudian menemui Rasulullah SAW dan menceritakan semua kejadian yang menimpa kambing-kambingnya. Beliau sangat marah mendengar cerita orang Badui itu, kemudian bersabda,”Tunggulah di sini hingga mereka tiba.”
Setelah para utusan beliau kembali semua, mereka semua dikumpulkan dan dipertemukan dengan orang Badui itu. Satu per satu mereka dipanggil oleh Rasulullah SAW, untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya di padang sahara. Namun para utusan itu semuanya berkata dusta, dan semua yang dikatakan para utusan itu hanya ingin menggembirakan Rasulullah SAW.
Orang Badui yang mendengar dan melihat langsung kesaksian dari para utusan itu langsung berkata sambil menahan isak tangis karena sedih melihat perilaku sahabat Nabi yang berbohong di hadapan beliau, ”Demi Allah, sesungguhnya Allah Jala Jalalluhu wa Rahmatuhu benar-benar tahu bahwa aku berkata jujur dan merekalah yang berkata dusta. Semoga Allah memberitahukan kepada engkau tentang hal ini wahai Nabi Allah! wahai Rasulullah SAW!”
Rasulullah SAW pun terharu mendengar kata-kata dari orang Badui. Beliau melihat dengan mata batinnya yang tajam, kalau orang Badui itu kata-katanya begitu polos dan penuh kejujuran. Hingga, membuat bulir-bulir air mata menetes dari sorot mata beliau yang mulia itu. Beliau baru menyadari, kalau perkataan dari orang Badui itulah yang benar, dan perkataan penuh kedustaan dari para utusannya yang penuh tipu muslihat. Tentu saja, beliau marah besar.
Wajah beliau yang biasa teduh, kini langsung berubah dengan sorot mata yang tajam. Maka, segeralah beliau kembali memanggil satu per satu para utusan untuk menghadap dan bersumpah. Suara baginda Rasulullah SAW yang tegas dan berwibawa, membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi gentar dan tergetar hatinya.Ternyata, para utusan itu tak satu pun yang berani mengucap sumpah di hadapan baginda Rasulullah SAW. Akhirnya, para utusan beliau membenarkan semua perkataan orang Badui itu dan mengakui kalau mereka telah berkata dusta.
Sekalipun beliau dari tadi mendengarkan saja kata para utusan dengan seksama dan penuh kearifan, namun Rasulullah SAW tetap tidak bisa menerima serta membenarkan setiap kedustaan. Beliau kemudian berdiri dan bersabda, ”Apa yang mendorong kalian akur dalam kedustaan sebagaimana kasur yang hangus berturut-turut dalam api? Kedustaan ditetapkan sebagai dosa anak Adam kecuali tiga perkara; Seorang lelaki berdusta terhadap istrinya untuk memuaskan hatinya, seseorang yang yang berdusta karena siasat untuk perang, dan seseorang yang berdusta di antara dua orang Muslim untuk mendamaikan keduanya.”
AST
AK24.MutiaraRasul.AST
Ridha Allah, Ridha Ibu
”Hai sahabat Muhajir dan Anshar! Siapa yang mengutamakan isterinya daripada ibunya, maka ia akan terkena kutukan (laknat) Allah dan tidak diterima daripadanya ibadat fardhu dan sunnatnya,” sabda Rasululah SAW
Di jaman Rasulullah SAW pernah hidup seorang pemuda yang rajin beribadah dan banyak sedekah. Namun, tiba-tiba ia menderita penyakit yang sangat berat. Sang isteri dari pemuda tersebut telah menyuruh orang memanggil Rasulullah SAW dan mengabarkan bahwa suaminya sudah mendekati sakaratul maut.
Mendengar permintaan itu, Rasulullah SAW langsung mengutus Bilal, Ali, Salman dan Ammar pergi ke rumah seorang pemuda yang sakit itu dan memperhatikan bagaimana keadaannya. Sampai di rumah pemuda yang bernama Alqomah itu, mereka langsung menemuinya serta menuntunnya supaya membaca,”Laa ilaha illallah.”
Tetapi, walau sudah dituntun berulangkali, lidah Alqomah tetap terkunci tidak bisa mengucapkan hal itu. Para sahabat ketika itu merasa bahwa Alqomah pasti akan mati. Mereka lalu menyuruh Bilal supaya memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW.
Beliau bertanya pada sahabat Bilal,”Apakah ia masih mempunyai ayah dan ibu?”
“Ayahnya telah meninggal, sedang ibunya masih hidup tetapi terlampau tua,” jawab Bilal.
“Ya Bilal, pergilah kepada ibu Alqomah dan sampaikan salamku kepadanya dan katakan, ’Jika kamu dapat berjalan pergi kepada Rasulullah SAW dan jika tidak dapat, maka Rasulullah akan datang ke tempat mu’.”
Bilal pun kemudian menyampaikan pesan dari Rasulullah SAW pada ibu Alqomah. Apa jawab ibu Alqomah?
“Sayalah yang lebih layak pergi kepada Nabi SAW,” jawab ibu Alqomah. Lalu ia mengambil tongkat dan berjalan kaki dengan diikuti sahabat Bilal hingga masuk ke rumah Nabi SAW. Sesudah memberi salam ia langsung duduk di depan Rasulullah SAW.
“Katakanlah yang benar kepadaku, jika engkau dusta kepadaku niscaya akan turun wahyu memberitahu kepadaku; Bagaimanakah keadaan Alqomah?” tanya beliau.
“Alqomah adalah anak yang rajin ibadah sembahyang, puasa dan bersedekah sebanyak-banyaknya sehingga tidak diketahui berapa banyaknya,” jawab ibu Alqamah.
“Lalu bagaimana hubunganmu dengan dia?” Tanya Rasulullah SAW.
“Saya murka kepadanya,” kata Ibu Alqomah.
“Mengapa?”
“Karena ia lebih mengutamakan isterinya lebih dari padaku dan lebih menurut kepada sang isteri serta berani menentangku,” jawab sang ibu, dengan raut muka masam.
Sejenak semuanya terdiam, wajah Rasulullah SAW tertunduk sebentar dan menarik nafas dalam-dalam, tanda beliau telah mengetahui duduk persoalan yang menimpa Alqomah.
Beliau kemudian bersabda, “Murka ibunya, itulah yang mengunci (menutup) lidahnya untuk mengucap; La ilaha illallah.”
Kemudian Nabi SAW menyuruh Bilal supaya mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk membakar Alqomah dengan api.
Ibu Alqomah tentu heran dengan perintah Rasulullah SAW. Ia lalu bertanya, ”Ya Rasulullah, putraku, buah hatiku akan kau bakar dengan api di depanku? Bagaimana aku dapat menerima buah hatiku, engkau perlakukan begitu?”
Rasulullah SAW bersabda, ”Hai ibu Alqomah! Siksa Allah lebih berat dan lebih kekal. Karena itu, jika kau ingin Allah mengampunkan dosa anakmu maka relakanlah ia (kau harus ridha kepadanya). Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak akan berguna sembahyang, sedekahnya selama engkau masih murka kepadanya.”
Lalu ibu Alqomah mengangkat kedua tangannya dan berkata,”Ya Rasulullah! Saya menyaksikan kepada Allah di langit dan kepada mu. Ya Rasulullah, serta kepada siapa saja yang hadir di tempat ini, bahwa saya telah ridha Alqomah.”
Mendengar ucapan itu, gembiralah hati Rasulullah SAW. Beliau langsung menyuruh Bilal untuk pergi melihat Alqomah apakah ia sudah mengucap Laa ilaha illallah atau tidak, khawatir kalau-kalau ibu Alqomah mengucapkan hal itu hanya karena malu pada Rasulullah SAW dan bukan dari lubuk hatinya yang terdalam.
Ketika Bilal sampai di depan pintu kamar Alqomah, terdengar suara Alqomah mengucapkan, ‘Laa ilaha illallah’, lalu Bilal masuk dan berkata,”Hai orang-orang, sesungguhnya murka ibu Alqomah itu menutup lidah untuk mengucapkan syahadat, dan karena ridha ibunya, kini telah melepas lidahnya untuk mengucap “Laa ilaha illallah”.
Kematian Alqomah pada hari itu langsung tersiar sampai ke kediaman Rasulullah SAW. Beliau bersama para sahabat bertakziyah ke rumah Alqomah. Begitu sampai, beliau langsung menyuruh yang hadir supaya jasad Alqomah segera dimandikan dan dikafankan, serta disembahyangkan oleh Rasulullah SAW.
Sesudah dikubur, Nabi SAW berdiri di atas tepi kubur sambil bersabda,”Hai sahabat Muhajir dan Anshar! Siapa yang mengutamakan isterinya daripada ibunya, maka ia akan terkena kutukan (laknat) Allah dan tidak diterima daripadanya ibadat fardhu dan sunnatnya.”
AST
AK23.Mutiara Rasul.AST
Takluknya Raja Habib bin Malik
Sekalipun Rasulullah SAW telah membelah bulan menjadi dua bagian, dan masing-masing bagian dimasukan ke lengan bajunya, Raja Habib bin Malik belum mengakui kerasulan beliau. Bagaimana kisahnya sehingga ia bisa takluk?
Pada jaman jahiliyah hiduplah seorang raja bernama Habib bin Malik yang berkuasa di negeri Syam. Namanya sangat terkenal hingga ke kota Mekkah dan orang-orang kafir sangat menghormatinya. Mereka mengaguminya karena Raja Habib bin Malik itu termasuk penyembah berhala yang sangat fanatik sehingga ia sangat menentang dan membenci setiap agama-agama baru yang didakwahkan ke muka bumi.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Abu Jahal untuk mengadu domba Raja Habib bin Malik dengan Rasulullah SAW.
Suatu ketika Abu Jahal mengirim surat kepada Raja Habib bin Malik yang isinya menceritakan tentang Rasulullah dan agama baru yang dibawanya. Isinya tentu saja dibuat sedemikian rupa oleh Abu Jahal sehingga membuat Raja Habib bin Malik penasaran dan ingin bertemu langsung dengan Rasulullah SAW.
Ternyata dugaan Abu Jahal tidak meleset, karena begitu Habib bin Malik mendapat suratnya, ia segera mengirim surat balasan melalui seorang utusan bahwa dalam waktu dekat akan berkunjung ke Mekkah untuk bertemu langsung dengan Muhammad SAW dan mengujinya.
Pada hari yang ditentukan, berangkatlah Habib bin Malik menuju kota Mekkah dengan iring-iringan sepuluh ribu pengawal. Ketika rombongan Raja Habib sampai di daerah yang bernama Abthah, ia mengirim seorang utusan untuk memberitahukan kepada Abu Jahal bahwa dirinya telah sampai perbatasan kita Mekkah. Maka Abu Jahal mendengar berita tersebut, bersama pemuka-pemuka kafir Quraisy lainnya menyambut dengan ramainya dan memberi beraneka macam hadiah.
Pada pertemuan sambutan tersebut, Habib bin Malik bertanya,”Seperti apa kepribadian Muhammad?”
“Sebaiknya itu tuan tanyakan saja kepada keluarga dari Bani Hasyim,” jawab Abu Jahal.
Kemudian Habib bin Malik bertanya kepada kaum kerabat Muhammad dari Bani Hasyim. Apa jawabannya?
“Kami mengetahui masa kecil Muhammad. Ia adalah seorang anak yang bisa dipercaya, jujur serta baik budi pekertinya. Tetapi, sejak usianya menginjak 40 tahun, ia mulai menyiarkan agama baru, dengan menghina dan menyepelekan tuhan-tuhan yang kami sembah. Ia menyiarkan agama selain dari agama warisan nenek moyang kami,” kata salah seorang keluarga bani Hasyim.
Setelah mendengar penjelasan dari Bani Hasyim, Habib bin Malik lalu menyuruh utusan untuk memanggil Muhammad.
“Bila ia tidak mau dipanggil dengan cara yang sopan, maka paksalah ia supaya datang kemari!”
Rasulullah SAW yang mendapat panggilan tersebut, langsung menuju ke tempat Raja Habib bin Malik berada dengan ditemani sahabat Abu Bakar dan Khadijah, isteri beliau. Sepanjang perjalanan, Khadijah tidak henti-hentinya meneteskan air mata karena khawatir atas keselamatan suaminya di hadapan raja zalim itu.
Perasaan yang serupa juga tampak dari raut muka sahabat Abu Bakar yang penuh kecemasan, hanya ia diam saja mendampingi langkah-langkah Rasulullah SAW yang berjalan cepat di depannya. Khadijah yang semakin cemas itu, dari belakang kemudian berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami sangat mengkhawatirkan keadaan dan keselamatanmu dari murka orang-orang kafir.”
“Kalian jangan takut, kita serahkan saja semuanya kepada Allah SWT,” kata Rasulullah SAW yang saat itu memakai jubah warna merah dan sorban hitam pemberian Abu Bakar.
Sampai di tempat Raja Habib bin Malik, Rasulullah disambut dengan cukup ramah dan dipersilahkan duduk di kursi emas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Khadijah yang hatinya masih diliputi kekhawatiran, berdoa kepada Allah,”Ya Allah. Tolonglah Muhammad dan kuatkan hatinya.”
Ketika Rasulullah telah duduk di kursi yang disediakan Habib bin Malik, terpancarlah sinar kemilau dari wajahnya yang penuh kewibawaan sehingga membuat yang melihatnya tertegun keheranan.
Kemudian, Habib bin Malik mengawali pembicaraannya dengan bertanya,”Wahai Muhammad, tentu engkau telah mengetahui bahwa setiap nabi pasti memiliki mukjizat. Bila engkau mengaku sebagai nabi, mukjizat apakah yang telah engkau miliki?”
Mendapat pertanyaan seperti itu beliau tidak langsung menjawabnya, tetapi beliau balik bertanya kepada Habib bin Malik,”Mukjizat apakah yang tuan kehendaki?”
“Aku menginginkan matahari yang sedang bersinar itu engkau tenggelamkan, kemudian munculkanlah bulan. Setelah bulan muncul, lalu turunkanlah dengan tanganmu sendiri. Setelah bulan berada di tanganmu, lalu belahkan bulan itu menjadi dua bagian, dan masukkanlah masing-masing ke lengan baju mu sebelah kiri dan kanan. Kemudian keluarkan lagi bulan itu dari kedua lengan bajumu, lalu satukanlah lagi. Dan suruhlah bulan itu mengakui bahwa kamu adalah seorang rasul. Setelah itu, kembalikanlah bulan itu ke tempatnya semula. Jika kamu dapat melakukan semua itu, aku akan beriman kepadamu dan mengakui kenabianmu,” kata Raja Habib bin Malik.
Permintaan Habib bin Malik tersebut aneh sekali kedengarannya dan terlalu mengada-ada. Mendengar permintaan itu, Abu Jahal sangat gembira sebab ia sudah yakin Muhammad pasti tidak dapat melakukannya. Akan tetapi, ia menjadi waswas ketika dengan tegas dan penuh keyakinan, beliau menjawab tantangan itu dengan berkata,”Aku penuhi permintaan tuan.”
Bagi Rasulullah, tidak ada sesuatu yang mustahil, selama beliau meminta pertolongan Allah SWT, pasti akan dikabulkan. Kemudian, beliau berjalan ke arah Gunung Abi Qubaisy dan melakukan shalat dua rakaat. Selesai shalat, beliau menengadahkan tangannya tinggi-tinggi berdoa memohon kepada Allah agar apa yang menjadi permintaan Habib bin Malik dapat dipenuhi dengan baik dan sempurna.
Kemudian, datanglah pasukan malaikat yang berjumlah 12.000 dan tidak seorang pun yang mengetahui kedatangan malaikat-malaikat tersebut kecuali Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menyampaikan salam kepadamu. Allah berfirman,’Wahai kekasihku, janganlah engkau takut dan ragu. Sesungguhnya Aku senantiasa bersamamu di mana pun kamu berada. Aku telah menetapkan keputusan-Ku sejak jaman azali, tentang apa yang menjadi permintaan Habib bin Malik pada hari ini.
Sekarang pergilah engkau ke hadapan mereka untuk menunjukan hujjah tentang kerasulanmu. Ketahuilah, sesungguhnya Allah yang memperjalankan matahari dan bulan serta yang mengganti siang dengan malam. Selain itu, Habib bin Malik mempunyai seorang putri yang cacat, tidak mempunyai kaki dan tangan serta buta. Allah telah menyembuhkan anak perempuan Habib bin Malik menjadi seorang yang sempurna bentuknya, bisa berjalan, meraba dan melihat,’” kata malaikat itu menyampaikan firman Allah.
Maka bergegaslah Rasulullah turun dari Gunung Abi Qubaisy dan menjumpai orang-orang kafir yang sedang menantinya. Bias cahaya yang memantul dari wajah Rasulullah semakin bersinar. Sedangkan di atasnya para malaikat pimpinan Jibril berbaris mengikuti langkah-langkah Rasulullah.
Waktu itu hari telah beranjak senja, matahari hampir saja tenggelam ke peraduannya sehingga suasana menjadi remang-remang. Kemudian, beliau berdoa agar bulan segera keluar maka keluarlah bulan dengan sinarnya yang benderang. Dengan kedua jarinya, Rasulullah mengisyaratkan agar bulan segera turun kepadanya.
Tiba-tiba suasana menjadi amat menegangkan karena suara gemuruh yang sangat menyeramkan. Awan berjalan mengiringi turunnya bulan ke tangan Rasulullah SAW, kemudian setelah bulan berada dalam tangan beliau, dibelahnya bulan itu menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian dimasukan ke lengan bajunya. Satu di sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri.
Tidak lama kemudian, beliau mengeluarkan bulan tersebut dan menyatukannya kembali maka jadilah terlihat oleh semua orang bahwa Rasulullah tengah menggenggam bulan yang sedang bersinar cemerlang. Hal tersebut membuat orang-orang yang menyaksikan semakin takjub dan terbengong-bengong.
Lebih terkejut lagi karena kemudian mereka mendengar suara yang sangat keras bergema, ”Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-hamba-Nya dan utusan-Nya.” Itulah suara bulan yang bersaksi akan kerasulan beliau, seperti permintaan Raja Habib bin Malik.
Kejadian tersebut telah menggoncangkan perasaan yang hadir di tempat tersebut. Kalau itu dibilang mimpi, tetapi ini adalah kenyataan. Mukjizat yang demikian luar biasa hebatnya disaksikan sendiri oleh Raja Habib bin Malik. Ia menyadari bahwa kejadian aneh ini tidak mungkin terjadi pada manusia biasa, walaupun ia mempunyai sihir yang sangat hebat.
Akan tetapi hatinya belum terbuka juga untuk menerima kebenaran Islam. Ia masih hendak mencoba kembali Rasulullah dengan suatu cobaan yang sebenarnya telah terjawab melalui pemberitahuan Jibril.
“Aku masih mempunyai syarat lagi untuk mengujimu.” Belum lagi Habib bin Malik melanjutkan ucapannya, Rasulullah telah terlebih dahulu memotong pembicaraan,”Engkau mempunyai seorang putri yang cacat bukan? Sekarang, Allah telah menyembuhkannya dan menjadikannya menjadi seorang putrid yang sempurna bentuknya.”
Mendengar ucapan Rasulullah, sangatlah girang hati Habib bin Malik. Seketika itu juga ia berdiri dan berseru di hadapan orang-orang kafir Quraisy yang belum habis keheranan mereka. Habib berseru,”Hai penduduk Mekkah, kalian yang telah beriman. Janganlah kembali kafir, karena tidak ada lagi yang perlu diragukan dengan peristiwa ini. Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan-Nya dan hamba-Nya!”
Peristiwa itu diakhiri dengan masuk Islamnya Habib bin Malik serta seluruh bala tentaranya. Tiada orang yang paling jengkel dan marah melihat peristiwa selain Abu Jahal. Ia terperangkap oleh permainan yang ia buat sendiri. Dengan emosi, ia langsung mendekati Habib bin Malik dan berkata,”Wahai junjungan orang Quraisy, apakah engkau beriman kepada tukang sihir ini, hanya melihat kehebatan sihirnya?”
Raja Habib bin Malik tidak menghiraukan ejekan Abu Jahal. Ia segera berkemas untuk pulang ke negeri asalnya karena tidak sabar lagi ingin segera melihat keadaan puterinya.
Setiba di istana, baginda raja disambut dengan sangat meriah oleh rakyatnya. Di depan pintu gerbang ia disambut oleh puterinya yang kini mempunyai anggota tubuh yang lengkap dan berucap,”Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.”
Alangkah terkejutnya Habib mendengar kata-kata putrinya tadi. Kemudian ia bertanya,”Wahai putriku, darimana kamu mengetahui ucapan seperti ini? Siapa yang mengajarimu?”
“Aku bermimpi. Dalam tidurku aku didatangi oleh seorang laki-laki rupawan. Ia berkata bahwa ayahanda telah masuk Islam. Jika aku mau menjadi muslimah, anggota tubuhku akan menjadi lengkap. Tentu saja aku mau dan kemudian aku mengucapkan dua kalimah syahadat, seperti yang barusan ayahanda dengar.”
Seketika itu Habib bin Malik bersujud ke hadirat Allah SWT dikarenakan rasa syukurnya yang tiada terhingga. Sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT, Habib bin Malik mengirimkan berbagai hadiah kepada Rasulullah sebagai tanda terima kasih, atas pertolongan yang telah diberikan kepadanya.
AST
Ak22.MutiaraRasul.AST
Kapak untuk Sang Pengemis
Seorang pengemis yang mendatangi Rasulullah SAW, tidak berapa lama kemudian berhenti mengemis. Dengan bermodalkan sebuah kapak, nasibnya berubah menjadi pencari kayu bakar di gurun
Suatu hari ada seorang laki-laki dari kaum Anshar mendatangi kediaman baginda Rasulullah SAW. Ia datang dengan pakaian compang-camping dan wajah yang pucat, langsung menghadap di depan Rasulullah SAW untuk mengemis. Seusai mengucap salam, pengemis itu meminta sesuatu pada baginda Rasulullah SAW.
“Ya. Ada sehelai kain. Kami pakai sebagiannya dan kami bentangkan sebagiannya untuk duduk dan lain sebagainya. Saya juga punya satu bejana untuk minum air,” Jawab Rasulullah SAW.
Beliau kemudian menyuruh para sahabat yang hadir saat itu untuk membawakan kain dan bejana kepunyaan beliau.”Bawalah keduanya kepadaku!”
Dengan bergegas, salah satu sahabat yang ada di majelis beranjak dari tempat duduknya dan segera mengambil barang-barang yang dimaksud. Lalu sahabat itu membawanya ke hadapan beliau. Rasulullah SAW lalu mengambil keduanya dengan kedua tangannya dan memperlihatkannnya di hadapan para sahabat, beliau kemudian bercerita,”Aku beli kain dan bejana ini satu dirham.”
Rasulullah SAW menawarkan barang-barang kepunyaan beliau kepada para sahabat, ”Aku akan menjualnya. Adakah saudara-saudara akan membelinya? Adakah yang sanggup menambah satu dirham?”
Beliau berulang-ulang menawarkan kepada para sahabat. Akhirnya salah seorang sahabat mengambilnya. “Aku ambil dengan dua dirham, seperti tawaran mu, Ya Rasulullah,” jawab salah seorang sahabat yang hadir.
Rasulullah SAW kemudian memberikan kedua barang itu kepada salah seorang sahabat yang telah sepakat membeli kedua barang itu tadi sembari menerima uang dua dirham. Beliau kemudian mendekati sang pengemis dari kaum Anshar itu dan langsung beliau serahkan uang dua dirham itu seraya memberikan nasehat untuk sang pengemis,”Belilah dengan satu dirham makanan dan serahkan kepada keluargamu. Dan belilah dengan satu dirham lagi sebuah kapak di pasar terdekat dan kemudian bawalah kapak yang kamu beli itu kepadaku!”
Setelah menerima uang dua dirham, sang pengemis itu kemudian pamit pulang. Ia kemudian mampir ke pasar untuk melaksanakan apa yang sudah diperintahkan oleh Rasulullah SAW yakni membeli makanan dan sebuah kapak besi. Selepas mengantar makanan untuk keluarganya di rumah yang tengah kelaparan, ia kemudian membungkus kapak itu dengan sebuah kantong kulit dan ia langsung kembali menuju ke kediaman Rasulullah.
Saat itu Rasulullah SAW masih dalam satu majelis dengan dikelilingi oleh para sahabat yang menyimak penjelasan tentang masalah agama.
“Hai fulan, sudahkah engkau laksakan perintahku?” tanya Rasulullah SAW pada sang pengemis yang tampak malu-malu berdiri di depan pintu rumah.
“Sudah, tuan,”jawab sang pengemis itu.
“Kemarilah! Bawa kemari kapak yang telah engkau beli itu!” perintah beliau.
Lalu sang pengemis itu dengan berjalan perlahan mendekati baginda Rasulullah SAW dan duduk di depan beliau. Pengemis itu kemudian mengeluarkan kapak itu dari kantong kulit dan diserahkan pada Rasululah SAW.
Rasulullah SAW hari itu tampak bergembira melihat perangai dari sang pengemis yang telah taat menerima perintah beliau. Baginda Rasulullah SAW lalu mengambil kapak besi dan ia beranjak ke pojok ruangan. Beliau kemudian berjongkok dan mengambil sepotong kayu yang tergeletak di pojok majelis itu. Tangan beliau yang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, dengan sangat cekatan segera memasang tangkai kayu pada lobang kapak besi. Tak berapa lama kemudian kapak besi itu telah siap untuk digunakan.
Selesai memasang tangkai kapak besi itu, Rasulullah SAW kemudian kembali ke tempat semula, di majelis yang sedari tadi para sahabat biasa menyimak penjelasan dan mengambil hikmah ilmu dari beliau. “Pergilah ke gurun dan tebanglah kayu! Kemudian jual kayu bakar yang kau peroleh ke pasar dan kemarilah lima belas hari lagi!” sabda Rasulullah SAW kepada pengemis dari kaum Anshar itu.
Sang pengemis itu lalu pamit pada Rasulullah SAW. Ia kemudian pulang ke rumah dan mengambil perbekalan makanan dan minuman secukupnya untuk dibawa ke gurun. Dengan penuh semangat, sang pengemis itu lalu berangkat ke gurun yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Satu per satu ranting pohon yang telah kering dipotong dengan kapak. Setelah terkumpul banyak kayu bakar, ia kemudian membawanya pulang ke rumah. Selama lima belas hari sang pengemis itu melakukan pekerjaan mencari kayu bakar dan seluruh kayu bakar yang dikumpulkan dijual ke pasar.
Genap pada hari kelima belas, pengemis itu menghadap ke Rasulullah SAW dengan membawa sepuluh dirham dari hasil penjualan kayu bakar. Beliau kemudian memberikan nasihat kepadanya. “Belilah sebahagian dengan uangmu itu makanan dan sebahagian lagi pakaian. Ini adalah lebih baik bagi kamu daripada meminta-minta. Sebab, mengemis itu merupakan satu tanda di muka mu di hari Kiamat nanti. Sesungguhnya mengemis itu tidaklah layak melainkan bagi orang yang sangat miskin/papa dina atau orang yang berhutang berat atau harus membayar diyat (denda karena membunuh orang).”
AST, hadits Ibnu Majah
----------------------------------------------

AK17.MutiaraRasul.MalamIsraMi’raj.AST
Kabar Gembira dari Langit
Di saat menghadapi ujian dan tingkat perjuangan yang maha berat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan menjalani Mi’raj. Sebuah kabar gembira dari langit untuk menghibur beliau yang tengah berduka cita
Setelah wafatnya paman Nabi, Abu Thalib dan tidak berapa lama kemudian disusul oleh isteri tercinta, Siti Khadijah. Baik Abu Thalib maupun Siti Khadijah adalah dua orang sosok yang telah banyak memberikan bantuan kepada Nabi, moril dan materiil. Kedua musibah itu terjadi pada tahun 10 dari masa kenabian. Pada tahun itu dalam sejarah disebut,”Aamul Huzni”(tahun kesedihan).
Pada saat yang bersamaan, beliau juga menghadapi ujian yang maha berat dan tingkat perjuangan yang sudah mencapai puncaknya. Gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dengan pengikut-pengikutnya juga semakin hebat. Maka Nabi diperintahkan oleh Allah SWT menjalani Isra’ dan Mi’raj. Hari itu adalah 27 Rajab pada tahun 621 M.
Pada tengah malam yang sunyi dan hening, burung-burung malam diam membisu, binatang-binatang buas berdiam diri, gemericik air dan siulan angin sudah tidak terdengar lagi. Ketika itu Rasulullah SAW tengah berbaring di samping Ka’bah. Tiba-tiba ia didatangi Malaikat Jibril dan Mikail. Keduanya lalu membawanya ke ke serambi Masjidil Haram.
Jibril lalu berkata pada Mikail,”Bawakan aku semangkuk air zamzam untuk mencuci hatinya dan melapangkan dadanya serta mengangkat namanya.”
Mikail kemudian membawakan mangkuk emas yang penuh dengan permata-permata dari cahaya, dan Jibril langsung menuangkan semua isi mangkuk tersebut ke dada Nabi serta memenuhinya dengan kebijaksanan, ilmu, keyakinan, dan iman kepada Allah SWT.
Setelah selesai, Jibril langsung menutup dada beliau dengan khotamunnubuwah (stempel kenabian) persis di antara dua pundaknya. Kemudian Jibril membawa Buraq. Ia adalah seekor binatang berwarna putih, sedikit lebih tinggi daripada seekor keledai tetapi lebih kecil daripada seekor unta.
Disamping buraq, Malaikat Jibril berdiri dengan wajah yang putih bersih berseri dan berkilauan seperti salju. Ia mengenakan pakaian yang berumbaikan mutiara dan emas, lalu Jibril melepas ikat rambut, terurailah rambutnya yang panjang itu. Dari sekelilingnya sayap-sayap berkilauan yang beraneka warna. Tangannya memegang buraq, yang bersayap seperti garuda.
Hewan itu membungkuk dihadapan Raulullah SAW. Ketika akan dinaiki oleh beliau agak kesulitan, maka Jibril pun menaruh tangannya di atas punggung Buraq yang bersinarkan cahaya. Lalu Jibril berkata,”Tidakkah engkau malu wahai Buraq? Tidak ada mahluq yang pernah menaiki mu lebih mulia di sisi Allah dari orang ini.”
Buraq pun malu sehingga bercucuran keringat. Setelah tenang, Rasulullah SAW pun naik di atasnya bersama Jibril, sambil berucap,”Bismillah wala haula quwata illa bilah.”
Sekali melangkah, meluncurlah buraq itu bagaikan anak panah membumbung di atas pegunungan Mekah, di atas pasir-pasir sahara menuju arah utara. Mereka berdua lalu tiba di sebuah daerah yang memiliki banyak kebun korma. Jibril lalu berkata,”Turunlah wahai Muhammad!”
Nabi pun turun dan langsung menunaikan shalat dua rakaat atas perintah Jibril. Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dan Jibril bertanya kepada Nabi,”Tahukah engkau di mana barusan perjalanan dan Jibril bertanya kepada Nabi,”Tahukah engkau di mana barusan engkau shalat?”
“Tidak,” jawab Nabi SAW.
“Wahai orang yang bagus peranginya, engkau tadi shalat di tanah Thoiybah (sekarang Madinah), di sanalah tempat hijrah nantinya,” kata Jibril.
Setelah terbang sebentar, lalu Jibril memerintahkan Buraq,”Turunlah di sini!”
Rasulullah SAW kemudian shalat dua rakaat dan mereka kembali melanjutkan perjalanan kembali.
Seperti biasa Jibril bertanya,”Wahai yang diutus rahmat, tahukah engkau di mana tadi engkau shalat?”
“Tidak,”
“Engkau tadi shalat di Madyan, di bawah pohon Nabi Musa, Kalimullah,”
Lalu berhenti di gunung Thursina di tempat Tempat Tuhan berbicara dengan Musa. Kemudian berhenti lagi di Bethlehem tempat Isa dilahirkan.
Sesudah itu kemudian melanjutkan perjalanan dan mereka menjumpai sekelompok manusia yang menanam dan memanen dalam sehari saja. Setiap kali mereka memanen tanaman itu akan tumbuh seperti semula. Nabi SAW kaget dan bertanya,
”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah, pahala mereka dilipatgandakan sampai 700 kali lipat dan siapakah yang tepat janjinya dari Allah.”
Kembali mereka bertemu kelompok manusia yang aneh, kepala mereka dihantam batu besar sampai pecah dan setiap kali pecah kepalanya kembali utuh seperti semula.
Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka gerangan?”
“Mereka adalah orang yang kepalanya terasa berat jika diajak melaksanakan shalat.”
Setelah itu mereka bertemu sekelompok manusia yang di bagian depan dan belakangnya ada tambalan. Mereka digembalakan seperti onta, memakan tanaman kering dan tanaman berduri. Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah orang-orang yang tidak mau membayar zakat harta mereka, padahal Allah tidak pernah mendzalimi mereka.”
Pemandangan aneh lain juga nampak, sekelompok orang di hadapan mereka ada daging matang yang lezat tersedia dalam panci-panci. Di situ juga ada daging mentah busuk yang mengeluarkan bau tak sedap, ternyata mereka makan daging mentah dan busuk serta meninggalkan daging matang dan lezat.
“Apa maksudnya ini wahai Jibril?”
“Ini adalah laki-laki dari umatmu yang memiliki wanita halal, tetapi malah mendatangi perempuan lacur dan tidur dengannya sampai pagi. Demikian juga dengan perempuan yang memiliki suami halal, tetapi tidur bersama laki-laki keji dan menginap bersamanya dalam maksiat.”
Dalam perjalanan berikutnya mereka melihat sebongkah kayu tergeletak di tengah jalan, tidak seorang pun yang lewat kecuali kayu tersebut dapat mengoyak baju serta menghalangi pejalan kaki yang melewatinya. Melihat hal aneh tersebut, Nabi SAW bertanya,”Apa maksudnya ini, Jibril?”
“Ini adalah perumpamaan sekelompok kaum dari umatmu yang duduk-duduk di jalanan untuk menggosip, mengadu domba dan mengganggu,” jawab Jibril menjelaskan seraya membaca sebuah ayat dalam Al-Qur’an.
Dalam perjalanan itu Nabi juga melihat seorang laki-laki berenang di sebuah sungai darah dan menelan bebatuan terbuat dari api.”Apa ini wahai Jibril?”
“Ini adalah pemakan riba yang telah diharamkan oleh Allah SWT,”jawab Jibril.
Selanjutnya ada seorang laki-laki yang mengumpulkan beberapa ikat kayu bakar tetapi tidak mampu membawanya,”Apa maksud kejadian ini wahai Jibril?”
“Ini adalah laki-laki dari umatmu yang membebani dirinya dengan amanat-amanat manusia. Padahal sebenarnya dia tidak mampu untuk melaksanakannya, tetapi dia memaksakan diri untuk menambah amanat-amanat lainnya,” terang Jibril.
Kemudian Nabi SAW bertemu sekelompok orang yang lidah dan bibir mereka digunting dengan gunting besi. Setiap kali digunting langsung kembali seperti semula. Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah para penceramah dari umatmu yang berkata sesuatu yang tidak mereka kerjakan tanpa perhatian dan cegahan,” kata Jibril.
Nabi SAW juga melewati sekelompok kaum dari umatmu yang memiliki kuku dari timah, dengan kuku tersebut mereka mencabik-cabik muka dan dadanya sendiri, mereka benar-benar tersiksa dengan hal itu.
Siapakah mereka?”
“Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan mengganggu kehormatan mereka.” kata Jibril.
Nabi SAW juga melihat seekor kerbau besar keluar dari lubang kecil dan ingin kembali masuk ke lubang tersebut tapi sama sekali tidak bisa. Beliau lalu bertanya,”Apa maksudnya ini wahai Jibril?”
“Ini adalah seorang lelaki dari umatmu yang mengeluarkan kata-kata jelek kemudian menyesal atas ucapannya tetapi tidak mampu menarik omongannya yang sudah terlanjur keluar.”
Tak berselang berapa lama kemudian ada seseorang yang memanggil-manggil beliau dari arah kanan,”Wahai Muhammad, tataplah aku!”
Tetapi Nabi SAW tidak menghiraukannya karena hikmah dan tuntunan dari Allah SWT.
Beliau bertanya,”Apakah itu wahai Jibril?”
“Itu adalah panggilan Yahudi, andaikata engkau tadi menjawabnya, maka seluruh umatmu akan menjadi Yahudi,”jawab Jibril.
Setelah itu muncul lagi panggilan dari sebelah kiri,”Wahai Muhammad tataplah aku.”
Sebagaimana yang panggilan yang pertama, Nabi SAW tidak menghiraukannya sama sekali. Kemudian beliau bertanya,”Apakah itu wahai Jibril?”
“Itu adalah panggilan Nasrani. Seandainya engkau penuhi panggilan tersebut, maka umatmu akan menjadi Nasrani.”
Beliaupun meneruskan perjalanan dan tiba-tiba ada seorang perempuan yang menyingsingkan kedua lengan bajunya memanggil, ”Wahai Muhammad tataplah aku.”
Nabi SAW tidak menghiraukannya karena dia itu adalah dunia, Jibril berkata, ”Kalau seandainya engkau menjawab panggilan itu maka seluruh umatmu akan lebih memilih dunia dari pada akhirat.”
Beliau juga dipanggil oleh seorang tua yang berada di pinggir jalan,”Muhammad kemarilah.”
Namun Jibril langsung bekata,“Teruslah berjalan wahai Muhammad!”
“Siapakah dia itu?”
“Dia itu Iblis,” jawab Jibril sambil melanjutkan,“Ia ingin kamu melenceng dan mengikuti dakwahnya karena dia adalah musuh Allah.”
Nabi SAW masih meneruskan, tiba-tiba ada seorang wanita tua yang sudah sakit-sakitan berada di samping jalan memanggil beliau,”Muhammad, pandanglah aku.”
Nabi SAW kemudian bertanya,”Siapakah dia, Jibril?”
“Sungguh tidaklah tersisa dari umur dunia kecuali seperti yang tersisa dari umur perempuan tua yang sudah rapuh dimakan usia ini.“
Lalu mereka meluncur lagi ke udara bersama Buraq hingga tiba di Baitul Maqdis. Setelah itu beliau pun mengikat Buraq pada sebuah cincin yang biasa dikenakan oleh para nabi. Kemudian beliau masuk ke dalam Masjid lewat pintu Yamaniyah. Bersama Jibril, beliau mengerjakan shalat tahiyatul masjid. Tak lama berselang, seorang muadzin mengumandangkan adzan. Jibril lalu menuntun Nabi SAW untuk menjadi imam shalat dua rakaat di dalamnya bersama Ibrahim, Musa dan Isa. Seusai shalat para Nabi memuji Allah SWT.
Nabi SAW lalu bersabda, ”Masing-masing dari kalian memuji Tuhan-Nya dan aku pun memuji Tuhanku, Allah SWT.”
Nabi melanjutkan kembali khutbahnya, ”Segala puji bagi Allah yang telah mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Allah telah turunkan ayat-ayat Qur’an kepadaku. Dan umatku dijadikan umat yang tengah-tengah, merekalah yang pertama dan terakhir. Allah telah melapangkan dadaku, meninggikan sebutanku, menjadikanku pembuka dan penutup para nabi-nabi-Nya.”
Selesai berkhutbah, Nabi SAW keluar dari masjid, lalu Jibril membawakan secangkir susu dan khamer, Nabi Muhammad SAW memilih secangkir susu. Lalu Jibril berkata: “Engkau telah memilih fitrah. Yakni watak yang selamat. Andaikata engkau memilih khamer, tentulah umatmu akan sesat, ” kata Jibril.
Menuju langit ketujuh
KEMUDIAN setelah itu, dibawakannya sebuah tangga yang dipancangkan di atas batu Ya’qub. Dengan tangga itu Muhammad cepat-cepat naik ke langit. Kemudian Jibril naik ke atas bersama Nabi Muhammad SAW menuju langit pertama. Jibril memerintahkan langit pertama terbuka dan terdengar suara,”Siapakah gerangan?”
“Jibril,” jawab Malikat Jibril.
Terdengar suara lagi,”Siapakah gerangan bersamamu?”
Jibril menjawab:”Muhammad.”
Terdengar lagi suara,”Adakah ia seorang Rasul?”
Jibril menjawab, ”Ya Muhammad Rasulullah, lalu pintu terbuka bagi kami. Saya bertemu Adam yang menyambutku dan mengucapkan salam kepadaku. Kemudian kami ke langit kedua, dan Jibril memerintahkan agar langit kedua terbuka.
Terdengarlah suara:”Siapakah gerangan?”
Jibril menjawab:”Muhammad”
Terdengar langi suara:”Adakah ia seorang Rasul?”
Lalu Jibril menjawab lagi:”Ya Muhammad Rasulullah.”
Kemudian pintu pun terbuka bagi Muhammad dan Jibril. Mereka disambut Isa putra Maryam dan Yahya Ibn Zakaria. Setelah mengucap salam, Muhammad dan Jibril naik ke langit ketiga dan terjadi seperti sebelumnya. Pintu terbuka dan bertemu dengan Nabi Yusuf.
Selepas mengucap salam, mereka naik ke langit keempat dan bertemu dengan Nabi Idris. Pada langit kelima mereka bertemu dengan Harun As. Lalu dilanjutkan ke langit keenam dan mereka berjumpa dengan Nabi Musa As. Selanjutnya naik lagi ke langit ketujuh dan mereka berjumpa dengan Ibrahim As.
Nabi Muhammad dan Jibril bertemu dengan Ibrahim yang tampak kurus sedang menjaga Baitul Ma’mur (rumah yang banyak dikunjungi). Setiap hari 70.000 malaikat berkunjung kepadanya.
Kemudian Jibril mengantarkan Muhammad lagi ke sebuah pohon di Sidratul Muntaha, daunnya mirip telinga gajah dan buahnya mirip bejana yang terbuat dari tembikar. Ketika itu perintah Allah menyelimutinya, maka tidak satupun dari mahluknya yang mampu menggambarkan keindahannya.
Kemudian Allah mewahyukan apa yang telah Dia wahyukan. Allah SWT menetapkan kewajiban atas Nabi Muhammad SAW 50 salat dalam sehari semalam. Nabi Muhammad SAW kemudian turun dan bertemu dengan Musa dan dia bertanya,”Apa yang telah ditetapkan Allah sebagai kewajiban terhadap umatmu?”
Rasulullah SAW menjawab,”50 salat,”
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan! Umatmu tidak akan mampu melakukannya. Saya telah mencobakan hal itu kepada Bani Israil dan aku memberikan saran kepadamu berdasarkan pengalamanku,” kata Musa.
Rasulullah kemudian kembali menjumpai Allah dan berkata,”Ya Tuhanku, kurangilah kewajiban tersebut demi umatku.”
Lalu Allah mengurangi lima salat. Dan Nabi Muhammad SAW dan bertemu Nabi Musa kembali sambil menceritakan bahwa Allah SWT telah mengurangi lima salat. Musa menjawab,”Umatmu tidak akan sanggup melakukannya, jadi kembalilah kepada Tuhanmu mintalah keringan.”
Nabi Muhammad SAW berkali-kali naik turun menemui Musa hingga akhirnya Allah berfirman: “Muhammad, sekarang tinggallah lima salat untuk dikerjakan dalam sehari dan semalam. Masing-masing salat setara sepuluh salat, sehingga lima salat tersebut sepadan dengan 50 salat. Siapapun yang berniat melakukan kebajikan, kemudian ia tidak mengerjakannya, ditulis baginya satu kejahatan.
Ketika Nabi Muhammad SAW turun ke langit keenam di mana tempat Musa berada.
”Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah pengurangan!” perintah Musa.
“Saya telah berulang kali menghadap Tuhan dan memohon pengurangan sampai-sampai saya malu di hadapan-Nya,” jawab Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW yang telah menerima perintah salat lima waktu itu pun kemudian bergegas dengan Jibril meninggalkan Musa dan mengunjungi Surga. Jibril pun menerangkan tentang keberadaan surga yang disediakan bagi manusia-manusia beriman sesudah mereka dibangkitkan.
Kemudian Nabi SAW kembali menuju tangga yang membawanya kembali ke bumi. Buraq pun dilepaskan, maka ia pun kembali dari Baitul Maqdis menuju Mekah.
AST, Al-Bisyr Wa Al-Ibtihaj fi Qissah Al-Isra’ wa Al-Mi’raj

Ak13.MutiaraRAsul.KeberkahanHidanganJabir.RA
Keberkahan Hidangan Jabir
Semula Jabir Radiallahu ‘Anhu merasa khawatir dengan hidangan yang ia persembahkan pada Rasulullah dan para sahabat. Namun berkah cipratan ludah dan berkah sentuhan tangan beliau yang agung makanan yang ia masak cukup untuk mereka semua
Ketika perang Khandaq berkecamuk, banyak sahabat yang kelaparan. Sebab, mereka tidak dapat keluar kota untuk mencari bahan makanan dan tidak ada pula yang masuk ke dalam kota Madinah. Bersama para sahabat, Rasulullah SAW bertahan di dalam kota, sedangkan di sekeliling kota Madinah penuh dengan musuh yang siap menyerbu. Pedang kaum kafir senantiasa terhunus, berkilauan ditimpa cahaya matahari dan panah berserta anak panah siap lepas dari busurnya mengincar setiap gerak kaum msulimin.
Kedua kekuatan ini saling bertahan, umat Islam bertahan di dalam, sedangkan kaum kafir menunggu di luar.Perang ini dinamakan perang Khandaq atau parit karena umat Islam menggali parit yang mengelilingi kota Madinah untuk berlindung dari serangan musuh dari kota. Setiap kaum kafir mendesak sedikit demi sedikit ke dalam kota, pasukan kaum muslimin segera membuat halangan dengan membuat parit-parit yang dalam.
Alkisah, siang itu di tengah panas mentari yang membakar, pasukan kaum muslimin terus menggali parit-parit yang dalam. Rasulullah SAW tidak tinggal diam, bersama para pengikutnya, beliau tak kenal lelah turun ke dalam lubang yang telah diberi garis memanjang dan mulai menggali parit dengan tangannya yang suci. Sudah tiga hari terakhir ini beliau turun langsung membuat parit-parit yang dalam dan memanjang mengitari kota Madinah. Bahkan beliau sudah tidak makan dalam beberapa hari. Untuk mengatasi rasa lapar, perut beliau diganjal dengan batu dan sabuk. Tangan beliau yang agung terus mengerus butiran-butiran pasir dari dalam parit yang digalinya. Satu per satu batu-batu sebesar kepala orang dewasa beliau angkat sendiri. Badan beliau yang kekar telah bersimbah keringat.
Jabir bin Abdullah yang melihat tanda-tanda kelelahan di wajah Rasul karena beberapa hari tidak makan dan hanya mengganjal perut beliau dengan batu. Wajah beliau yang biasanya cerah bercahaya, terlihat pucat dan bulir-bulir keringat menetes satu persatu, Jabir khawatir akan kesehatan Rasulullah SAW bisa terganggu. Maka ia segera pulang ke rumah menemui isterinya.
Sampai di rumahnya ia berkata pada isterinya,”Makanan apa yang kau miliki? Aku melihat Rasulullah SAW sudah sangat lapar?”
“Kita hanya ada gandum yang sekitar 2 mud (2,5 kg),” jawab sang isteri.
“Keluarkan semua dan masak semua. Hari ini kita mengundang Rasulullah untuk bersantap di rumah kita!” perintah Jabir.
Sang isteri kemudian dengan bergegas mengeluarkan buliran-buliran gandum kering itu dari kantongnya dan menumbuknya hingga halus. Setelah itu ia memasukan tepung gandum itu ke dalam bejana. Sementara itu Jabir menuju ke belakang rumahnya dan menuju kandang anak domba. Saat itu Jabir hanya memiliki seekor anak domba.
Dengan sigap, tangannya yang kekar itu mengeluarkan seekor anak dan domba dan menyembelihnya.
Jabir lalu dengan sangat cekatan memotong-motong daging anak domba itu dan merebusnya dengan bejana yang penuh air.
Saat akan keluar rumah, isteri Jabir berpesan agar ia mengundang Rasul dengan berbisik jangan sampai terdengar oleh para sahabat yang lainnya. Sebab, hidangan yang ia sediakan hanya cukup untuk beberapa orang.
”Jangan permalukan aku di hadapan Rasulullah SAW dan para sahabatnya,” pesan sang isteri.
Jabir segera berangkat menemui Rasulullah SAW. Ia pun kemudian berbisik mengundang Rasul untuk bersantap makan di rumahnya.
“Duhai Rasul, aku menyembelih anak domba dan menanak sedikit gandum.Ajaklah beberapa orang untuk makan di rumahku,”kata jabir.
Tetapi yang terjadi di luar dugaan Jabir. Rasulullah SAW mengundang seluruh sahabat yang ada di sana untuk ikut menikmati jamuan yang dipersiapkan Jabir.
Rasulullah SAW berseru,”Wahai para sahabatku yang ikut menggali parit, Jabir membuat makanan lezat hari ini. Mari kita ke sana memenuhi undangannya!”
Setelah melihat Jabir, Rasulullah SAW lalu memerintahkan Jabir untuk jangan menurunkan periuknya,”Jangan turunkan periukmu dari tungku sebelum aku tiba di rumahmu!”
Jabir segera pulang dan menyampaikan peristiwa ini kepada isterinya. Sang isteri semula terkejut, tetapi ketika diberitahu bahwa Rasulullah SAW yang mengundang sahabat, ia menjadi tenang. Tak lama kemudian Rasulullah SAW datang.
Seperti yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW, maka isteri Jabir lalu mengeluarkan adonan roti dari bejana. Kemudian Rasul mendekati adonan roti itu dan meludahinya sedikit dan berdoa memohon keberkahan.
Tak hanya itu, Rasul kemudian berjalan menghampiri periuk yang berisi daging anak domba itu meludahinya seperti pada adonan roti dan memberkatinya. Setelah itu beliau berkata,”Panggil tukang roti untuk membuat roti bersama ku. Ambillah makanan dai periuk itu dan biarkan dia di atas tungku!”
Para sahabat kemudian secara bergantian mengambil kuah dari periuk dan roti dari wadahnya. Mereka semua makan sampai kenyang.
Jabir lalu berkata,”Demi Allah, jumlah mereka yang ikut makan adalah seribu orang. Setelah mereka pulang, ternyata isi periuk itu tetap seperti sedia kala, begitu pula adonan rotinya. Subhanallah!
AST
AK12.MutiaraRasul.KasihSayangRasulullah.AST
Usapan Yang Penuh Berkah
Suatu waktu, Rasulullah SAW hendak memberikan tugas pada Ali bin Thalib, namun saat itu ia sedang sakit mata. Berkat sentuhan tangan beliau yang mulia, seketika itu sakit matanya langsung sembuh dan pandangan matanya bertambah tajam
Setelah Islam menguasai kota Madinah, kota tersebut tidak hanya dihuni oleh kaum muslimin saja, melainkan kaumYahudi dan Nasrani serta kaum keturunan Bani Israil juga masih banyak yang berdiam di dalam kota. Kehadiran kaum muslimin di Madinah sedikit banyak menentramkan hati mereka dari bahaya serangan bangsa lain.
Tingkah laku yang baik dari kaum muslimin di Madinah menjadi contoh teladan suku lain yang sama-sama mendiami kota itu. Sehingga tidak mengherankan bila mereka senang bertetangga dengan kaum muslimin yang ramah-tamah dan berbudi luhur. Tatanan masyarakat seperti inilah yang kemudian disebut masyarakat Madaniyah.
Kedamaian yang diciptakan oleh kaum muslimin lama-lama memudar karena ulah bangsa-bangsa yang tidak suka melihat kejayaan Islam di Madinah. Kasak-kusuk kaum munafiq untuk memecah belah persatuan turut andil bagian dalam rangka menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Begitu juga dengan kaum Yahudi dari Bani Quraizhah. Mereka bersekutu dengan orang-orang munafik untuk memecah kaum muslimin.
Tindakan kaum Yahudi dan Bani Quraizhah telah melanggar perjanjian yang telah disepakati dengan kaum muslimin. Bahkan kaum Yahudi yang bertempat tinggal di Khaibar berusaha menyebar fitnah pada penduduk Ghathfan supaya mereka bangkit menyerang kaum muslimin. Rasulullah SAW yang telah mencium gelagat itu, lalu menyusun formasi pasukan untuk dikerahkan menuju Gathfan.
Penduduk Gathfan ternyata panik juga ketika mendengar pasukan kaum muslimin sedang berjalan menuju posisi mereka. Buru-buru mereka mengumpulkan penduduknya di suatu tempat untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Setelah penduduk Ghathfan mengadakan perjanjian dengan penduduk Islam, barulah kaum muslimin mengetahui kalau kaum Yahudi Khaibar tidak bergabung dengan penduduk Ghathfan.
Oleh karena itu, kaum muslimin segera mengerahkan pasukannya ke posisi kaum Yahudi Khaibar dan penduduk Ghathfan pun pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan lega. Setelah itu Rasulullah SAW membentuk pasukan perang untuk memerangi Yahudi Khaibar yang telah berkhianat. Penduduk Ghathfan juga tidak membantu kaum Yahudi Khaibar karena merasa telah dikhianati oleh mereka.
Di Khaibar, kaum muslimin membuat semacam pagar betis untuk membentengi mereka dari serangan kaum Yahudi Khaibar yang terkenal ahli dalam strategi perang. Untuk merebut benteng-benteng perang kaumYahudi yang tangguh. Kaum muslimin memakai taktik pengepungan sehingga peperangan ini terkesan lama dan lamban, walau akhirnya satu persatu benteng Yahudi dapat di rebut.
Benteng-benteng kaum Yahudi yang banyak membuat mereka bisa berpindah dari benteng yang satu ke benteng yang lain. Hal ini berlangsung terus menerus sehingga mengacaukan serangan kaum muslimin. Melihat permainan Yahudi Khaibar ini akhirnya semangat kaum muslimin semakin tergugah untuk terus berjihad di jalan Allah. Mereka dengan sekuat tenaga dan semangat yang membara berusaha meluluh lantakan benteng-benteng musuh yang tersisa. Dalam situasi demikian, Rasulullah SAW bersabda,”Besok pagi, bendera ini akan aku berikan kepada seseorang yang cinta Allah dan Rasul-Nya, di mana Allah dan Rasul-Nya juga mencintainya!”
Para sahabat yang mendengar perkataan Rasulullah SAW, dalam hatinya saling mengharapkan dirinya untuk ditunjuk menjadi pembawa bendera kebesaran. Pemberian bendera tersebut merupakan satu penghormatan yang tak bernilai harganya bagi para sahabat, sampai-sampai Umar ibn Khaththab berkata,”Aku sangat mengharapkan bendera yang dijanjikan Rasulullah tersebut!”
Keesokan harinya, ketika mereka usai melaksanakan shalat subuh berjamaah, banyak sahabat yang sengaja menampakan diri di hadapan Rasulullah dengan maksud agar mereka ditunjuk oleh beliau sebagai pemimpin pasukan. Namun, nasib mujur yang mereka harapkan tak kunjung tiba karena rupa-ruapanyanya beliau masih menunggu orang yanfg beliau kehendaki. Beliau menoleh ke sana kemari seolah-olah sedang dinantikannya itu tidak muncul juga. Beliau sampai bertanya,”Di manakah Ali bin Abi Thalib sekarang?”
Salah seorang sahabat ada yang menjawab,”Dia sedang sakit mata, ya Rasulullah!”
“Panggilah ia kemari,”peintah beliau.
Ali memang sedang menderita sakit mata. Itu terlihat jelas oleh Rasulullah SAW ketika Ali telah sampai di hadapannya, tampak matanya merah dan bengkak. Maka, tanpa berkata apa-apa Rasulullah SAW langsung mengusap mata Ali dengan telapak tangannya
Ajaib sekali karena seketika itu juga mata Ali yang membengkak langsung sembuh seketika, tiada bekas-bekas bahwa Ali baru saja menderita sakit mata.
Hal ini tentu menggembirakan hati Ali karena di samping matanya sembuh, ia juga merasakan bahwa matanya lebih tajam dan terang penglihatannya dari pada sebelumnya.
Saat itu Ali mendapat kemujuran yang tak pernah diperoleh orang lain. Pertama matanya sembuh, dan menurut salah satu sumber riwayat, setelah mendapat usapan dari tangan Rasulullah sampai akhir hayatnya Ali tidak pernah menderita sakit mata lagi. Di samping itu, penglihatan kedua matanya lebih tajam dari pada sebelumnya.
Kedua, ia mendapat kepercayaan dariu Rasulullah untuk membawa panji Islam dalam pertempuran nanti. Kemujuran yang sehari sebelumnya telah diharapkan oleh para sahabat, kini jatuh ke tangan Ali, seorang yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Sahabat yang menyaksikan kejadian ini tercengang. Rasulullah yang diketahui oleh mereka bukan tabib atau dokter namun dapat menyembuhkan mata Ali hanya dengan sekali usapan tangan.
Mereka kagum menyaksikan mukjizat yang diturunkan Allah kepada nabi mereka. Yang lebih mencengangkan lagi, sorotan mata Ali bertambah tajam sejak saat itu. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang biasa kecuali oleh orang-orang yang menjadi kekasih Allah dan diberi-Nya mukjizat.
AST
AK11.Mutiara Rasul.AST
Dajal, Isa Ya’juj dan Ma’juj
Tanda-tanda dari hari kiamat adalah munculnya Dajal, Isa Ya’juj dan Ma’juj. Demikian sabda Rasulullah SAW kepada para sahabat
Pada suatu pagi Rasulullah SAW bercerita tentang Dajal, maka suaranya turun naik, sehingga para sahabat menduga berada di tengah-tengah pepohonan korma. Selepas Rasulullah SAW selesai bersabda, para sahabat kemudian pamit undur diri. Namun pada petang harinya, para sahabat kembali bertandang ke kediaman Rasulullah SAW.
Hari itu beliau sedang berduka, raut kesedihan tampak di mukanya yang bersih bercahaya. Kedua kelompak mata beliau sedikit sembab, tanda sehabis menangis. Seusai mengucap salam, beliau langsung menyapa para sahabat.
“Bagaimana keadaan kalian?” Tanya beliau.
“Wahai Rasulullah, tadi pagi engkau membicarakan Dajal. Sesekali engkau merendahkan suara dan sesekali engkau meninggikannya, sehingga kami seakan-akan berada di tengah kerumunan lebah,” jawab salah seorang sahabat.
Beliau terdiam sejenak, wajah beliau selalu indah ditatap, namun para sahabat tapi berani menatap wajah baginda yang agung itu. Dengan nada suara yang berwibawa dan ketegasan beliau bersabda,“Bukan Dajal yang aku khawatirkan terhadap kalian. Jika dia muncul dan aku berada di tengah kalian, tentu aku akan membela kalian dengan hujjah-hujjahku. Tapi jika dia muncul, sementara aku tidak berada di tengah kalian, maka setiap orang akan membela dirinya dengan hujjahnya sendiri, sedang Allah merupakan penggantiku untuk membalas setiap orang muslim. Dajal adalah dalam rupa seorang pemuda yang rambutnya keriting dan matanya buta. Sepertinya aku bisa menyerupakannya dengan Abdul Uzza bin Qathan. Siapa pun yang bertemu dengannya, hendaklah dia membaca permulaan surat Al-Kahfi. Dia akan muncul di tempat yang sepi antara Syam dan Irak. Lalu dia membuat kerusakan di sebelah kiri dan kanan. Wahai hamba-hamba Allah, teguhkanlah hati kalian!”
Para sahabat sejenak tak ada satu pun yang berani menatap wajah beliau. Keheningan terpecahkan ketika salah seorang sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, berapa lama ia tinggal di bumi?”
“Empat puluh hari. Satu hari seperti satu tahun, satu hari seperti satu bulan, satu hari seperti sepekan. Dan seluruh harinya seperti hari-hari kalian,” jawab beliau.
“Wahai Rasulullah, satu hari seperti satu tahun, apakah cukup bagi kami mendirikan shalat seperti shalat kami dalam satu hari?” tanya para sahabat serempak.
“Tidak, tapi hitunglah sebagaimana mestinya menurut hitungan saat itu,” jawab Rasulullah dengan penuh kesabaran.
“Berapa kecepatan Dajal dalam berjalan di bumi?” Tanya salah seorang sahabat dengan penuh penasaran.
Sambil menatap salah seorang sahabat, beliau menjawab,“Kecepatan Dajal seperti hujan yang ditiup angin kencang. Ia mendatangi suatu kaum dan menyeru mereka, hingga mereka pun beriman kepadanya dan memenuhi seruannya. Ia lalu menyuruh langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan. Ia menyuruh bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka tumbuhlah tanaman itu. Binatang ternak mereka pulang pada petang hari, lebih panjang dan lebih gemuk dari keadaan sebelumnya serta lebih besar kantung susunya. Kemudian ia mendatangi suatu kaum dan menyerunya. Namun mereka mengingkari perkataannya. Ia lalu meninggalkan mereka dan pada keesokan harinya mereka kekeringan dan semua harta yang mereka miliki lenyap entah kemana.”
Rasulullah SAW lalu melanjutkan penjelasan Dajal yang melewati suatu tempat yang telah luluh lantak. Dajal lalu berkata,’Keluarkan harta simpananmu!” Maka kekayaan tempat itu mengikuti Dajal seperti kumpulan lebah yang mengikuti pemimpinnya. Kemudian Dajal memanggil seorang pemuda, membabatnya dengan pedang hingga terbelah menjadi dua bagian, yang keduanya terpisah sejauh lemparan anak panah ke sasarannya. Dajal memanggil tubuh yang sudah terbelah itu, dan anehnya tubuh pemuda itu kembali menjadi seperti semula dengan wajah yang berseri menyunggingkan senyuman.
Dalam keadaan seperti itu, lanjut Rasulullah SAW, Allah SWT lalu mengutus Al Masih Isa putra Maryam, turun di dekat menara berwarna putih di sebelah timur Damaskus, sambil mengenakan dua pakaian yang warnanya seperti celupan kunyit. Ia meletakan telapak tangannya di atas sayap dua malaikat. Jika dia menundukan kepala, maka air hujan turun, dan jika dia mengangkat kepalanya, maka berjatuhan butiran-butiran air seperti mutiara. Orang kafir tidak diperbolehkan mencium bau, melainkan dia langsung mati ketika sekelebatan pandangan mereka tertuju pada Isa. Kemudian Isa mencarinya hingga menemukannya di dekat Pintu Lud dan membunuhnya. Kemudian ia menemui suatu kaum yang telah dijaga Allah dari Dajal itu. Isa bin Maryam lalu mengusap muka mereka dan memberitahukan derajat mereka di surga. Selagi keadaan seperti itu, Allah memberikan wahyu kepada Isa AS,”Sesungguhnya Aku sudah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak dapat ditundukan oleh siapa pun yang memerangi mereka. Karena itu selamatkanlah hamba-hamba-Ku dengan cara menaiki bukit.”
Kemudian Allah mengutus Ya’juj dan Ma’juj beserta pasukannya yang datang dari tempat-tempat yang tinggi. Bagian depan pasukan berada di Telaga Thibriyah lalu meminum seluruh airnya. Ketika bagian akhir pasukan lewat di tempat ini, mereka berkata,’Sebelumnya di tenpat ini ada airnya.’ Nabi Isa Alaihis Salam beserta rekan-rekannya terkepung, hingga kepala salah seorang di antara kalian pada hari ini. Nabi Isa dan rekan-rekannya lalu berdoa kepada Allah, sehingga Allah mengirim cacing yang biasa menjangkiti hidung binatang ke tengkuk mereka, sehingga secara serentak mereka mati seperti matinya satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan rekannya turun ke bumi. Mereka tidak mendapatkan tempat sejengkal pun di bumi melainkan ada bangkai yang busuk. Isa dan rekan-rekannya lalu berdoa kepada Allah, lalu Allah mengirim burung-burung sebesar punuk unta lalu membawa bangkai-bangkai itu dan membawanya ke tempat mana pun yang dikehendaki Allah SWT.
“Kemudian Allah mengirim hujan, sehingga tidak ada satu rumah pun melainkan tersiram air hujan itu, dan bumi dibersihkan hingga seperti cermin. Kemudian dikatakan pada bumi,’Tumbuhkanlah tanaman-tanamanmu dan kembalikan barakahmu!’ Maka pada hari itu sekelompok orang memakan buah delima dan bersama mereka bernaung di bawah kulitnya. Air susunya diberkahi sehingga seekor unta cukup bagi segolongan besar orang, seekor lembu cukup bagi penduduk satu kabilah, seekor kambing cukup bagi sekumpulan orang. Dalam keadaan seperti itu, Allah lalu mengirim angin yang baik lalu mengambil mereka di bawah hembusannya dan mencabut ruh setiap orang mukmin dan muslim. Sedangkan orang-orang kafir melakukan hubungan seksual seperti layaknya keledai. Maka kepada mereka inilah Kiamat ditimpakan,” sabda Rasulullah SAW kepada sahabat petang itu. (HR Muslim syarah Nawawi, Sunan Abu Dawud, At-Tirmidzy, Ibnu Majah, Musnad Ahmad dan Mustadrak Hakim).
AST
AK10.Mutiara Rasul.AST
Lelaki Terakhir Masuk Sorga
Suatu hari orang-orang telah berkumpul di kediaman Rasulullah SAW untuk memperbincangkan syafa’at Rasulullah. Setelah mengucap salam, kemudian berkata,”Wahai Rasulullah, apakah kami melihat Tuhan kami pada hari kiamat?”
Mendengar pertanyaan para sahabatnya itu, Rasulullah tersenyum dan lalu menjawab, ”Apakah kamu saling memadharatkan dalam melihat bulan pada malam purnama?”
Para sahabat terdiam sejenak, mereka saling pandang tanda tidak tahu. Sejurus kemudian mereka menjawab serempak,”Tidak, wahai Rasulullah.”
Rasulullah kemudian bersabda,”Apakah kamu saling memadharatkan matahari yang tidak berawan?”
“Tidak, Wahai Rasulullah,” jawab para sahabat dengan kompaknya, tanda mereka benar-benar tidak mengetahuinya.
“Maka sesungguhnya kamu akan melihat seperti itu. Allah yang akan mengumpulkan manusia pada hari kiamat,” demikian sabda Rasul sambil menyitir firman Allah (hadits qudsi),”Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka hendaklah ia mengikutinya. Orang yang menyembah matahari, mengikuti matahari. Orang yang menyembah bulan, ia mengikuti bulan. Orang yang menyembah berhala, ia akan mengikuti berhala. Dan yang masih adalah umat ini yang di dalamnya ada orang yang dapat memberikan pertolongan atau orang-orang munafik,”.
Rasulullah kemudian menceritakan tentang kedatangan Tuhan dalam rupa yang indah dan menemui seluruh umat manusia di hari kiamat nanti.“Allah datang kepada mereka dan berfirman,’Aku lah Tuhan mu’. Lalu mereka berkata,’Inilah tempatku sehingga Tuhan kami dating, kami mengenalnya.’
Lalu Tuhan mereka, sabda Rasulullah selanjutnya, dalam bentuknya yang mereka kenal, dan berfirman,’Aku lah Tuhanmu,’ lalu mereka mengikuti-Nya, dan dipasanglah jembatan di antara dua tebing jahanam, lalu aku (Muhammad) dan umatku adalah orang yang pertama melewatinya.
Rasulullah SAW lalu mengisahkan tentang betapa sunyinya hari kiamat. Pada hari itu tidak ada orang yang bercakap-cakap kecuali para Rasul. Pada hari itu para Rasul berdoa,”Wahai Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. Di Jahanam ada penyambar seperti duri sa’dan, hanya saja tidak tahu ukuran besarnya kecuali Allah, mereka menyambar manusia karena perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang dihancurkan karena perbuatannya, atau dicincang atau diampuni dan sebagainya.
Kemudian, jelaslah sehingga apabila Allah telah selesai memutusi diantara hamba-hamba Nya dan mengeluarkan mereka dari neraka.Bila Allah selesai memutus perkara segenap manusia, Dia berkenan mengeluarkan dari neraka orang-orang yang dikehendaki dengan rahmat-Nya. Dia memerintahkan para malaikat untuk mengeluarkan mereka dari neraka, yaitu orang-orang yang tidak mensekutukan Tuhan, untuk diberi rahmat-Nya.
Rahmat-Nya dari orang-orang yang menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Para malaikat mengetahui mereka di neraka dengan bekas-bekas sujud. Kemudian mereka keluar dari neraka dengan telah terbakar.
“Lalu air hidup ditumpahkan kepada mereka, mereka tumbuh di bawahnya, sebagaimana tumbuhnya biji-bijian di tanah yang terbawa banjir. Kemudian Allah menyelesaikan untuk memberikan keputusan di antara hamba-hamba. Dan yang masih ada dari mereka adalah seorang lelaki yang menghadapkan wajahnya ke neraka, dialah penghuni neraka yang terakhir masuk sorga,”sabda Rasulullah sambil mata Rasulullah berkaca-kaca.
Beliau kemudian melanjutkan ceritanya,”Lelaki itu kemudian berkata pada Tuhan,’Wahai Tuhan, palingkanlah wajahku dari neraka. Sesungguhnya baunya telah menghancurkan aku. Nyala apinya telah membakar aku’. Maka ia berdoa kepada Allah dengan sesuatu yang ia kehendaki untuk berdoa kepada Nya. Kemudian Allah berfirman,’Jika hal itu aku berikan kepadamu, apakah barangkali kamu minta lagi kepadaku selainnya?’
Lelaki itu lalu menjawab,’Tidak, demi kemuliaan Mu. Saya tidak minta lagi selamanya.’ Sang lelaki itu kemudian memberikan janji-janji kepada Tuhannya dengan sesuatu yang dikehendakinya. Kemudian Allah memalingkannya dari neraka. Ketika ia melihat sorga dan melihatnya, ia diam sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah untuk diam, lalu dia berkata,’Wahai Tuhan, ajukanlah saya ke pintu sorga,’
Maka Allah berfirman kepada lelaki itu,”Bukankah kamu telah memberikan janji-janji untuk selama-lamanya selain apa yang telah diberikan kepadamu? Celaka lah wahai anak Adam, alangkah hianatmu!”
Lelaki itu kemudian berkata,”Wahai Tuhan,” dan dia berdoa kepada Allah sehingga Ia berfirman,”Jika kamu telah diberi hal itu, apakah barangkali kamu minta selainnya?”
“Tidak. Demi kemuliaan Mu, saya tidak minta selainnya,” jawab lelaki itu. Dan ia lalu memberikan janji-janji sesuai dengan apa yang dikehendaki Nya, maka Tuhan mengajukannya ke pintu sorga. Ketika ia telah berdiri di pintu sorga, tampaklah sorga itu baginya. Maka ia melihat kesenangan di dalamnya, maka ia diam sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah untuk diam.
Kemudian ia berkata,”Wahai Allah, masukanlah aku ke sorga.”
Maka Allah berfirman,”Bukankah kamu telah memberikan janji-janji untuk tidak minta selain apa yang telah Aku berikan kepadamu. Celakalah kamu wahai anak Adam!Alangkah hianatnya kamu!”
“Wahai Tuhan, janganlah aku menjadi hamba-Mu yang paling celaka,” rengek lelaki malang itu dengan penuh ketakutan seraya terus berdoa pada Tuhan.
Melihat hambanya yang satu ini, Tuhan tertawa, Dia lalu berfirman,”Masuklah kamu ke sorga!”. Ketika ia memasukinya, Allah melanjutkan firmannya,”Bercita-citalah!”. Maka ia kembali memohon kepada Tuhan dan cita-citanya, sehingga Allah menyebutkannya dan berfirman kepadanya,”Bercita-citalah demikian dan demikian, sehingga habis cita-citanya.”
Allah kemudian melanjutkan firman-Nya,”Itulah untukmu dan bersamamu itu mendapat lagi yang sama.”
Setelah mengisahkan seluruh kejadian yang menimpa sang lelaki malang itu. Lalu Rasulullah SAW bersabda,”Itulah seorang lelaki penghuni sorga yang paling akhir masuk sorga.” (HR Bukhari)
AST
AK08.MutiaraRasul.Safa’atRasulullahSAW.AST
Syafa’at Rasulullah SAW
Allah SWT berfirman:”Hai Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah, engkau pasti kuberi. Berikanlah syafa’at! Syafa’atmu pasti diterima!”
Pada suatu hari, Rasulullah SAW dibawakan sebuah daging bakar berupa paha kesukaannya. Beliau menggigitnya sekali, lalu bersabda: “Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian apa sebab demikian?”
Pertanyaan Rasulullah SAW menyentak para sahabatnya tertegun diam seribu bahasa. Kemudian ia melanjutkan perkataannya.
“Pada hari kiamat, Allah SWT mengumpulkan semua manusia, baik orang-orang yang terdahulu maupun yang datang kemudian, pada suatu tempat. Ada penyeru yang memperdengarkan pada mereka dan penglihatan yang mengawasi mereka. Matahari begitu dekat, sehingga sampalah manusia pada puncak kesusahan dan kepayahan yang tidak kuasa mereka tanggungkan serta mereka pikul. Sebagian manusia akan berkata kepada sebagian yang lain:’Tidakkah kalian tahu apa yang sedang kalian alami?Tidakkah kalian tahu kepayahan yang telah menimpa kalian? Tidakkah kalian mempunyai pandangan siapa yang dapat memintakan syafaat kepada Tuhan kalian?”
Orang-orang berkata satu sama lain:
“Datanglah kepada Adam”.
Mereka pun datang kepada Adam dan berkata: “Hai Adam! Engkau adalah Bapak manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya dan meniupkan roh-Nya ke dalam dirimu. Dia juga memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu. Mintakanlah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang kami alami? Tidakkah engkau melihat kepayahan yang menimpa kami?”
Adam berkata: ‘Sungguh, pada hari ini Tuhan sedang marah, dengan kemarahan yang belum pernah terjadi mendekati sebatang pohon, tetapi aku mendurhakai-Nya. Diriku, diriku! Pergilah kepada selainku! Pergilah kepada Nuh!’
Mereka mendatangi nabi Nuh Alaihis Salam, dan mereka bertanya kepadanya:
”Wahai Nuh! Engkau adalah rasul pertama di atas bumi dan Allah menyebutmu hamba yang banyak bersyukur. Mintakanlah kami syafa’at kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang akan kami alami? Tidakkah engkau melihat kepayahan yang menimpa kami?”
Nuh kemudian menjawab:“Pada hari ini, Tuhanmu marah besar, kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi sesudahnya. Dulu, aku berdoa dengan doa yang mencelakakan kaumku. Diriku, diriku! Pergilah kalian pada Ibrahim Alaihis Salam!”
Mereka pun lalu mendatangi Ibrahim Alaihis Salam dan berkata:”Engkau adalah Nabi dan kekasih Allah di antara penduduk bumi. Mintakanlah kami syafa’at kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang akan kami alami? Tidakkah engkau melihat kepayahan yang menimpa kami?”
Ibrahim Alaihis Salam yang menyaksikan orang sebanyak itu, kemudian menjawab:“Sungguh, pada hari ini Tuhan marah besar, kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi sesudahnya.—dan Ibrahim menyebutkan kebohongan-kebohongan yang telah dilakukannya dalam hidup(diulangnya sampai tiga kali)--. Diriku, diriku! Pergilah kalian kepada selain diriku! Pergilah kepada Musa!”
Mereka pun lantas mendatangi Musa Alaihis Salam dan berkata:”Hai Musa! Engkau adalah utusan Allah. Allah telah mengutamakanmu dengan risalah-Nya dan kalam-Nya, melebihi manusia lain. Mintakanlah kami syafa’at kepada Tuhanmu! Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah kami derita?”
Nabi Musa yang mendapat pertanyaan semacam itu, kemudian menjawabnya:
”Sungguh, pada hari ini Tuhan marah besar, kemarahan yang belum pernah terjadi dan tidak akan terjadi sesudahnya. Dulu, aku membunuh orang, padahal aku tidak diperintahkan membunuhnya. Diriku, diriku! Pergilah kalian kepada Isa Alahis Salam!”
Mereka pun mendatangi Isa Alahis Salam berharap mendapat pertolongan, seraya berkata:“Hai Isa! Engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia selagi engkau masih berada dalam buaian. Engkau adalah Kalimah-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan roh dari-Nya. Karena itu, mintakanlah kami syafa’at kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang telah kami derita?”
Isa Alaihis Salam yang mendapat giliran pertanyaan dari umat manusia yang sedikian banyaknya kemudian menjawab:“Sungguh, pada hari ini Tuhan marah besar. Kemarahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi sesudahnya—tetapi ia tidak menyebutkan dosanya, seperti Ibrahim, Nuh dan Musa --. Diriku, diriku! Pergilah kepada orang lain! Pergilah kepada Muhammad SAW!”
Mereka mendatangiku dan berkata:”Hai Muhammad! Engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampunimu, dosa yang dahulu dan kemudian. Syafa’atilah kami di hadapan Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah kami derita?”
Aku pun kemudian berangkat kepada Allah SWT. Sesampai di bawah Arsy aku bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan kepadaku dan memberiku ilham, berupa puji-pujian bagi-Nya dan sanjungan kepada-Nya. Sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelumku. Aku menjatuhkan diri bersujud kepada-Nya.
Kemudian Allah SWT berfirman:”Hai Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah, engkau pasti kuberi. Berikanlah syafa’at! Syafa’atmu pasti diterima!”
Aku berkata:”Wahai Tuhanku! Ummatku, ummatku!”
Difirmankan kepadaku:”Berangkatlah! Barangsiapa di dalam hatinya terdapat iman, meski hanya seberat biji sawi, engkau boleh mengeluarkannya dari neraka.”
Aku pun berangkat dan melaksanakan perintah Allah SWT. Sesudah itu aku kembali kepada-Nya, memuji-Nya dengan puji-pujian yang tadi, lalu menjatuhkan diri bersujud kepada-Nya.
Diceritakan, Muhammad sampai empat kali mengambil umat manusia yang beriman, walau imannya sebesar biji sawi(dzarah) dari neraka. Setelah itu Muhammad kembali menjatuhkan diri bersujud kepada-Nya. Lalu di firmankan kepada Ku:
Kemudian Allah SWT berfirman:”Hai Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah, engkau pasti kuberi. Berikanlah syafa’at! Syafa’atmu pasti diterima!”
Aku kemudian berkata:”Wahai Tuhanku, berilah aku izin memberi syafa’at kepada orang yang hanya mengucap LAA ILAAHA ILLALLAAH.”
Allah kemudian berfirman: ”Itu bukan bagianmu! Tetapi, demi kemuliaan-Ku, demi kebesaran-Ku, demi keagungan-Ku dan demi kekuasaan-Ku; Aku pasti mengeluarkan orang yang mengucap LAA ILAAHA ILLALLAAH.”
Dalam sumber hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, diceritakan bahwa Allah SWT kemudian menjawab puji-pujian Muhammad SAW itu dengan firman-Nya:
”Hai Muhammad! Masuklah ke sorga dari ummatmu, orang-orang yang tidak harus dihisab melalui pintu kanan di antara pintu-pintu sorga. Mereka juga bisa masuk bersama orang-orang lain(Ahli sorga yang bukan termasuk golongan di atas) dari pintu-pintu lain.Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad! Sesungguhnya jarak antara dua sisi pintu sorga itu sama dengan jarak antara Mekkah dan Hajar(kota di Bahrain), atau sama dengan jarak kota Mekkah dan Bushra (dekat Damaskus).” (HR Bukhari)
AST

-----
Kata Mutiara:
Dari Anas r.a, Rasulullah bersabda,”Tidak (sempurna) iman seseorang kamu, sebelum ia lebih mencintai aku dari pada mencintai ibu-bapaknya, anaknya dan manusia umumnya.” (HR Bukhari).
Ak07.Mutiara Rasul.AST
Pelajaran Hakikat Rasulullah
Rasulullah SAW terlambat hadir di masjid untuk mengimami shalat Subuh, karena bermimpi mendapat pelajaran hakikat dari Alah SWT.
Sejak adzan Subuh berkumandang sampai menjelang fajar, Rasulullah SAW belum muncul di masjid. Para sahabat sudah gelisah. Beberapa sahabat diutus menemui Rasulullah SAW di rumahnya. Namun yang lain mencegah, sebab mereka yakin Rasulullah SAW akan hadir. Maka mereka pun menunggu Rasulullah SAW sembari membaca Al-Quran.
Tak lama kemudian, Rasulullah SAW masuk ke masjid dan memerintahkan salah seorang sahabat membaca iqamat. Kemudian beliau menjadi imam dan mempercepat shalatnya. Seusai salam, beliau membaca doa dengan suara keras. Suaranya yang jernih penuh wibawa menggetarkan para jemaah. Lalu beliau bersabda, ”Tetaplah kalian berada di shaf masing-masing.”
Rasulullah SAW lalu menghadap ke arah jamaah dengan pandangan yang sejuk. Wajahnya yang putih bersinar menandakan suasana hati yang sedang gembira. Matanya yang indah dan tajam menatap jamaah satu per satu. Para jamaah tertunduk, tak berani menatap wajah Rasulullah SAW yang agung.
Sejurus kemudian beliau bersabda, ”Aku akan memberi tahu kalian apa yang membuatku terlambat datang. Semalam aku bangun mengambil air wudhu, lalu mendirikan shalat. Dalam shalatku aku tertidur karena kantuk yang amat berat. Ternyata aku bermimpi bersama Allah SWT dalam rupa yang sangat gemilang.”
Setelah diam sejurus, beliau meneruskan sabdanya, “Dia berfirman, ‘Wahai Muhammad!’ Aku menjawab, ‘Labbaika ya Rabbi’.”
”Mengapa para malaikat berselisih?”
“Hamba tidak tahu.”
Lalu Rasululah SAW melanjutkan ceritanya, “Allah SWT bertanya sampai tiga kali. Kulihat Dia meletakkan telapak-Nya di atas bahuku, hingga dapat kurasakan dingin jari-jari-Nya di dadaku. Segala sesuatu tampak jelas di depanku, dan aku mengetahuinya. Lalu Dia berfirman lagi, ‘Wahai Muhammad...’.”
”Labbaika ya Rabbi.”
“Tentang apa para malaikat berselisih?”
”Tentang penebus-penebus dosa.”
”Apa penebus dosa-dosa itu?”
”Langkah menuju kebaikan, duduk di masjid setelah shalat, mengguyurkan air wudhu pada saat-saat tidak disukai.”
”Tentang apa mereka berselisih?”
”Tentang memberi makan, ucapan yang lemah lembut, shalat malam ketika manusia tidur nyenyak.”
”Mintalah!”
”Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu taufik untuk mengerjakan hal-hal yang baik, meninggalkan yang munkar, mencintai orang-orang miskin, dan agar Engkau mengampuniku dan merahmatiku jika Engkau hendak menimpakan cobaan.”
Setelah itu Rasulullah SAW membaca sebuah doa pendek yang semalam dipanjatkan kepada Allah SWT, ”Allahuma inni as-aluka khubaka wa hubba man yukhibbuka wa kulla ‘amalin yuqarribuni illa khubbika.” (Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kecintaan-Mu dan kecintaan orang yang mencintai-Mu, serta kecintaan kepada amal yang mendekatkan kepada kecintaan kepada-Mu).
Kemudian, dengan suara sangat pelan – sementara matanya yang mulia berkaca-kaca – Rasulullah SAW mengakhiri sabdanya, ”Ini adalah pelajaran hakikat. Maka pelajarilah!”
AST
Ketika ditanya tentang iman, Rasulullah SAW bersabda, “Iman adalah kesabaran dan suka memaafkan.” (HR Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hiban)
Ak-06 MutiaraRasul.AST
Amal yang diterima Allah SWT
Setiap amal seseorang akan melewati tujuh langit sebelum diterima oleh Allah SWT.
Pada setiap langit, malaikat penjaga pintu langit akan memeriksa setiap amal hamba-Nya
Muadz bin Jabbal suatu ketika bertemu dengan Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Muadz! Sekarang aku akan mengisahkan kepadamu, bila engkau menghafal dan menjaganya akan sangat berguna bagimu. Tapi jika engkau menganggap remeh, maka kelak di hadapan Allah SWT, engkau tidak mempunyai hujjah (alasan) apa pun juga.”
Muadz bin Jabbal mendengarkan dengan cermat setiap perkataan Nabi Muhammad SAW. Kemudian Nabi Muhammad SAW melanjutkan sabdanya, ”Wahai Muadz! Sebelum Allah SWT menciptakan langit dan bumi, Allah SWT telah menciptakan tujuh malaikat yang bertugas sebagai penjaga pintu langit. Setiap langit mempunyai seorang malaikat penjaga. Allah memerintahkan malaikat-Nya untuk mencatat amalan hamba-Nya dan kemudian sang malaikat penjaga membawa catatan amalan tersebut ke langit.”
Rasulullah menceritakan tentang sampainya amal seorang hamba ke langit pertama. Sesampainya di langit pertama, malaikat Hafazhah memuji amalan hamba. Akan tetapi malaikat penjaga pintu berkata pada malaikat Hafazhah, ‘Tamparkan amalan ini ke muka pemiliknya! Aku adalah malaikat penjaga orang-orang yang suka mengumpat atau riba. Aku diperintahkan Allah agar menolak amalan orang yang suka mengumpat atau riba untuk melewati pintu berikutnya.’
Di pintu kedua, terdapat malaikat khusus yang memeriksa, apakah amalan si hamba untuk mengharapkan dunia, dan bila amalan tersebut untuk kepentingan dunia, maka akan ditolak untuk dilaporkan ke atas.
Di pintu ketiga, malaikat memeriksa amal apa pun yang dilakukan oleh manusia. Bila orang yang beramal memiliki sifat sombong, maka malaikat penjaga akan berkata, ‘Berhenti! Dan lemparkan amalan itu ke wajah pemiliknya! Aku malaikat penjaga kibr (sombong), Allah SWT memerintahkanku agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku dan tidak disampaikan kepada langit berikutnya. Itu karena salahnya sendiri. Ia sombong di dalam majelis.’
Di hari yang lain, malaikat Hafazhah membawa amalan seorang hamba yang sangat banyak, tapi semuanya tertolak karena amalan tersebut dibarengi sifat ujub atau kesombongan pelakunya. Di hari yang lain lagi, saat amalan seorang hamba naik ke langit. Malaikat penjaga langit kelima akan menolaknya dengan berkata, ’Aku malaikat penjaga sifat hasad (iri). Meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka iri pada orang lain yang mendapatkan kenikmatan Allah. Berarti ia membenci yang meridhainya, yaitu Allah SWT. Aku diperintahkan agar amalan semacam itu tidak melewati pintuku.’
Pada kesempatan yang lain, malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan hamba. Setelah lolos dari langit pertama hingga langit kelima. Tetapi sesampainya di langit keenam malaikat penjaga pintu berkata, ‘Aku malaikat penjaga Rahmat. Amalan yang kelihatan bagus itu tamparkan ke mukanya. Selama hidup ia tidak pernah mengasihani orang lain. Bahkan apabila ada orang yang terkena musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan Allah agar amalan ini tidak melewati pintuku untuk diteruskan ke langit berikutnya.’
Hari yang lain malaikat Hafazhah naik ke langit dengan membawa amalan seorang hamba. Akan tetapi sesampainya di langit ketujuh, malaikat penjaga pintu langit berkata, ‘Aku malaikat penjaga sum’ah (ingin dikenal). Sesungguhnya pemilik amal ini menginginkan ketenaran di dalam setiap perkumpulan. Menginginkan derajat yang tinggi di kala berkumpul dengan kawan. Ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Aku diperintahkan Allah agar amalan tersebut tidak melewati pintu ini.’
Di kemudian hari, malaikat Hafazhah naik ke langit membawa berbagai amalan hamba dari langit pertama hingga langit ketujuh. Amalan tersebut telah lolos dari para malaikat penjaga. Amalan yang terdiri dari shalat, puasa, zakat, tilawatil Quran, haji, shadaqah dll, tampak berkilau bagai cahaya yang terang. Malaikat Hafazhah selanjutnya menembus hijab hingga sampai di hadapan Allah SWT. Seluruh malaikat menyaksikan amalan itu. Amalan ibadah itu soleh dan diikhlaskan karena Allah.
Lalu Allah berfirman, ‘Wahai Hafadzah! Malaikat penjaga amal hamba-Ku! Aku lah Allah yang mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk-Ku. Tetapi ia beramal untuk selain-Ku. Bukan diniatkan untuk-Ku.’
Dan selanjutnya, Allah SWT melanjutkan firman-Nya, ‘Mereka telah menipu orang lain dan juga kalian. Aku tidak tertipu. Aku mengetahui yang ghaib. Aku melaknatnya!’
Tujuh malaikat di antara tiga ribu malaikat yang hadir kemudian berkata, ‘Ya Allah, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka.’
Kemudian semua yang ada di langit mengucapkan, ‘Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknatnya orang-orang yang melaknat!’
Mendengar semua kisah yang diceritakan oleh Rasulullah SAW itu, dengan sambil menangis Muadz bertanya, ”Ya Rasulullah! Bagaimana aku bisa selamat dari semua yang engkau ceritakan?”
Rasulullah SAW menjawab, ”Wahai Muadz! Ikutilah nabimu dalam hal keyakinan.”
Muadz bertanya lagi, ”Engkau adalah Rasulullah SAW dan aku adalah Muadz bin Jabbal. Bagaimana aku bisa selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?”
Rasulullah SAW menerangkan, ”Memang begitulah bila ada kekurangan dalam amal ibadahmu, maka jagalah lisanmu jangan sampai menjelekkan orang lain, terutama para auliya mu. Ingatlah diri sendiri tatkala hendak menjelekkan orang lain, sehingga sadar bahwa dirimu penuh dengan aib. Jangan menutupi kekurangan dan kesalahanmu dengan menjelekkan orang lain. Jangan menonjolkan diri dengan menekan dan menjatuhkan orang lain. Jangan ria dalam beramal. Jangan mementingkan dunia dengan mengabaikan akhirat. Jangan bersikap kasar di dalam majelis agar orang takut dengan keburukan akhlakmu. Jangan suka mengungkit-ungkit kebaikan dan jangan menghancurkan pribadi orang lain. Kelak engkau akan dirobek-robek dalam jahanam!”
Beliau kemudian membaca firman Allah, ”Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras. Kalian mau tahu seperti apa orang yang dicabut nyawanya, bagaikan orang yang menarik daging dari tulang.”
Mendengar semua keterangan ini, Muadz masih bertanya, ”Ya Rasulullah! Siapa yang kuat menanggung penderitaan semacam itu?”
Rasulullah menjawab, ”Muadz, yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri dan bencilah terhadap yang engkau benci. Dengan demikian engkau akan selamat.”
AST, dari Ihya’ Ulumuddin, Babul Amal.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khaththab RA, Rasulullah bersabda, “Setiap amal seseorang tergantung niatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
AK5.Mutiara Rasul.AST
Jaminan Rasulullah SAW
Setelah mendapat jaminan Rasulullah SAW, Ikrimah akhirnya memeluk Islam. Ia menjadi seorang muslim yang patuh pada Rasulullah dan syahid dalam perang Yarmuk
Abu Isha As-Ayabi’i meriwayatkan bahwa setelah Rasulullah SAW berhasil menaklukkan kota Makkah, Ikrimah berkata,”Aku tidak akan tinggal di tempat ini!”
Dia lalu pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya membantu mengemasi barang-barang yang akan dibawa serta. Melihat gelagat suaminya itu hendak pergi, lalu sang isteri berkata,”Hendak kemana kamu wahai pemimpin pemuda Quraisy? Apakah kamu akan pergi kesuatu tempat yang tidak kamu ketahui?”
Ikrimah kemudian melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan perkataan isterinya. Maka isteri Ikrimah bergegas menemui Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan kota Makkah. Ia kemudian berkata,”Ya Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman karena ia takut kalau-kalau baginda akan membunuhnya. Justeru itu aku memohon kepadamu supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya.”
“Dia akan berada dalam keadaan aman,” jawab Rasulullah SAW.
Mendengar jaminan Rasulullah SAW itu, lalu isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya.
Sementara itu Ikrimah telah sampai ke pelabuhan dan siap menaiki kapal. Melihat salah satu penumpangnya berwajah muram, pengemudi kapal itu berkata pada Ikrimah,”Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah saja!”
“Apakah yang harus aku ikhlaskan?” Ikrimah balik bertanya.
“Ikhlaskanlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan akuilah bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah!” kata pengemudi kapal itu.
“Tidak, justeru aku melarikan diri karena ucapan itu,” jawab Ikrimah.
Selepas itu datanglah isterinya dan berkata,”Wahai Ikrimah putera bapa saudaraku! Aku datang menemuimu membawa pesan dari orang yang paling utama. Dari manusia yang paling mulia dan manusia yang paling baik. Aku memohon supaya engkau jangan menghancurkan dirimu sendiri. Aku telah memohonkan jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah SAW.”
“Benarkah apa yang telah engkau lakukan itu?” tanya Ikrimah memastikan jaminan Rasul SAW itu.
“Benar, aku telah berbicara dengan baginda dan baginda pun akan memberikan jaminan keselamatan atas dirimu,”jawab istrinya.
Mendengar berita gembira dari isterinya itu pada malam harinya Ikrimah bermaksud untuk melakukan persetubuhan dengan isterinya. Akan tetapi isterinya menolaknya sambil berkata,”Engkau orang kafir, sedangkan aku orang Muslim.”
“Penolakan kamu itu adalah satu masalah besar bagiku,” kata Ikrimah.
Malam itu Ikrimah tidak jadi berhubungan suami isteri. Beberapa hari kemudian mereka pulang kembali ke Mekkah. Begitu mendengar berita Ikrimah dan isteri kembali ke Mekkah, Rasulullah SAW segera menemuinya. Karena rasa kegembiraan yang tidak terkira itu membuat Rasulullah SAW sampai lupa memakai serbannya.
Setelah bertemu dengan Ikrimah, beliau pun duduk. Ketika itu Ikrimah berserta dengan isterinya berada di hadapan Rasulullah SAW. Ikrimah langsung membuka perbincangan,”Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah utusan Allah.”
Mendengar ucapan Ikrimah itu, Rasulullah SAW sangat gembira, wajahnya bertambah cerah.
”Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang baik yang harus aku ucapkan,” kata Ikrimah.
”Ucapkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya,”jawab Rasulullah SAW.
“Selepas itu apa lagi?” tanya Ikrimah.
“Ucapkanlah sekali lagi, aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya,”jawab Rasulullah SAW.
Ikrimah pun kemudian mengucapkan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Selepas itu beliau bersabda,”Jika sekiranya pada hari ini kamu meminta kepadaku sesuatu sebagaimana yang telah aku berikan kepada orang lain, niscaya aku akan mengabulkannya.”
“Aku memohon kepadamu ya Rasulullah. Supaya engkau berkenan memohonkan ampunan untukku kepada Allah SWT, atas setiap permusuhan yang pernah aku lakukan terhadap dirimu. Setiap perjalanan yang aku lalui untuk menyerangmu, setiap yang aku gunakan untuk melawanmu dan setiap perkataan kotor yang aku katakan di hadapan atau di belakangmu,” pinta Ikrimah.
Mendengar permintaan Ikrimah, Rasulullah SAW lalu berdoa,”Ya Allah, ampunilah dosanya atas setiap permusuhan yang pernah dilakukannya untuk bermusuhan denganku. Setiap langkah perjalanan yang dilaluinya untuk menyerangku yang tujuannya untuk memadamkan cahaya-Mu dan ampunilah dosanya atas segala sesuatu yang pernah dilakukannya baik secara langsung denganku mau pun tidak.”
Mendengar doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW itu, hati Ikrimah menjadi gembira. Seketika itu juga ia berkata,”Ya Rasulullah! Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan membiarkan satu dinar pun biaya yang pernah aku gunakan untuk melawan agama Allah, melainkan akan aku ganti berlipat ganda demi membela agama-Nya. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan yang berlipat ganda demi membela agama-Nya. Aku akan ikut berperang dan berjuang sampai ke titisan darah yang terakhir.”
Janji Ikrimah kemudian dibuktikan ketika terjadi Perang Yarmuk. Ia ikut serta berperang sebagai pasukan perang yang berjalan kaki. Pada waktu itu Khalid bin Walid memperingatkan,”Jangan kamu lakukan hal itu, karena bahaya yang akan menimpamu adalah lebih besar!”
“Wahai Khalid! Kamu dahulu pernah ikut berperang bersama Rasalullah SAW. Maka biarkan aku lakukan!” jawab Ikrimah.
Ikrimah tetap meneruskan niatnya itu, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah.
Abdullah bin Mas’ud pula berkata,“Di antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Di saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air minum, akan tetapi mereka menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, maka masing-masing mereka berkata, ‘Berikan saja air itu kepada sahabat di sebelahku.’ Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air itu.”
AST
AK5.Mutiara Rasul.AST
Rasulullah SAW Dibantu Jin Muslim
Rasulullah SAW dituduh sebagai pembohong oleh setan yang merasuk ke dalam berhala. Gantian jin muslim merasuk ke dalam berhala, menyatakan kebenaran Rasulullah SAW.
Suatu hari, Rasulullah SAW menerima wahyu Allah SWT berupa ayat 1-10 surah Al-Mudattsir, yang memerintahkan agar berdakwah secara terang-terangan. Maka beliau pun segera mengumpulkan kaum Quraisy Makkah di Bukit Abu Qubays. ”Wahai kaum Quraisy, katakanlah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Mendengar dakwah itu, serta merta mereka berlalu sambil bersungut-sungut, bahkan sebagian di antaranya marah. Mereka lalu berkumpul di Dar Al-Nadwah membicarakan dakwah Rasul yang menurut mereka aneh. ”Muhammad telah mencerca tuhan kita. Ia mengajak kita menyembah Tuhannya. Kita harus cari akal untuk memperdayainya,” kata salah seorang di antaranya. Di antara mereka tampak beberapa gembong kafir Quraisy seperti Al-Walid bin Harits, Shafwan bin Umayah, Kaab bin Asyraf, dan Abu Jahal.
Satu per satu mereka yang hadir ditanya, apa yang telah dikatakan oleh Muhammad. Mereka rata-rata menjawab, Muhammad adalah penyihir, gila, dan mengambil kesempatan untuk mencari kedudukan. Pada umumnya mereka sangat marah mendengar dakwah Rasulullah SAW. Mereka mencaci dan memperolok-olok beliau.
Ketika tiba giliran Al-Walid bin Harist, ia menjawab, ”Aku tidak punya pendapat apa-apa.” Tapi, jawaban itu dianggap membela Muhammad. Karena itu mereka memperolok, mengejek, dan mencaci maki Al-Walid. Maka Al-Walid pun dengan lantang berkata,”Tangguhkanlah penghinaan kalian selama tiga hari!”
Al-Walid adalah salah seorang pedagang Makkah yang kaya raya. Seperti halnya warga kafir Makkah yang lain, ia juga punya berhala sesembahan. Ia punya dua buah berhala yang bentuknya lebih bagus ketimbang berhala yang lain, karena terbuat dari emas dan perak, bertatahkan intan permata. Kedua berhala itu ditaruh di sebuah rumah khusus.
Selama tiga hari berturut-turut, tanpa makan-minum, ia menyembah berhala emasnya dengan harapan sang berhala dapat memberi jalan keluar mengenai dakwah Muhammad. Ia berkata kepada kedua berhala itu, ”Aku telah menyembahmu selama tiga hari. Aku sangat berharap agar engkau memberitahuku perihal dakwah Muhammad!”
Kesempatan itu dipergunakan oleh setan dengan merasuk ke dalam patung dan menggerakkan mulutnya. ”Sesungguhnya Muhammad bukanlah nabi. Kamu jangan membenarkan apa yang ia katakan!” kata berhala itu. Al-Walid menyangka berhala itu benar-benar berbicara. Betapa gembiranya dia. Maka ia pun buru-buru memberi tahu kaum kafir Quraisy bahwa ia sudah menemukan kebohongan Muhammad lewat mulut berhalanya.
Betapa sedih Rasulullah SAW mendengar ejekan kaumnya. Maka turunlah Malaikat Jibril. ”Wahai Muhammad, ejekan itu berasal dari Al-Walid bin Harits,” kata Jibril. Ketika mendatangi Al-Walid dan kawan-kawannya, Rasulullah SAW ditertawakan sejadi-jadinya.
”Kami tidak akan menghiraukan kamu, pembohong!” kata mereka serempak. Bersamaan dengan itu, mereka mengumpulkan beberapa berhala dan menghiasinya, lalu menyembahnya dengan bersujud.
Rasulullah SAW, yang saat itu bersama Abdullah bin Mas’ud, duduk-duduk saja dekat orang-orang kafir yang sedang menyembah berhala tersebut. Ketika itu setan datang lagi dan mengulangi kata-kata sebagaimana pernah diucapkan lewat berhala Al-Walid. Semua yang hadir, termasuk Rasulullah SAW dan Abdullah bin Mas’ud, mendengarnya.
Abdullah yang ketakutan berkata, ”Wahai Rasulullah, apa yang baru saja dikatakan oleh berhala itu?” Dengan tenang Rasulullah SAW menjawab, “Janganlah engkau takut, karena yang berkata itu adalah setan.”
Jin Muslim
Beberapa hari kemudian, Rasulullah SAW kembali menemui orang-orang kafir itu. Di tengah jalan, beliau bertemu seseorang – mengendarai kuda serta mengenakan jubah hijau dan – yang menyalaminya. ”Wahai penunggang kuda, siapakah kamu sebenarnya? Aku heran mendengar salammu kepadaku,” kata Rasulullah SAW.
“Aku Muhair bin Habbar, keturunan jin, tinggal di Bukit Thursina, dan telah lama megembara. Aku sudah memeluk Islam (syariat dari Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad, yang pada hakikatnya sama dengan syariat yang diturunkan kepada beliau) sejak zaman Nabi Nuh. Ketika pulang, kudapati istriku menangis. Katanya, setan Musfir telah berdusta, sehingga Muhammad SAW diejek dan diperolok-olok oleh para penyembah berhala. Aku lalu mencari Musfir, dan menemukannya di antara Bukit Shafa dan Marwah. Kami berkelahi dan aku berhasil membunuh setan yang menyerupai anjing itu,” kata jin itu.
Mendengar penuturan tersebut, Rasulullah SAW mendoakannya dengan doa kebaikan. Lalu jin muslim itu menawarkan diri kepada Rasulullah SAW untuk merasuk ke dalam tubuh patung milik Al-Walid untuk mempermainkan orang kafir. “Baiklah, kalau memang itu cara terbaik untuk menyadarkan mereka,” jawab Rasulullah SAW.
Tak lama kemudian, seperti hari-hari biasanya, orang-orang kafir Makkah berkumpul dan menghiasi serta menyembah berhala-berhala mereka. Tak lupa mereka minta agar berhala-berhala itu membuktikan bahwa Muhammad adalah pembohong. Tiba-tiba patung yang paling besar dan indah berbicara, ”Wahai warga Makkah, ketahuilah, sesungguhnya Muhammad itu benar, dan mengajak kepada kebenaran, sedangkan kalian dan berhala-berhala ini semua adalah batil. Jika tidak beriman kepada Muhammad, kalian akan masuk neraka jahanam!”
Mendengar patung itu bisa bicara, terkejutlah kaum kafir Quraisy Makkah. Apalagi kata-kata yang diucapkannya tidak sebagaimana yang mereka harapkan. Tak ayal, mereka pun bimbang. Bahkan beberapa di antara mereka, diam-diam, mulai mempercayai kenabian Muhammad SAW.
Abu Jahal, tokoh kafir Qurasy, murka. Ia segera mengangkat dan membanting berhala yang bisa bicara itu hingga hancur. Kepingan-kepingan itu diinjak-injaknya, bahkan kemudian sempat ia kumpulkan sisa-sisanya untuk dibakar. Melihat kejadian itu, Rasulullah SAW pun pulang dengan perasaan lega; sementara jin muslim Muhair bin Habbar, yang diganti namanya oleh Rasulullah dengan Abdullah bin Abhar, segera berlalu.
AST
Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA, Rasulullah SAW bersabda, “Jujur itu menimbulkan ketenangan, sedangkan dusta mengakibatkan kebimbangan.” (HR Tirmidzi)
AK3.Mutiara Rasul.AST
Terjebak ke Lubang Jebakan Sendiri
Berkali-kali Abu Jahal gagal membunuh Rasulullah SAW. Ia lalu merencanakan membunuh beliau dengan menjebaknya ke dalam sebuah lubang yang dalam, tapi ia sendiri terperosok ke dalamnya.
Semalaman Abu Jahal menggali lubang di depan pintu masuk rumahnya. Begitu selesai, ia menutupinya dengan ranting-ranting pohon kurma, dan menaburinya dengan rumput. Lalu, di atasnya lagi ia taburkan tanah tipis, sehingga tak seorang pun menyangka lubang itu merupakan jebakan. Jika ada orang menginjaknya, biarpun seorang anak kecil, pasti ia terjerembab ke dalamnya.
Setelah semua persiapan selesai, Abu Jahal menyuruh salah seorang pembantunya menemui Rasulullah SAW, mengabarkan bahwa ia sedang sakit. Ia lalu berbaring di tempat tidur, pura-pura sakit keras. Rasulullah SAW, yang mendengar Abu Jahal sakit keras, segera menjenguknya. Walaupun Abu Jahal selalu mengejek, mencaci maki, dan pernah berusaha membunuhnya, beliau tetap bersikap baik.
Dengan tenang dan berwibawa, Rasulullah SAW tanpa curiga sedikit pun melangkah. Ketika langkah beliau kira-kira tinggal sejengkal lagi dari jebakan itu, Rasulullah SAW dibisiki oleh Malaikat Jibril bahwa Abu Jahal telah mempersiapkan lubang jebakan yang hampir saja diinjaknya. Jibril juga menyarankan agar beliau pulang saja, mengurungkan niatnya menjenguk Abu Jahal, karena ia sebenarnya tidak sakit.
Mendengar saran Jibril itu, beliau pulang. Mengetahui Rasulullah SAW tidak jadi masuk ke rumahnya, tanpa pikir panjang ia segera melompat dari tempat tidur, bergegas mengejar Rasulullah SAW. “Hai, Muhammad! Kemarilah, kemari!” teriaknya berkali-kali. Dengan tergopoh-gopoh ia membuka pintu. Ia sama sekali lupa bahwa ia telah membuat jebatan di depan pintu rumahnya.
Ketika kakinya menginjak jebakan yang dibuatnya sendiri itu, terdengarlah bunyi ranting-ranting kering yang terinjak, ”Kraaak...! Bum...!” Abu Jahal terperosok ke dalam lubang jebakan yang digalinya sendiri. Di dalamnya yang ada hanyalah suasana yang gelap dan pengap, sementara rasa sakit dan dongkol menjalar dari kakinya yang kekar ke sekujur tubuh. Tangannya mencoba menggapai bibir lubang, namun seluruh daya upayanya nihil. ”Tolong-tolong!” teriaknya berkali-kali.
Semakin Terperosok
Mendengar teriakan minta tolong itu, beberapa pembantunya berdatangan mendekat ke arah lubang di depan pintu. Mereka melihat majikannya terpuruk ke dalam lubang yang gelap dan pengap itu. Maka beramai-ramailah mereka menolongnya. Tapi, usaha mereka sia-sia. Berbagai cara mereka tempuh, dengan tangga dan tali panjang, namun tetap tak tergapai oleh tangan Abu Jahal. Ia semakin dalam terperosok ke dalam lubang.
Akhirnya Abu Jahal menyadari, keselamatan jiwanya terancam. Maka segeralah ia berteriak sekuat tenaga, “Pergilah kepada Muhammad! Mintalah ia menolongku! Sebab, tidak ada orang yang bisa menolongku kecuali dia.” Maka dengan langkah tergopoh-gopoh, salah seorang pembantunya menghadap Rasulullah SAW menyampaikan keadaan dan pesan majikannya.
Dengan bijaksana, Rasulullah SAW memaklumi apa yang sedang terjadi. Bahkan beliau pun segara memaafkan, dan bersedia menolong Abu Jahal, yang berkali-kali telah berusaha mencelakakannya. Maka beliau pun bergegas ke rumah Abu Jahal. Ketika Rasulullah SAW tiba, Abu Jahal merengek, “Wahai Muhammad, jika engkau berhasil mengeluarkan aku, aku akan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”
“Baiklah,” jawab Rasulullah SAW dengan nada suara yang halus dan berwibawa. Beliau lalu mengulurkan tangan kanannya ke dalam lubang yang sangat dalam itu. Dan Abu Jahal pun bisa keluar dari lubang jebakan yang dibuatnya sendiri, selamat tak kurang suatu apa. Berkat mukjizat dari Allah SWT, Rasulullah SAW mampu mengeluarkan Abu Jahal hanya dengan sekali angkat.
Tapi, dasar gembong kafir. Rupanya hati Abu Jahal memang sudah tertutup dari hidayah. Begitu selamat, ia malah mengejek Rasulullah SAW, “Wah, hebat benar sihirmu, ya Muhammad!” Lalu, ia berlalu dari hadapan Rasulullah SAW. Beliau tetap bersabar. Tak lama kemudian Rasulullah SAW pun pulang.
Sampai di rumah, beliau menceritakan terperosoknya Abu Jahal ke dalam lubang jebakan buatannya sendiri kepada para sahabat, yang sejak tadi sudah berkumpul hendak mendengarkan tausiah Rasulullah SAW. Maka beliau pun bersabda, ”Barang siapa menggali lubang untuk mencelakakan saudaranya yang muslim, niscaya ia sendiri yang akan terperosok ke dalamnya.”
AST
Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesama muslim itu bersaudara. Barang siapa memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikan kepentingannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
AK1.Mutiara Rasul.AST
Tanda-tanda Kiamat Kecil
Apakah tanda-tanda kiamat kecil? Tanda-tanda itu pernah diungkapkan Rasulullah SAW dalam sebuah dialog yang menarik dengan Salman Al-Faisy.
Suatu saat, ketika menunaikan haji wada’, sambil memegangi kiswah Ka’bah, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah tidak dilaksanakannya salat, diikutinya syahwat, berkhianatnya para pemimpin, dan fasiknya para menteri.” Sahabat Salman Al-Farisy langsung menyeruak ke arah beliau. ”Demi ayah dan ibuku sebagai tebusan, wahai Rasulullah, apakah hal itu benar-benar akan terjadi?” tanyanya.
”Benar, Salman. Saat itu kemungkaran menjadi kemakrufan dan kemakrufan menjadi kemungkaran,” jawab Rasul.
“Apakah hal itu akan benar-benar terjadi?” tanya Salman lagi. “Benar. Saat itu hati orang mukmin larut dalam badannya, seperti garam larut dalam air, karena apa yang dilihatnya ia tidak mampu mengubahnya,” jawab Rasul.
Salman bertanya lagi, “Apakah hal itu akan benar-benar terjadi?” Rasul menjawab lagi, ”Benar. Saat itu pengkhianat dipercaya, orang yang dapat dipercaya dianggap berkhianat; para pendusta dianggap jujur, dan orang jujur dianggap dusta.”
Salman bertanya lagi, “Apakah hal itu itu akan terjadi?”
Tanpa jemu, Rasul menjawab, “Benar. Sesungguhnya orang yang paling utama ialah orang mukmin yang berjalan di tengah segolongan orang yang dalam ketakutan. Jika dia berbicara, mereka akan memakannya, dan mati karena kemarahan dalam dirinya. Wahai Salman, suatu kaum tidak akan disucikan jika yang kuat memakan yang lemah.”
Salman masih bertanya lagi, “Apakah yang demikian itu akan terjadi?”
“Benar. Saat itu orang kaya disanjung-sanjung, agama dijual dengan dunia, dunia dicari dengan amal akhirat. Laki-laki berhubungan dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Mereka adalah bagian dari umatku yang dilaknat Allah SWT. Saat itu, umatku disusul dengan umat yang lain, badan mereka badan manusia namun hatinya hati setan. Jika umatku bicara, mereka dibunuh. Jika diam, darah mereka dihalalkan. Mereka tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang dewasa. Alangkah buruknya perilaku mereka. Para muhrim digagahi, hukum dapat dibicarakan, wanita dijadikan pemimpin, para budak dimintai pendapat, anak kecil dipuja, tentara di mana-mana, orang laki-laki mengenakan perhiasan emas dan berzina, para penyanyi wanita bermunculan, Al-Quran dilagukan, orang hina lebih banyak angkat bicara.”
Salman bertanya, ”Apa makna orang hina lebih banyak angkat bicara?” Rasul menjawab, ”Dia membicarakan masalah secara umum, padahal sebelumnya tidak pernah bicara.”
Tanya Salman lagi, “Apakah hal itu akan terjadi?” Jawab Rasul, ”Benar. Saat itu masjid-masjid dihiasi aneka perhiasan seperti gereja dan biara. Mushaf Al-Quran dihiasi emas, mimbar dibuat lebar, banyak saf tapi hati manusia saling berjauhan, dan perkataan mereka beraneka macam. Siapa yang diberi, bersyukur; siapa yang tidak diberi, kufur.”
“Apakah yang demikian itu akan terjadi?” lagi-lagi Salman bertanya. Rasul menjawab, “Benar. Saat itu datang para tawanan dari timur dan barat dari umatku. Kecelakaan bagi orang-orang lemah di antara mereka, dan kecelakaan dari Allah. Jika bicara, mereka dibunuh; jika diam, juga dibunuh. Mati dalam taat kepada Allah lebih baik daripada hidup dalam kedurhakaan.”
“Apakah yang demikian itu akan terjadi?” tanya Salman. ”Benar. Saat itu istri bersekutu dengan suami dalam urusan suami, seseorang durhaka kepada bapaknya, dan justru berbuat baik kepada temannya. Mereka mengenakan kulit domba di atas hati serigala, ulama mereka lebih buruk daripada bangkai.”
“Apakah yang demikian itu akan terjadi?” tanya Salman lagi, tak sabar. “Benar. Saat itu ibadah mereka hanya membaca lafaz ibadah tanpa kandungannya, mereka disebut orang-orang najis dan kotor di kerajaan langit dan bumi.”
Salman masih bertanya lagi, “Apakah yang demikian itu akan terjadi?” “Benar. Saat itu kitab suci dijadikan nyanyian, dilemparkan ke belakang punggung. Mereka tidak menegakkan hukum yang sudah ditetapkan Allah, mereka mematikan sunahku. Mereka menghidupkan bidah, tidak melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Saat itu anak kecil dicemburui sebagaimana budak, anak kecil melamar sebagaimana melamar, wanita dan pasar-pasar saling berdekatan.”
Salman masih penasaran, lalu katanya, ”Demi ayah dan ibuku sebagai tebusan, wahai Rasulullah, apa makna pasar saling berdekatan?”
Rasul menjawab, ”Jika setiap orang berkata, ’Aku tidak menjual dan aku tidak membeli’ – padahal tidak ada yang memberi rezeki selain Allah – saat itu yang berkuasa adalah orang-orang jahat yang tidak memberikan hak kepada manusia dan mengisi hati mereka dengan ketakutan. Engkau tidak melihat kecuali orang yang ketakutan. Saat itu haji dielu-elukan, orang-orang terkenal menunaikan haji demi hawa nafsu, kelas menengah berhaji untuk berniaga, dan orang miskin berhaji untuk ria dan mencari nama.”
“Apakah yang demikian itu akan terjadi?” tanya Salman. “Benar, wahai Salman,” jawab Rasulullah SAW dengan mantap.
Disarikan oleh AST dari kitab Muhadharat al-Abrar karya Muhyidin Al-Araby yang dinukil oleh Ibnu Marduwaih, halaman 298
“Hai anak Adam, ingat dan waspadalah bila Tuhan terus-menerus melimpahkan nikmat, sementara engkau terus-menerus mengerjakan maksiat terhadap-Nya.” (Ali bin Abi Thalib)
AK23.Mutiara Rasul.AST
Cinta Rasul pada Anak Yatim
“Barang siapa mencintai dan menyantuni anak-anak yatim, kelak akan hidup berdampingan bersamaku di surga.” (Al-Hadis).
Usai menunaikan salat Id dan bersalaman dengan para jemaah, Rasulullah SAW segera pulang. Di jalan pulang, dilihatnya anak-anak sedang bermain di halaman rumah penduduk. Mereka tampak riang gembira menyambut hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Pakaian mereka pun baru. Rasulullah SAW mengucap salam kepada mereka, dan serentak mereka langsung mengerubuti Rasul untuk bersalaman.
Sementara itu, tak jauh dari sana, di pojok halaman yang tak terlampau luas, tampak seorang anak kecil duduk sendirian sambil menahan tangis. Matanya lebam oleh air mata, tangisnya sesenggukan. Ia mengenakan pakaian bekas yang sudah sangat kotor penuh tambalan di sana-sini. Compang-camping.
Melihat anak kecil yang tampak tak terurus itu, Rasulullah SAW segera bergegas menghampirinya. Dengan nada suara pelan penuh kebapakan, Rasulullah SAW bersabda,
”Hai anak kecil, mengapa engkau menangis, tidak bermain bersama teman-temanmu?”
Rupanya anak itu belum tahu bahwa yang menyapanya adalah Rasulullah SAW.
Dengan ekspresi wajah tanpa dosa, ia menjawab sambil menangis, ”Wahai laki-laki, ayahku telah meninggal dunia di hadapan Rasulullah SAW dalam sebuah peperangan. Lalu ibuku menikah lagi dan merebut semua harta warisan. Ayah tiriku sangat kejam. Ia mengusirku dari rumah. Sekarang aku kelaparan, tidak punya makanan, minuman, pakaian, dan rumah. Dan hari ini aku melihat teman-teman berbahagia, karena semua mempunyai ayah. Aku teringat musibah yang menimpa Ayah. Oleh karena itu, aku menangis.”
Seketika Rasulullah SAW tak kuasa menahan haru mendengar cerita sedih itu. Bulir-bulir air matanya membasahi mukanya yang suci dan putih bersih penuh kelembutan itu. Maka Rasulullah SAW pun lalu memeluknya, tanpa memedulikan bau dan kotornya pakaian anak itu, sambil mengusap-usap dan menciumi ubun-ubun kepalanya.
Lalu sabda Rasul, ”Hai anak kecil, maukah engkau sebut aku sebagai ayah, dan Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudara laki-lakimu, Fatimah sebagai saudara perempuanmu?” Seketika raut wajah anak itu berubah cerah. Meski agak kaget, ia tampak sangat bahagia. ”Mengapa aku tidak mau, ya Rasulullah?”
Hidup Berdampingan
Rasulullah SAW pun lalu membawanya pulang. Disuruhnya anak itu mandi, lalu diberikannya pakaian yang bagus dengan minyak wangi harum. Setelah itu, Rasulullah mengajaknya makan bersama. Lambat laun, kesedihan anak itu berubah menjadi kebahagiaan. Dan tak lama kemudian ia keluar dari rumah Rasul sembari tertawa-tawa gembira. Dan ia pun bermain bersama teman-teman sebayanya.
”Sebelumnya kamu selalu menangis. Mengapa sekarang kamu sangat gembira?” tanya teman-temannya.
Dengan gembira anak itu menjawab, “Aku semula lapar, tapi sekarang sudah kenyang, dan sekarang berpakaian bagus. Sebelumnya aku yatim, sekarang Rasulullah adalah ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perempuanku. Nah, bagaimana aku tidak bergembira?”
”Seandainya ayah kami gugur di jalan Allah dalam peperangan itu, niscaya kami menjadi seperti dia,” kata beberapa kawannya.
Namun, kebahagiaan anak yatim itu tidak berlangsung lama. Tak lama berselang beberapa waktu setelah menunaikan haji wadak, Rasulullah SAW wafat.
“Sekarang aku menjadi anak yatim lagi,” katanya ambil keluar dari rumah Rasulullah dan menaburkan debu di kepalanya karena merasa sedih. Kata-kata anak itu kebetulan terdengar oleh Abubakar Ash-Shiddiq, yang berada tak jauh dari sana. Maka ia pun lalu ditampung di rumah Abubakar.
Demikian sekelumit kisah kecintaan Rasulullah SAW kepada anak yatim di hari raya. Betapa di hari yang penuh kemenangan itu, hari raya menjadi hari yang menyedihkan – sementara nasib mereka banyak yang luput dari perhatian. Anak-anak yatim adalah makhluk yang senantiasa berpuasa dalam hidupnya, baik dalam memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani. Jangankan mengenakan pakaian baru, untuk makan sehari-hari saja sulit.
Sungguh, memperlakukan dengan baik dan menyantuni anak yatim pada hari raya – dan tentu hari-hari biasa – merupakan langkah yang mulia dan terpuji. Dalam Islam, mereka yang menyantuni anak yatim niscaya mendapat penghargaan yang sangat tinggi. Sabda Rasul, ”Barang siapa menyantuni anak yatim, dia berada di surga bersamaku seperti ini (Rasulullah mempersandingkan jari telunjuk beliau dengan dan jari tengah).” Maksudnya, hidup berdampingan dengan Rasulullah SAW di surga...
AST
AK22.Mutiara Rasul.AST
Menjaga Lisan
Manusia tidak dilemparkan ke neraka karena lehernya, tapi karena lisannya
(Al-Hadis).
Ketika Mu’adz bin Jabal diangkat sebagai gubernur Yaman, sebelum berangkat ia menghadap Rasulullah SAW. Maka Rasulullah pun menyampaikan pesan kepadanya.
”Wahai Mua’adz, bertakwalah di mana saja kamu berada, dan hapuslah perbuatan jelek dengan kebaikan. Bergaullah dengan sebaik-baiknya pergaulan. Sungguh, aku sangat menyayangi kamu, maka jangan lupa kamu membaca doa berikut ini usai salat: Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat dan bersyukur kepada-Mu, serta bisa memperbaiki ibadah kepada-Mu.”
Rasulullah menambahkan, ”Wahai Mu’adz, tahukah kamu, apa hak Allah terhadap hamba-Nya?”
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” jawab Mu’adz.
“Hak Allah atas mereka ialah hendaknya mereka menyembah-Nya, dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Tahukah kamu, apa hak hamba kepada Allah?” tanya Rasulullah SAW lagi.
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” jawab Mu’adz lagi.
“Hak mereka terhadap Allah ialah Allah tidak akan menyiksa mereka. Sebab, pangkal dari semua perkara ialah Islam. Tiangnya adalah salat, dan rangkaiannya adalah jihad di jalan Allah.”
“Wahai Mu’adz, maukah kamu aku beri tahu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah benteng, sedekah dapat menghilangkan kesalahan seperti air memadamkan api. Demikian pula bangunnya seseorang di waktu tengah malam (untuk beribadah),” sabda Rasulullah lagi.
Kemudian Rasulullah SAW membacakan Al-Quran surah As-Sajdah ayat 16-17, ”Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Tak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda lagi, ”Wahai Mu’adz, maukah kamu aku beri tahu sesuatu yang harus kamu miliki lebih dari semua itu?”
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” jawab Mu’adz.
“Jagalah lisanmu,” jawab Rasulullah.
Sambil memegang lisannya, Mu’adz berkata, ”Wahai Rasulullah, aku sudah berhati-hati dalam bercakap dengan lisan.”
“Wahai Mu’adz, ibumu telah melatih dan mendidikmu. Manusia tidak dilemparkan ke neraka karena lehernya, tapi karena lisannya,” sabda Rasulullah SAW mengakhiri pesannya kepada Mu’adz.
Betapa pentingnya kita menjaga lisan (dari ucapan yang sia-sia atau omongan buruk). Perhatikanlah hadis riwayat Bukhari dan Muslim ini, “Orang yang percaya kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah berkata baik, atau diam.”
AST
“Orang-orang yang suka melaknat tidak akan pernah menjadi syuhada, dan tidak dapat memberi syafaat kepada siapa pun pada hari kiamat kelak.” (Muhammad SAW)
AK21.Mutiara Rasul.AST
Ajaran Rasul tentang Zakat
Rasulullah SAW dengan sabar mengajar para sahabat. Antara lain tentang kewajiban berzakat bagi pemilik hewan ternak.
Suatu hari Rasulullah SAW mengajarkan kewajiban berzakat kepada para sahabat. ”Seseorang yang mempunyai emas dan perak, namun tidak mengeluarkan zakat, di hari kiamat emas dan perak itu akan dibentuk menjadi lempengan-lempengan dan dibakar di neraka jahanam lantas disetrikakan pada pinggang, dahi, dan punggung pemiliknya.”
Rasulullah SAW melanjutkan, ”Siksaan itu diulang kembali dalam sehari semalam, yang setara dengan 50.000 tahun, sehingga putusan semua orang selesai. Setelah itu ia baru tahu ke mana ia akan dimasukkan, ke surga atau ke neraka.”
”Wahai Rasulullah, bagaimana kalau memiliki unta?” tanya seorang sahabat.
“Begitu juga orang yang mempunyai unta tetapi tidak mengeluarkan zakat. Di antara zakat unta ialah memerah susunya untuk diberikan kepada orang-orang yang lewat. Pada hari kiamat nanti, ia akan diinjak-injak dan digigit secara bergantian oleh sekelompok besar unta di sebidang lapangan selama satu hari yang lamanya 50.000, hingga selesai putusan semua orang. Kemudian ia baru tahu ke mana akan dimasukkan, ke surga atau neraka,” jawab Rasulullah SAW.
”Wahai Rasulullah, bagaimana kalau memiliki lembu dan kambing?” tanya sahabat yang lain.
”Begitu juga orang yang memiliki lembu dan kambing yang tidak membayar zakat. Pada hari kiamat nanti ia akan diinjak-injak dan diseruduk secara bergantian oleh segerombolan besar kambing dan lembu di sebidang tanah lapang dalam masa satu hari yang lamanya 50.000 tahun hingga selesai putusan semua orang. Kemudian ia baru tahu ke mana akan dimasukkan, ke surga atau neraka.”
”Wahai Rasulullah, bagaimana kalau memiliki kuda?”
Dengan sabar Rasulullah SAW melayani pertanyaan para sahabatnya, ”Kuda punya tiga fungsi: yang dapat mendatangkan dosa, dapat menutupi hajat, dan dapat mendatangkan pahala bagi pemiliknya. Kuda yang mendatangkan dosa ialah yang dipelihara sebagai sarana bersombong, bangga, dan memusuhi Islam. Kuda yang dapat menutupi hajat ialah yang digunakan untuk kepentingan yang diridai Allah, dan tidak melupakan hak dan kewajiban pemeliharaannya.”
Rasulullah SAW melanjutkan, “Adapun kuda yang mendatangkan pahala ialah yang digunakan untuk berjuang di jalan Allah dan untuk kepentingan Islam. Kuda seperti itu, jika dilepas di tanah lapang atau kebun kemudian makan sesuatu, dicatat sebagai kebaikan bagi pemiliknya. Bahkan kotoran dan air kencingnya dicatat sebagai kebaikan.”
Rasulullah SAW melanjutkan lagi, “Jika kuda itu terlepas dari tali kekangnya, kemudian lari atau meloncat-loncat, bilangan langkahnya dicatat Allah SWT sebagai kebaikan bagi pemiliknya. Jika dibawa oleh pemiliknya melewati sungai lantas minum air sungai itu, padahal pemiliknya tidak bermaksud memberinya minum, Allah SWT mencatat air yang diminum sebagai kebaikan bagi pemiliknya.”
”Wahai Rasulullah, bagaimana kalau memiliki keledai?” tanya sahabat yang lain.
Dengan sangat sabar Rasulullah SAW menjawab, ”Tentang keledai, tidak diturunkan kepadaku ayat yang menjelaskannya, kecuali yang bersifat umum, yaitu: Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah, waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah.
Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat atom, ia akan melihat balasannya; dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat atom, ia akan melihat balasannya pula.” (Riwayat Bukhari).
Beberapa waktu kemudian, seorang Badui datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ”Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku amal perbuatan yang bila saya kerjakan masuk surga.”
Dengan sabar pula beliau menjawab, ”Hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan berpuasa di bulan Ramadan.” Orang Badui itu lalu berkata, ”Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh aku tidak akan menambah-nambahi ketentuan ini.”
Ketika orang Badui itu pergi, Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa ingin melihat ahli surga, lihatlah orang Badui itu!”
AST
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR Muslim)
Ak20.Mutiara Rasul.AST
Keutamaan Bulan Ramadan
Bagi mereka yang berpuasa di bulan Ramadan, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup.
Suatu hari Rasulullah SAW ditanya tentang keutamaan bulan Ramadan. Dengan senang hati beliau menerangkan kepada para sahabat yang berkumpul di rumahnya. Inilah cerita Rasulullah SAW, “Sesungguhnya surga itu wangi, dan selalu dihiasi dari tahun ke tahun. Bila malam pertama bulan Ramadan datang, bertiuplah angin Al-Muthsirah dari surga Arsy. Embusan angin itu membuat daun-daun di pepohonan surga saling bergesekan dan menimbulkan dengungan sangat indah yang belum pernah didengar manusia. Kemudian muncul para bidadari di halaman surga dan memanggil-manggil: Adakah orang yang memohon kepada Allah, agar dia menikahkan daku dengannya?”
Lalu para bidadari itu bertanya kepada Malaikat Ridwan penjaga surga, “Malam apakah ini?” Jawab Malaikat Ridwan, “Ini adalah malam pertama bulan Ramadan.”
Setelah itu pintu-pintu surga dibuka untuk umat Muhammad yang berpuasa. Allah SWT lalu memerintahkan Malaikat Ridwan membuka pintu surga dan Malaikat Malik menutup pintu neraka. Sedang Malaikat Jibril diperintahkan turun ke bumi, “Rantailah setan-setan, belenggulah mereka. Lemparkan mereka ke lautan agar tidak mengganggu puasa umat Muhammad, kekasihku.”
Rasulullah SAW lalu mengingatkan kepada para sahabat bahwa, pada setiap malam Ramadan, Allah SWT selalu mengerahkan malaikat untuk mencatat amalan manusia yang berpuasa, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadis qudsi, “Aku akan penuhi permohonan mereka yang memohon; Aku akan terima tobat mereka yang bertobat; Aku akan mengampuni mereka yang mohon ampun. Dan siapa yang memberi pinjaman kepada Zat Yang Mahakaya, ia tidak akan kekurangan, karena Zat yang memenuhi janji tanpa menganiaya.”
Para sahabat tertegun mendengar pernyataan Rasulullah SAW itu. Lalu beliau melanjutkan, ”Ketika berbuka puasa, Allah SWT membebaskan sejuta roh, dan hal itu berlangsung hingga akhir Ramadan.” Dan bila tiba malam Lailatulkadar, Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi bersama serombongan malaikat. Mereka membawa bendera hijau dan menancapkannya di puncak Ka’bah.
Malaikat Jibril memiliki 100 sayap, dua sayap di antaranya tak pernah dibentangkan kecuali hanya pada malam Lailatulkadar. Jika kedua sayapnya dibentangkan, luasnya meliputi Timur dan Barat. Kemudian ia menyerukan kepada para malaikat agar memberi salam kepada orang-orang yang beribadah dan berzikir. Para melaikat menjabat tangan dan mengamini doa mereka sampai terbit fajar. Ketika fajar terbit, Jibril menyeru para malaikat, “Wahai para malaikat, berpencarlah!”
Para malaikat bertanya,”Wahai Jibril, apa yang yang akan Allah perbuat? Apakah sehubungan dengan hajat orang-orang mukmin dari umat Muhammad SAW?”
Jibril menjawab, ”Allah memandang mereka pada malam itu, dan memaafkan mereka, kecuali empat golongan.”
Penerimaan Hadiah
“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang yang meminum arak, yang durhaka kepada orangtua, yang memutus tali silaturahmi, dan yang memusuhi sesama manusia.”
Tapi para sahabat belum puas, kemudian kembali bertanya, ”Ya Rasulullah, siapakah yang memusuhi sesama manusia?” Jawab Rasul, “Mereka adalah orang yang membenci dan memutuskan silaturahmi.”
Setelah itu beliau menggambarkan kondisi malam Hari Raya Idulfitri. “Malam itu disebut malam Jai’zah (malam penerimaan hadiah). Ketika tiba hari raya esok harinya, Allah mengutus para malaikat ke setiap negeri di bumi. Mereka memenuhi jalan-jalan dan menyeru dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia.”
Para malaikat berseru, ”Wahai umat Muhammad! Keluarlah menuju Allah, Yang Mahamulia, yang akan mengaruniakan hadiah dan menghapuskan dosa-dosa besar.” Dan apabila mereka datang ke musala, Allah SWT berfirman kepada para malaikat, ”Apakah balasan bagi seorang pekerja apabila ia telah menyelesaikan pekerjaannya?” Jawab para malaikat, ”Wahai Rabb kami, balasan mereka adalah upah mereka sepenuhnya.”
Menurut Rasulullah SAW, gambaran tentang semua itu sesuai dengan firman Allah (dalam hadis qudsi), ”Sesunguhnya Aku menjadikan kalian saksi, wahai para malaikat-Ku, bahwa sesungguhnya Aku telah memberikan rida dan ampunan-Ku sebagai balasan karena puasa dan Tarawih mereka di bulan Ramadan.”
Allah SWT berseru, ”Wahai hamba-hamba-Ku, mohonlah kepada-Ku. Maka demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku, tidaklah kamu meminta sesuatu kepada-Ku di pertemuan ini untuk akhiratmu kecuali Aku akan memberimu. Tidak juga untuk keperluan duniamu, kecuali Aku akan memandang kemaslahatanmu. Maka demi kemuliaan-Ku, sungguh Aku akan tutupi kesalahan-kesalahanmu selama kalian takut kepada-Ku. Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, Aku tidak akan menghinakan kalian dan tidak akan Aku perlihatkan aib-aibmu di depan orang-orang yang melanggar batas. Bertebaranlah kalian dengan membawa ampunan. Sungguh, kalian telah rida kepada-Ku dan Aku pun telah rida kepada kalian.”
Mendengar jawaban Allah SWT (dalam hadis qudsi tersebut), para malaikat pun bersuka cita. Lalu Rasulullah SAW melanjutkan, ”Ini menandakan bahwa Allah SWT telah memberi karunia kepada umat Muhammad SAW saat mereka sedang merayakan Idulfitri. Itu sebabnya, para malaikat bersuka cita karena ingin seperti mereka. Wajarlah para malaikat senantiasa bermohon kepada Allah SWT agar bisa dijadikan seperti umat Muhammad SAW. Ini tercermin dalam munajat para malaikat, ”Ya Allah, jadikanlah kami seperti umat Muhammad SAW.” (HR Ibnu Hibban).
Luar biasa! Para malaikat ingin seperti manusia yang mendapat prioritas utama untuk bisa meraih keutamaan bulan Ramadan. Maka selayaknyalah jika kita, manusia, bersungguh-sunguh beribadah di bulan Ramadan. Mari kita sambut bulan Ramadan dengan memperbanyak ibadah dan meraih keutamaan-keutamaannya.
AST
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan rida Allah SWT, diampunilah dia atas dosanya yang lalu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

AK19.Mutiara Rasul.AST
Ancaman Melalaikan Salat
Barang siapa melalaikan salat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.
Ketika Malaikat Jibril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal saleh seseorang yang meninggalkan salat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Demi Allah, yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan salat, setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.
Orang yang meninggalkan salat tidak memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk dalam umatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah. Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya akan dilipatgandakan, dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman di dasar neraka.
Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, ‘Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya.’ Ketahuilah, sesungguhnya bencana yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian terhadap salat lima waktu, salat Jumat, dan salat berjemaah. Padahal, semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT ditinggikan derajatnya, dan dihapuskan dosa-dosa maksiat bagi siapa saja yang menjalankannya.
Orang yang meninggalkan salat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan salat hingga terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun). Sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan salat fardu dengan sengaja walaupun satu salat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’ Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan salat. Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apa pun’.”
Shirathal Mustaqim
Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan salat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW berkata, ”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.”
“Tahukah kalian siapakah orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”
“Siapa, ya, Rasulullah?”
“Orang yang meninggalkan salat,” jawab Rasulullah.
Dalam hadis yang berhubungan dengan peristiwa Isra Mikraj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya seperti sedia kala. Demikianlah mereka melakukannya berulang kali. Lalu, beliau bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mengerjakan salat,” jawab Jibril.
Diriwayatkan pula, di neraka Jahanam ada suatu lembah bernama Wail. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat orang-orang yang meremehkan dan melalaikan salat, kecuali jika mereka bertobat.
Bagi mereka yang memelihara salat secara baik dan benar, Allah SWT akan memuliakannya dengan lima hal, dihindarkan dari kesempitan hidup, diselamatkan dari siksa kubur, dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan, dapat melewati jembatan shirathal mustaqim secepat kilat, dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
Dan barang siapa meremehkan atau melalaikan salat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SAW.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus. Andai kata diberi minum sebanyak lautan, ia tidak akan merasa puas.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan salat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan salat Zuhur hingga Asar, mengundurkan salat Asar hingga Magrib, mengundurkan salat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan salat Isya hingga Subuh,” kata ular itu.
Setiap kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat. Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih.
Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan salat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Amin.
AST
Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Bukhari dan Muslim)
AK17.Mutiara Rasul.AST
Keutamaan Salat
Selain sebagai penghapus dosa, salat juga mengandung rahmat, kelembutan, dan kemurahan Allah SWT.
Suatu hari, di musim dingin, Rasulullah SAW keluar dari rumah dan mengambil ranting sebatang pohon sehingga daun-daunnya berguguran. Rasul memanggil Abu Dzar, sahabat, yang menyertai beliau.
“Labbaik, ya Rasulullah,” jawab Abu Dzar.
“Sesungguhnya seorang muslim, jika menunaikan salat dengan ikhlas karena Allah, dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya,” sabda Rasulullah SAW.
Dalam hadis yang lain, Abu Hurairah berkata, ”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Bagaimana pendapat kalian jika di depan rumah kalian ada sebuah sungai yang mengalir dan kalian mandi di dalamnya lima kali sehari? Apakah akan tersisa kotoran di tubuh kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak akan tersisa kotoran di tubuh kami sedikit pun.’ Lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Begitulah perumpamaan salat lima waktu. Allah akan menghapuskan dosa-dosa kita’.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Selain sebagai jalan penghapusan dosa, salat juga mengandung rahmat, kemurahan, dan kelembutan Allah SWT yang berlimpah. Hanya karena kebodohan kita sendirilah kita tidak memanfaatkan salah satu dari kemurahan Allah itu. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, ”Seseorang yang ketika hendak tidur berniat melaksanakan salat Tahajud tapi kemudian tertidur, dia mendapatkan pahala salat Tahajud.”
Karena kandungan rahmat Allah SWT yang begitu besar, jika mengalami kesulitan Rasulullah SAW segera melaksanakan salat (HR Ahmad dan Abu Dawud). Maka, jika seseorang bersegera mengerjakan salat ketika mengalami kesusahan, sesungguhnya dia sedang menuju rahmat Allah SWT. Jika rahmat Allah datang dan membantu, kesusahan apa lagi yang tersisa?
Kisah keutamaan salat juga terungkap dalam cerita Ummu Kultsum. Suatu hari Abdurahman, anaknya, menderita sakit parah, sehingga semua orang khawatir ia akan segera meninggal. Maka Ummu Kultsum pun melaksanakan salat. Segera setelah itu Abdurrahman sadar kembali, lalu bertanya kepada orang-orang di sekelilingnya.
“Apakah keadaan saya menunjukkan seolah-olah telah meninggal?”
“Ya!” jawab mereka.
Dalam hadis lain, Abdullah bin Salam berkata, apabila keluarga Rasulullah SAW sedang tertimpa kesusahan, beliau memerintahkan melaksanakan salat sambil membaca ayat 132 surah Thaha: Wamru ahlaka bishshalati wash thabir ‘alaiha, la nasaluka rizqan, nahnu narzuquka. Wal ‘aqibatu littaqwa (Perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah. Kami tidak minta rezeki kepadamu, bahkan Kami-lah yang memberi rezeki. Dan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa).
Sementara, menurut Asma binti Abubakar, kakak Aisyah, istri Rasul, Rasulullah SAW bersabda, ”Pada hari kiamat seluruh manusia akan dikumpulkan di satu tempat, dan suara yang diumumkan oleh malaikat didengar oleh seluruh manusia. Ketika itu diumumkan, di manakah orang-orang yang selalu memuji Allah dalam setiap keadaan, baik ketika senang maupun susah?”
Mendengar seruan itu, sebuah rombongan manusia berdiri lalu masuk ke dalam surga tanpa hisab. Kemudian diumumkan lagi, “Di manakah orang-orang yang menghabiskan waktu malamnya dengan beribadah dan lambung mereka jauh dari tempat tidur?” Maka sebuah rombongan berdiri lalu masuk surga tanpa hisab. Lalu terdengar seruan berikutnya, ”Di manakah orang-orang yang dalam perniagaannya tidak melalaikan mengingat Allah?” Maka sebuah rombongan berdiri dan masuk surga tanpa hisab.
Tidakkah kita ingin menjadi anggota rombongan yang masuk surga tanpa hisab? Untuk bisa menjadi anggota rombongan yang bisa langsung masuk ke surga tanpa hisab, kita harus menyempurnakan salat. Bukan sekadar menunaikan salat sebagai kewajiban, tapi berusaha meraih puncak-puncak kenikmatan cinta dan rahmat Allah SWT, sehingga mendapat limpahan taufik dan karunia-Nya.
AST
Kata Mutiara
Dari Abu Tsurayyah Sabrah bin Ma’bad Al-Juhanniy RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah anakmu mengerjakan salat apabila berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat apabila sudah berumur sepuluh tahun.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
AK16.Mutiara Rasul.AST
Salat Malam Sepanjang Malam
“Jelaskan kepadaku sesuatu yang luar biasa mengenai salat Rasulullah,” tanya seseorang kepada Aisyah. ”Tidak ada sesuatu yang biasa mengenai beliau. Segala sesuatu yang dilakukannya luar biasa,” jawabnya.
Pada suatu malam Rasulullah SAW berbaring-baring bersama istrinya, Aisyah. Beberapa saat kemudian beliau berkata, ”Biarkanlah aku beribadah kepada Allah.” Kemudian beliau bangun, mengambil air wudu, lalu mendirikan salat. Sejak berdiri salat, beliau menangis terus hingga air matanya membasahi seluruh dadanya. Dalam rukuk, beliau pun menangis, demikian pula ketika sujud, dan setelah bangun dari sujud. Demikian seterusnya hingga Bilal mengumandangkan azan Subuh.
Aisyah kemudian memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah, ”Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis, padahal Allah SWT telah menghapuskan semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian, dan menjanjikan ampunan untukmu?”
”Apakah tidak sepantasnya aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?” jawab Rasulullah SAW, sembari mengutip ayat Al-Quran, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi mereka yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring; dan mereka memikirkan kejadian langit dan bumi lalu berkata, ‘Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia, maka lindungilah kami dari siksa api neraka’.” (QS Ali Imran:190-191).
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Mughirah Ibnu Syu’bah, diceritakan, Nabi Muhammad SAW mendirikan salat malam sepanjang malam. Demikian lama beliau berdiri dalam salat, sehingga kaki beliau bengkak.
Sebagian sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, mengapa engkau begitu bersusah payah mendirikan salat, padahal Allah SWT telah mengampunimu atas segala dosamu?”
Rasulullah menjawab, ”Tidakkah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Bukhari dan Abu Salamah).
Rasulullah SAW lama berdiri dalam salat, karena beliau membaca paling tidak empat surah Al-Quran. Ini diceritakan oleh Awf ibn Malik, ”Suatu hari aku berdua bersama Nabi. Setelah bersiwak dan wudu, beliau berdiri mengerjakan salat, dan aku pun salat bersama beliau. Pada rakaat pertama beliau membaca surah Al-Baqarah. Apabila membaca ayat-ayat mengenai nikmat dan karunia Allah, beliau memohon rahmat kepada Allah SWT. Dan bila membaca ayat tentang azab Allah, beliau memohon ampunan serta perlindungan. Rukuk dan sujud beliau sama lamanya dengan berdirinya. Dalam rukuk, beliau membaca Subhaana dzil jabaruuti wal malakuuti wal ’azhamah (Mahasuci Allah, yang memiliki keperkasaan, kebesaran, dan kemuliaan). Setelah itu, beliau berdiri untuk rakaat kedua, lalu membaca surah Ali Imran.
Demikian seterusnya, beliau membaca satu surah pada setiap rakaat. Jadi, dalam empat rakaat, beliau membaca empat surah yang berarti sama dengan seperlima Al-Quran.”
Bisa dibayangkan, betapa lamanya salat Rasulullah SAW, terlebih jika ditambah dengan doa-doa yang panjang. Baik ketika membaca ayat mengenai rahmat maupun azab, ditambah lagi dengan rukuk dan sujud yang panjang pula.
Rasa takut dan patuh kepada Allah SWT memang memenuhi sanubarinya, sehingga membuat Rasulullah SAW tekun beribadah kepada-Nya. Itu merupakan dasar makrifat ketuhanan beliau. ”Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentulah kalian jarang tertawa dan akan banyak menangis,” sabda Rasulullah SAW, sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah.
Dalam hadis lain Abu Darr menambahkan, Rasulullah SAW bersabda, ”Aku melihat apa yang tidak kalian lihat, dan aku mendengar apa yang kalian tidak dengar. Langit menangis keras, dan sudah sepantasnya ia menangis. Tidak ada tempat di langit selebar empat jari kecuali ada malaikat yang menghuninya, yang dahinya senantiasa bersujud kepada Allah. Demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis, kalian tidak berselera terhadap wanita, tapi akan menuju puncak gunung untuk mendekatkan diri kepada Allah.”
AST
Mutiara Rasul
Kesaksian Seekor Unta
Setelah raja Jahiliyah Habib bin Malik melihat mukjizat yang dimiliki Rasululah SAW, ia kemudian memeluk Islam. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan tanda terimakasihnya kepada Rasulullah SAW, Raja Habib mengirim hadiah melalui beberapa utusan, berupa emas, perak, unta dan lain sebagainya kepada beliau.
Mengetahui akan datangnya rombongan membawa hadiah untuk Rasulullah SAW, Abu Jahal segera menghadang perjalanan utusan-utusan yang membawa hadiah itu di luar perbatasan kota Mekkah.
Ketika rombongan utusan Raja Habib bin Malik muncul, Abu Jahal dan komplotannya pun langsung melancarkan aksi. Mereka berpura-pura tidak tahu siapa dan maksud kedatangan rombongan tersebut. “Siapakah kalian ini?”
“Kami adalah utusan Raja Habib bin Malik untuk menyampaikan hadiah ini kepada Rasulullah SAW,” jawab para utusan dengan polos.
Abu Jahal kemudian memperkenalkan dirinya dan mengatakan kalau hadiah-hadiah yang dibawa itu adalah dirinya bukan untuk Muhammad. Mendengar pengakuan dari Abu Jahal, para utusan itu bersikeras bahwa mereka diutus untuk menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Para utusan Raja Habib bin Malik itu kemudian pamit dan memacu kendaraannya ke arah kota Mekkah.
Ketika rombongan itu akan berlalu dari hadapan Abu Jahal. Tanpa membuang banyak waktu lagi, komplotan Abu Jahal pun mendekati para utusan Raja Habib bin Malik dan hendak merampas barang bawaan yang mereka bawa.
Tentu saja, aksi itu mendapat perlawanan keras dari para pengawal utusan Raja Habib bin Malik, hingga terjadilah pertempuran anatar kubu utusan Raja Habib dan kawanan Abu Jahal.
Pedang-pedang terhunus, saling beradu menimbulkan denting suara yang memekakkan telinga, diselingi teriakan dan umpatan dari kedua belah pihak. Suara kegaduhan dari adu kekuatan antara kedua kelompok itu sampai terdengar di pinggiran pemukiman kota Mekkah. Maka, mereka pun kemudian ramai-ramai mendatangi ajang pertemuran dan bermaksud melerai pertikaian itu. Pertempuran itu kemudian terhenti sejenak karena ditonton oleh banyak penduduk Mekkah.
Salah seorang pemuka Quraisy maju ke depan dan menanyakan kepada salah satu utusan Raja Habib bin Malik,”Apa maksud kedatangan kalian ke kota Mekkah?”
“Kami datang ke kemari untuk menyampaikan hadiah ini kepada Rasulullah sedang Abu Jahal mengatakan bahwa hadiah-hadiah ini untuknya,” kata salah satu utusan Raja Habib bin Malik.
Rasulullah SAW yang turut hadir di antara mereka kemudian bersabda,”Wahai masyarakat Mekkah, apakah kalian rela dan mau mendengarkan apa yang hendak kukatakan ini?”
“Baiklah, ya Muhammad, kami akan mendengar perkataanmu,” jawab sebagian yang hadir.
Kemudian Rasul SAW meneruskan ucapannya,”Aku ingin bertanya kepada unta yang membawa hadiah ini.”
Alangkah terkejutnya Abu Jahal mendengar perkataan Rasulullah. Tentu saja Rasulullah SAW akan bisa berbuat apa saja, pikirnya. Oleh sebab itu, Abu Jahal meminta kepada yang hadir untuk menunda beberapa hari apa yang akan dilakukan oleh Muhammad, yakni menanyai unta pembawa hadiah. Karena ia juga merasa yakin dapat menanyai unta pembawa hadiah itu, setelah meminta tolong pada patung sesembahannya. Dan usul dari Abu Jahal pun kemudian disepakati oleh semua yang hadir.
Selama tiga hari berturut-turut, Abu Jahal tidak pernah keluar dari ruang sesembahan berhala. Siang dan malam, ia tak lepas dari bersujud dari berhala, demi kemenangan menandingi Muhammad. Menginjak hari ketiga, Abu Jahal melangkahkan kakinya keluar rumah dan mendatangi orang-orang Mekkah dengan satu keyakinan bisa menandingi Muhammad.
Sampai di tempat yang telah ditentukan, Abu Jahal pun langsung berhadapan dengan Rasulullah SAW. Di hadapan beliau, ia langsung mengatakan kalau hadiah dari Raja Habib bin Malik itu dihadiahkan kepadanya. Namun Rasulullah SAW tak mau kalah, beliau menentang alasan Abu Jahal, dengan mengatakan bahwa hadiah tersebut diperuntukan baginya dan itulah yang sebenarnya terjadi.
Perdebatan Rasulullah SAW dan Abu Jahal berlangsung cukup lama, sampai kemudian Rasulullah mengingatkan akan perjanjian yang telah mereka buat beberapa hari yang lalu untuk bertanya pada unta pembawa hadiah. Beliau kemudian mempersilahkan Abu Jahal untuk memulai terlebih dahulu kepada unta pembawa hadiah itu.
Setelah mempersilahkan Abu Jahal untuk maju ke muka, maka Abu Jahal secara perlahan mendekati unta itu. Dengan suara serak dan parau, ia berteriak,”Wahai unta! Demi Latta dan Uzza; katakanlah!”
Kata-kata seperti itu berulangkali keluar dari mulut Abu Jahal, sampai matahari tenggelam ke peraduannya. Namun, nasib malang bagi Abu Jahal karena unta tersebut tidak mau menjawab sepatah kata pun. Unta itu tetap diam seribu bahasa, sampai-sampai masyarakat Mekkah yang menyaksikan merasa bosan dengan ocehan-ocehan Abu Jahal.
“Wahai Abu Jahal! Hentikan saja ocehan kosongmu itu. Engkau tidak akan mampu mengajaknya berbicara. Mundurlah, beri kesempatan pada Muhammad untuk memulainya, guna mengetahui, siapakah yang sebenarnya yang berhak menerima hadiah itu,” kata sebagian mereka.
Maka sadarlah Abu Jahal, bahwa dirinya tidak mungkin dapat mengajak unta itu berkomunikasi. Buktinya dari siang sampai sore hari, unta itu belum menjawab pertanyaannya juga, padahal dirinya telah lelah untuk berkata-kata. Kini, giliran Rasulullah SAW yang maju untuk bertanya kepada unta itu. Maka mulailah beliau mengajukan pertanyaan,”Wahai unta, wahai mahluk yang diciptakan Allah. Katakan yang sebenarnya di hadapan masyarakat Mekkah itu, tentang status dirimu.”
Keajaiban pun terjadi. Tiba-tiba unta yang tadinya mendekam, kini mendadak bangun setelah mendengar pertanyaan Rasulullah SAW. Masyarakat bertambah tercengang manakala telinga mereka mendengar suara yang amat jelas keluar dari mulut unta yang berada di hadapan mereka,”Wahai masyarakat Mekkah! Kami ini adalah hadiah dari Raja Habib bin Malik yang akan dipersembahkan kepada Nabi Muhammad SAW.”
Setelah masyarakat mengetahui untuk siapakah hadiah tersebut, mereka pun mengutuk Abu Jahal yang mengaku-aku hadiah tersebut. Akhirnya, Rasulullah mengambil semua hadiah tadi dan membawanya ke arah gunung Abi Qubaisy. Sedangkan Abu Jahal segera pergi dari tempat tersebut dengan hati yang diliputi rasa malu yang tiada terhingga. Namun begitu, ia bukannya bertambah jera, melainkan semakin bertambah dendam kepada Muhammad. Abu Jahal tetap menganggap Muhammad sebagai musuh besrnya dengan perasaan iri, dengki bercampur hasud dan semuanya bercampur menjadi satu dalam hatinya yang hitam, jauh dari kebenaran dan cahaya Islam.
Rasululah SAW setelah membawa hadiah itu dnegan diikuti oleh penduduk Mekkah, kemudian beliau menumpahkan semua hadiah itu ke tanah sambil bersabda,”Jadilah kalian ini pasir.”
Ajaib! Seketika itu pula semua hadiah dari Raja Habib bin Malik yang berupa emas, perak, intan dan berlian langsung berubah menjadi pasir.
AST

Mutiara Rasul
Sembuh berkat Doa Rasulullah SAW
Seorang wanita yang sebelah tangannya lumpuh akibat dalam mimpinya mencuri air dari telaga Rasul untuk diminumkan kepada ibundanya yang ada di neraka Jahanam. Ia kemudian disembuhkan oleh doa Rasulullah SAW, bagaimana kisahnuya?
Suatu pagi hari yang cerah, matahari sepenggalah naik di ufuk timur memancarkan cahanya menyinari seluruh bumi. Penduduk Madinah sudah mulai bersiap-siap pergi ke pasar untuk menjual barang dagangan. Sementara itu di samping masjid, Rasulullah SAW barusaja beranjak dari majelis shalat Subuh dan disambut oleh senyum cerah sang isteri tercinta Siti Aisyah. Belum lama beliau duduk-duduk bercengkrama dengan Siti Aisyah di beranda rumahnya, tiba-tiba datang seorang wanita dengan satu tangan kanannya yang lumpuh.Selepas mengucap salam, wanita itu kemudian mengadukan permasalahannya.
”Wahai Nabiyallah. Sudilah kiranya engkau memohonkan kepada Allah, semoga Dia menyembuhkan tangan saya,” kata wanita itu terbata-bata dengan menahan rasa sakit yang teramat sangat.
“Apakah gerangan yang menyebabkan tanganmu lumpuh?” tanya Rasulullah SAW dengan suara yang menyejukan.
Wanita itu kemudian menceritakan kejadian yang telah menimpanya. “Pada suatu malam saya bermimpi seakan-akan hari kiamat telah tiba; Neraka Jahim telah menyala-nyala dan sorga telah tersedia. Saya mengetahui ibu saya di neraka Jahanam, sedang di tangannya terdapat sepotong lemak dan di tangan yang satunya terdapat sepotong kain lap (kain pembersih). Dengan lemak dan kain itu, ibu saya menahan panasnya api neraka. Pada waktu itu saya bertanya, Mengapa ibu di dalam jurang sini? Bukankah ibu dahulu menjadi orang yang taat kepada Tuhan dan ayah pun telah merelakan?”
Rasul dan Aisyah mendengar cerita itu dengan seksama. Kemudian wanita itu melanjutkan ceritanya. “Ibu saya menjawab, ‘Hai anakku, aku di dunia mempunyai sifat kikir. Dan di sini adalah tempat orang-orang yang kikir’.”
“Apakah artinya lemak dan kain yang ada di tangan ibu?”
“Keduanya itu adalah barang-barang yang telah saya dermakan. Dan saya belum pernah berderma selama hidup di dunia kecuali dengan keduanya.”
“Di mana ayah?”
“Ayahmu adalah orang yang dermawan. Maka ia tinggal di tempat orang-orang yang dermawan.”
Lalu tamu wanita itu, menceritakan dalam mimpinya berkunjung ke surga. Ia melihat sang ayah telah berdiri di telaga Rasulullah dan tengah memberi minum orang banyak.
“Wahai ayahku, sungguh ibuku dan juga istri ayah taat kepada Tuhannya. Dan ayah pun telah rela kepadanya. Ibu sekarang tengah dibakar api neraka Jahanam. Padahal engkau, ayah. Sedang memberi minum orang banyak dari telaga Nabi SAW.”
“Hai anakku. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengharamkan orang-orang yang kikir dan orang-orang yang berdosa dari telaga Nabi SAW.”
Selanjutnya, wanita itu kembali melanjutkan ceritanya.”Maka dengan tanpa ijin dari ayahku, saya mengambil air telaga satu gelas dan saya berikan pada ibu yang tengah kehausan. Tiba-tiba, ada suara,’Mudah-mudahan Allah melumpuhkan tanganmu, karena engkau telah memberi minum kepada orang yang durhaka lagi kikir dari sumber air telaga Rasulullah SAW’. Selepas itu saya terbangun dan mendapati tangan saya telah lumpuh seperti ini,” kata wanita itu kepada Rasulullah SAW dan Siti Aisyah.
Setelah mendengar semua cerita dari wanita tadi, beliau kemudian beranjak dari tempat duduknya seraya mengambil tongkat yang biasa beliau pakai. Rasulullah SAW kemudian mendekati wanita tadi sambil meletakannya pada tangannya yang lumpuh seraya berdoa, ”Ya Tuhanku. Dengan kebenaran mimpi yang diceritakan oleh perempuan ini, maka sembuhkanlah tangannya.”
Subhanallah! Tak lama berselang beliau memanjatkan doa, salah satu tangan yang tadinya lumpuh itu, kini telah sembuh total dan dapat digerakan seperti semula.
Sebelum wanita itu mengucapkan terima kasih dan pamit beranjak pulang, Rasulullah SAW bersabda,”Sifat dermawan itu bagaikan pohon di sorga yang dahan-dahannya melengkung menjolok ke dunia. Maka barang siapa yang mengambil satu dahan dari pohon di sorga, maka dia akan dibimbingnya ke sorga. Dan sifat kikir itu bagaikan pohon di neraka yang dahan-dahannya melengkung menjolok ke dunia. Maka barang siapa yang mengambil sebatang dahan dai pohon di neraka, maka dia dihalau ke neraka.”
AST
-------------------------------------------------------------------
Rasulullah SAW bersabda, ”Kemiskinan yang kalian takutkan atau kekurangan atau kalian menjadi menjadi berhasrat kepada dunia, sesungguhnya Allah SWT akan menaklukkan bagi kalian negeri Persi dan Romawi lalu menumpahkan dunia pada kalian dengan sekali tumpahan. Hingga tidak ada yang membuat kalian tersesat sesudahku. Kalau pun ada yang menyesatkan kalian, itu hanyalah dunia.” (HR. Imam Ahmad)
-------------------------------------------------------------------
Mutiara Rasul
Orang Mukmin dan Kafir Saat Meninggal
Suatu saat, Rasulullah SAW menghadiri sebuah pemakaman jenazah dari kaum Anshar. Sesampainya di kuburan, beliau menerangkan tentang keadaan ruh orang mukmin dan kafir saat meninggal
Saat itu, Rasulullah SAW keluar dari masjid bersama Bara’ bin Azib untuk menghadiri pemakaman jenazah seseorang dari kaum Anshar. Setelah tiba di kuburan, dan mayat sudah dibujurkan di liang lahat kubur. Beliau pun duduk dan para sahabat pun duduk pula di sekitarnya. Tangan beliau memegang ranting dan memukul-mukulkannya ke tanah.
Para sahabat memperhatikannya dengan seksama, tanpa ada yang berani berkata-kata kepada beliau. Tiba-tiba beliau menengadahkan kepala ke langit dan bersabda sampai tiga kali,”Berlindunglah dari siksa kubur!”
Kemudian dia melanjutkan sabdanya,”Jika hamba yang mukmin meninggalkan dunia dan menuju ke akhirat, maka para malaikat turun dari langit. Wajah mereka putih seakan-akan seperti warna matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan minyak wangi untuk mayat dari surga. Mereka duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut dating hingga duduk di dekat kepalanya, seraya berkata,’Wahai jiwa yang tenang. Keluarlah kepada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya!”
Beliau kemudian menjelaskan keadaan ruh,”Maka ruh si mayat akan keluar, mengalir seperti aliran tetesan air di mulut geriba. Malaikat maut kemudian mengambilnya. Jika dia sudah mengambilnya, para malaikat yang lain tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun hingga mereka mengambilnya. Mereka meletakannya di dalam kain kafan itu dan di dalam usungan. Lalu ruhnya keluar dari dunia dengan aroma yang sangat harum, seharum hembusan minyak kasturi yang ada di dunia. Mereka membawanya naik ke atas. Mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka berkata,’Siapa ruh yang harum ini?’”
Para malaikat yang membawanya menjawab,”Fulan bin Fulan,” dengan menyebut namanya yang paling indah ketika mereka menamakannya di dunia, hingga mereka tiba di langit dunia. Mereka meminta agar dibukakan pintu baginya. Maka kemudian dibukakan pintu baginya. Dia dibawa para malaikat yang mendekatkannya ke langit berikutnya hingga tiba di langit ketujuh.
”Tulislah kitab hamba-Ku di Illiyin dan kembalikan dia ke bumi, karena darinya aku menciptakan mereka. Kepadanya Aku mengembalikan mereka, dan darinya Aku mengeluarkan mereka sekali lagi,” firman Allah Jala Jalalluhu Wa Rahmatuhu kepada para malaikat.
Rasulullah SAW melanjtkan kembali sabdanya,”Lalu ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Dia didekati dua malaikat dan mendudukkannya, lalu bertanya,’Siapa Rabb-mu?’
Dia menjawab,’Rabb-ku adalah Allah.’
‘Apa agamamu?’
‘Agamaku Islam,’
Siapakah orang yang diutus di tengah kalian ini?’
‘Rasul Allah,’
‘Apa ilmumu?’
‘Aku membaca Kitab Allah lalu aku beriman kepadanya dan membenarkannya,’
Lalu ada Penyeru yang berseru dari langit,’Hamba-Ku benar. Maka bentangkan surga baginya, kenakanlah pakaian dari surga kepadanya dan bukakan baginya satu pintu dari surga’.”
Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya,”Dia datang dengan aroma yang harum dan kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang. Dia didatangi seorang lelaki yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya. Lelaki itu berkata,’Bergembiralah karena sesuatu yang memberikan kemudahan kepadamu pada hari yang dijanjikan ini.’
Hamba itu berkata,’Siapa engkau? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan.’
‘Aku adalah amalmu yang shalih,’ jawabnya.
Hamba itu lalu berkata,’Ya Rabbi, datangkanlah hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.’
Orang Kafir
Sedangkan hamba yang kafir, jika meninggalkan dunia dan menuju akhirat, maka para malaikat turun. Wajah mereka hitam sambil membawa kain wool yang kasar. Mereka duduk sejauh mata memandang banyak. Kemudian malaikat maut datang hingga duduk di dekat kepalanya, seraya berkata,”Wahai jiwa yang buruk! Keluarlah kepada kemurkaan dari Allah dan kemarahan-Nya.”
Beliau melanjutkan kembali sabdanya,”Lalu ia menyebar di dalam jasadnya dan mencabutnya dengan sekali cabutan sebagaimana besi pembakar daging dicabut dari sutera yang dibasahi air, lalu mengambilnya. Ketika malaikat maut sudah mengambilnya, para malaikat lain tidak membiarkannya sekejap mata pun, hingga mereka meletakkannya di atas kain wool yang kasar itu. Ruhnya dibawa keluar dengan bau yang sangat busuk, sebusuk bau bangkai yang ada di dunia. Mereka lalu membawanya naik ke atas. Mereka tidak melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka bertanya,’Apakah bau busuk ini?’”
Mereka menjawab,’Fulan bin Fulan,’ dengan namanya yang paling buruk sebagaimana dia dipanggil di dunia, hingga sampai langit dunia. Lalu diminta agar dibukakan pintu baginya, namun pintu itu tidak dibukakan baginya.
Rasulullah SAW terdiam sejenak, beliau kemudian membacakan ayat,”Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya. Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.”(QS Al-A’raf:40)
Allah SWT berfirman,”Tulislah kitabnya di dalam Sijjin di bumi yang paling rendah.”
Lalu ruhnya dilemparkan dengan sekali lemparan. Rasulullah SAW membaca QS Al-Hajj:31, ”Dan, barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”
Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat mendatanginya, mendudukkannya dan bertanya kepadanya,’Siapa Rabb-mu?’
‘Hah, hah, aku tidak tahu,’ jawab si mayat.
‘Apa agamamu?’
‘Hah, hah, aku tidak tahu.’
‘Siapa orang ini yang diutus di tengah kalian?’
‘Hah, hah, aku tidak tahu.’
Lalu ada Penyeru yang berseru dari langit,’Dia dusta. Maka gelarkan baginya neraka dan bukakan baginya pintu neraka!’
Lalu didatangkan kepadanya dari panasnya api neraka, racunnya dan kuburannya menyempit hingga sendi-sendinya berserakan. Kemudian ia didatangi seorang lelaki yang wajahnya buruk, pakaiannya buruk dan mengeluarkan aroma yang busuk, seraya berkata,’Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.’
‘Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.’
‘Aku amalmu yang buruk.’
Rasulullah SAW kemudian menceritakan tentang permohonan dari hamba yang kafir itu,”Ya, Rabb! Janganlah Engkau datangkan hari Kiamat.” (Musnad Imam Ahmad).
AST
Ak26.MutiaraRasul.AST
Kunci Kegaiban dan Kejadian Sesudah Kematian
“Sesungguhnya Allah mengutus seorang Nabi pada akhir setiap tujuh umat. Siapa yang durhaka kepada nabinya, maka dia termasuk orang-orang yang sesat, dan siapa yang menaati nabinya, maka dia termasuk yang mendapat petunjuk.” (HR. Thabrany)
Suatu ketika, Luqait bin Amir bersama seorang temannya yang bernama Nuhaik bin Ashim bin Malik bin Al-Muntafiq menemui Rasulullah SAW. Waktu itu beliau baru saja selesai menunaikan shalat Subuh. Selepas salam, beliau bersabda, ”Wahai manusia, selama empat hari ini aku tidak berbicara dengan kalian dan banyak mendengarkan suara-suara kalian. Adakah seseorang diantara kalian di sini yang menjadi utusan kaumnya? Mereka ada yang berkata, ’Beritahukanlah kepada kami apa yang lupa karena bisikan hatinya atau pembicaraan temannya atau dia dilalaikan kesesatan. Ketahuilah, sesungguhnya aku akan dimintai tanggung jawab, apakah aku sudah menyampaikan? Ketahuilah, dengarkanlah niscaya kalian tetap hidup.Ketahuilah, hendaklah kalian duduk. Ingatlah, hendaklah kalian duduk.”
Orang-orang kembali duduk di tempatnya semula. Semua pandangan mata jamaah tertunduk, tak berani menatap wajah baginda Rasulullah SAW yang sangat mulia bermandikan cahaya. Luqait bin Amir kemudian memberanikan diri bertanya,”Wahai Rasulullah, apa yang engkau ketahui tentang ilmu gaib?”
Beliau tersenyum mendengar pertanyaan itu sambil menggerak-gerakan kepala. Beliau tahu, kalau Luqait saat itu membuat pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Setelah diam sejenak, Rasulullah SAW kemudian bersabda, ”Rabb-mu menjamin lima kunci ilmu gaib yang tidak diketahui kecuali Allah SWT semata.”
Tangan beliau lalu diangkat dan memberikan kode isyarat.
“Apa itu?” tanya Luqait penuh penasaran.
“Itulah ilmu kematian. Allah SWT mengetahui kapan kematian salah seorang di antara kalian, sedang kalian tidak mengetahuinya. Dia tahu apa yang terjadi esok hari, apakah kamu bisa makan sedang kamu tidak mengetahuinya. Dia mengetahui hari turunnya hujan, yang sebelumnya kalian dalam keadaan susah dan takut. Dia tersenyum karena sudah tahu sebentar lagi akan turun hujan.”
Luqait kembali berkata,”Kami tidak menganggap mustahil bahwa Allah tersenyum karena suatu kebaikan.”
“Dia mengetahui datangnya kiamat,” sabda beliau lagi.
“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada kami apa yang engkau ajarkan kepada manusia, karena kami berasal dari suatu kaum yang tidak mudah mau membenarkan seseorang karena persahabatan kami, tidak pula kaum kerabat di antara kami,” kata Luqait kembali.
“Kalian hidup sesuai dengan umur kalian, lalu Nabi kalian meninggal dunia. Kemudian kalian hidup sesuai dengan umur kalian. Kemudian dibangkitkan tiupan yang pertama. Demi Allah, tidak ada yang hidup di permukaan bumi, melainkan mati. Begitu pula para malaikat yang bersama Rabb-mu. Kemudian Rabb-mu berjalan di muka bumi dan Dia sendirian di sana. Kemudian Dia mengutus langit membawa hujan dari sisi ‘Arsy-Nya. Demi Rabb-mu, tidak ada tempat terpendamnya mayat dan tidak pula mayat yang dikubur melainkan kuburan itu terbelah hingga menyembulkan kepalanya lalu duduk tegak. Rabb-mu bertanya, ’Bagaimana keadaanmu setelah sekian lama di dalam kubur?’.”
Rasulullah SAW kemudian menceritakan jawaban dari mayat yang dibangkitkan itu. “Wahai Rabbi, aku masih dapat merasakan hari itu. Seakan-akan dia baru saja berkumpul dengan keluarganya.”
Luqait tampak belum puas dengan cerita itu, ia kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah mengumpulkan kami setelah kami dicecerkan angin, bencana dan binatang buas?”
Beliau bersabda,”Aku akan memberitahukan kepadamu perumpamaan hal itu dalam karunia dan nikmat Allah Jala Jalalluhu Wa Rahmatuhu. Tadinya, bumi itu tandus dan kering serta tidak hidup. Kemudian, Rabb-mu mengirim hujan. Selang beberapa lama kemudian bumi itu hidup dan banyak air yang menggenang untuk minum. Demi Rabb-mu, Dia benar-benar berkuasa mengumpulkan kalian dari air, sebagaimana Dia mengumpulkan tanaman bumi. Lalu, kalian keluar dari kubur dan dari tempat kalian terbunuh. Lalu kalian melihat Allah dan Allah SWT melihat kalian.”
“Wahai Rasulullah, bagaimana itu terjadi? Padahal kita memenuhi bumi ini. Padahal Allah SWT adalah satu diri yang kita lihat?” Luqait kembali bertanya.
“Akan kuberitahukan yang demikian itu dalam nikmat Allah. Matahari dan rembulan adalah satu tanda kekuasaan Allah. Keduanya terlihat kecil dalam pandangan kalian, namun keduanya dapat melihat kalian, dan toh kalian tidak apa-apa ketika melihatnya. Demi Rabb-mu, Dia benar-benar berkuasa melihat kalian semua dan kalian dapat melihat-Nya sebagaimana kalian dapat melihat matahari dan rembulan,” jawab beliau.
“Wahai Rasulullah, apa yang akan diperbuat Rabb kami terhadap kami setelah bersua dengan-Nya?” tanya Luqait.
“Kalian dihadapkan kepada-Nya dengan menunjukkan catatan kalian. Tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari kalian. Kemudian Rabb-mu mengambil segayung air dengan Tangan-Nya, lalu memercikannya ke arah kalian. Demi Rabb-mu, wajah masing-masing orang di antara kalian terkena percikan air itu. Ada pun bila mengenai wajah orang Muslim, maka air itu membuat wajahnya seperti kain putih yang halus. Sedang bagi orang Kafir, bila air itu mengenai hidungnya maka air itu akan menimbulkan bercak hitam. Ketahuilah, kemudian Nabi kalian akan menghadap Allah, dan orang-orang shalih mengikutinya dari belakang. Lalu mereka melewati jembatan hingga salah seorang di antara kalian menginjak bara sambil berkata,”Aduh”. Mereka melewati taman Rasulullah SAW hingga mereka menjadi kehausan. Demi Rabb-mu, tidaklah seseorang di antara kalian mengulurkan tangannya melainkan dia memegang bejana yang dia gunakan untuk membersihkan kotoran dan kencing. Matahari dan rembulan disembunyikan, sehingga kalian tidak melihat keduanya,” sabda Rasulullah SAW.
“Wahai Rasulullah, lalu dengan apa agar kita dapat melihat?”
“Dengan penglihatanmu saat ini. Yang demikian itu terjadi sebelum terbitnya matahari, pada hari diterbitkan bumi di balik gunung.”
“Wahai Rasulullah, dengan apa kita diberi balasan atas keburukan kami?” tanya Luqait kembali.
“Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan satu keburukan dibalas dengan satu keburukan yang serupa, kecuali dimaafkan.”
“Wahai Rasulullah, bagaimana surga dan neraka?”
“Demi Rabb-mu, neraka itu memiliki tujuh pintu. Tidak ada jarak antara dua pintunya melainkan seperti pengelana yang mengadakan perjalanan selama tujuh puluh tahun,” jawab beliau.
“Wahai Rasulullah SAW, di atas apa kami dapat melihat surga?”
Beliau menjawab,”Dari atas sungai-sungai madu yang dipilih, sungai-sungai dari khamr yang tidak memusingkan jika diminum dan tidak pula membuat menyesal dan sungai-sungai dari susu yang tidak berubah-ubah rasanya, air yang tidak berubah-ubah warnanya dan buah-buahan. Demi Rabb-mu, kalian tidak tahu yang lebih baik dari itu, di samping istri-istri yang disucikan.”
“Wahai Rasulullah, apakah kami akan mempunyai isteri di sana? Ataukah di antara mereka ada wanita-wanita yang shalih?” tanya Luqait dengan nada malu-malu, hingga para jemaah di masjid itu tersenyum simpul dibuatnya.
“Para wanita shalihah bagi para lelaki yang shalih. Kalian mendapatkan kenikmatan dari mereka seperti kalian rasakan di dunia dan mereka tidak melahirkan,” jawab baginda Rasulullah SAW.
“Bagaimana puncak kenikmatan yang kami dapatkan di sana?” Tanya Luqait kembali dengan penuh penasaran.
Namun, beliau tidak diam dan tidak menjawabnya. Semua hening. Luqait kembali memecah kesunyian masjid itu dengan bertanya,”Wahai Rasulullah, atas apa aku berbaiat kepada engkau?”
Beliau kemudian membentangkan tangan dan bersabda,”Dengan engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, memisahkan diri dari orang-orang musyrik dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun selain-Nya.”
“Sesungguhnya bagi kami apa yang ada di antara timur dan barat.”
Beliau lalu memegang tangannya sendiri dan membeberkan jari-jarinya. Rupanya Rasulullah SAW mengira Luqait meminta syarat yang tidak mungkin juga dapat Rasulullah penuhi. Luqait kembali berkata,”Artinya, kami menghalalkan apa pun yang kami kehendaki darinya dan tidak ada yang menimpa seseorang dari apa yang dilakukannya kecuali dirinya sendiri.”
Sambil membeberkan tangan, beliau bersabda,”Yang demikian itu bagimu. Engkau dapat menghalalkan apa pun menurut kehendakmu dan tidak ada yang menimpa, kecuali dirimu sendiri.”
Luqait bin Amir dan Nuhaik bin Ashim bin Malik bin Al-Muntafiq tampak puas mendengar jawaban dari Rasulullah SAW, mereka berdua lalu berlalu dari majelis. Beliau lalu bersabda,”Demi Rabb-mu, aku ingin memberitahukan bahwa mereka adalah termasuk orang-orang yang paling bertaqwa di dunia dan akhirat.”
Ka’b bin Al-Khidariyah, salah seorang dari Bani Ka’b bin Kilab, bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?”
Beliau menjawab,“ Mereka adalah Bani Al-Muntafiq. Mereka adalah orang-orang yang layak melakukannya.”
Tak lama berselang, Luqait bin Amir dan Nuhaik bin Ashim bin Malik bin Al-Muntafiq kembali menghadap Rasulullah SAW, dan Luqait bin Amir bertanya pada beliau,”Wahai Rasulullah, apakah seseorang mendapatkan pahala kebaikan yang dia kerjakan pada masa jahiliyah?”
Seseorang dari pemuka Quraisy menjawab,”Demi Allah, ayahmu, Al-Muntafiq berada di neraka.”
Mendengar pernyataan dari salah seorang pemuka Quraisy itu, wajah Luqait merah padam. Ia kembali bertanya,”Wahai Rasulullah, bagaimana dengan keluarga engkau?”
Rasulullah SAW kemudian mejawab,“Tentang keluargaku, demi Allah, ketika engkau melewati kuburan seseorang dari keturunan Amiry atau Quraisy, maka katakanlah,’Aku diutus Muhammad kepadamu untuk mengatakan,’Terimalah kabar tentang keburukanmu, yang membuat wajah dan perutnya ditelungkupkan ke neraka’.”
“Wahai Rasulullah, apa yang diperbuat Allah terhadap mereka, sementara mereka pernah berbuat kebaikan, dan mereka mengira bahwa mereka juga telah berbuat kebaikan?” tanya Luqait.
Beliau lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutus seorang Nabi pada setiap tujuh umat. Siapa yang durhaka kepada nabinya, maka dia termasuk orang-orang yang sesat, dan siapa yang menaati nabinya, maka dia termasuk yang mendapat petunjuk.”
AST
AK.MutiaraRasulullah.AST
Mimpi Rasulullah SAW
Mimpi Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar datangnya dari Allah SWT. Salah satu mimpinya yang diceritakan kepada para sahabat adalah mimpi beliau berkunjung ke alam akhirat
Suatu hari baginda Rasulullah SAW keluar rumahnya dan menemui Abdurrahman bin Samurah yang saat itu bersama para sahabat di kota Madinah. Beliau berdiri di depan para sahabat yang hadir dan beliau bersabda,”Semalam aku bermimpi melihat sesuatu yang menakjubkan. Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang didatangi malaikat maut untuk mencabut ruhnya.Kebaktian kepada kedua orang tuanya menghalangi malaikat maut dari dirinya.”
Beliau kemudian melanjutkan sabdanya,”Aku juga melihat seorang lelaki dari umatku yang kepadanya ditampakan adzab kubur. Lalu wudhunya datang untuk menyelamatkan dirinya dari adzab itu.”
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang dikepung syaitan-syaitan itu dari sekitarnya. Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang dikepung para malaikat adzab. Lalu didatangi shalatnya lalu menyelamatkannya dari tangan mereka.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku megap-megap karena kehausan. Setiap kali dia mendekati kolam, maka dia diusir dan dia pun jauh darinya. Dia didatangi puasa Ramadhannya, lalu memberinya minum hingga kenyang.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku, dan kulihat para nabi membuat beberapa lingkaran yang terdiri dari beberapa orang. Setiap kali dia mendekati satu lingkaran, maka dia diusir. Lalu dia didatangi mandinya dari jinabah, menghela tangannya dan mendudukkannya disisiku.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang di depan dan belakangnya gelap, di kanan kirinya gelap, di atas dan di bawahnya gelap. Dia didatangi haji dan umrahnya lalu mengeluarkannya dari kegelapan itu dan memasukannya kepada cahaya.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang melindungi wajahnya dari panasnya api neraka dengan tangannya. Dia lalu didatangi shadaqahnya lalu shadaqah itu menjadi tabir antara dia dengan neraka, serta menjadi lindungan di atas kepala.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang mengajak bicara seorang mukmin, namun mereka tidak menyahutinya. Kemudian dia didatangi silaturahimnya yang berkata,’Wahai orang-orang mukmin, dia adalah orang yang menyambung tali persaudaraan dengan kerabatnya, maka berbicaralah dengannya.’ Maka mereka pun berbicara dengannya dan berjabat tangan dengan mereka, sehingga dia termasuk golongan mereka.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang dikepung malaikat Zabaniyah (malaikat adzab), dia didatangi amar ma’ruf nahi munkar-nya, lalu menyelamatkannya dari tangan mereka dan memasukannya ke golongan malaikat Rahmat.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang berlutut pada kedua lututnya, sementara antara dirinya dengan Allah ada hijab. Dia kemudian didatangi akhlaknya yang baik, lalu menuntunnya dan membawanya ke hadapan Allah.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang mengambil catatannya dengan tangan kirinya. Dia didatangi ketakutannya kepada Allah, yang kemudian mengambil catatan itu dan meletakkannya di tangan kanannya.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang berdiri di bibir Neraka Jahanam. Dia datangi harapannya kepada Allah, lalu menyelamatkannya dari tempat itu dan berlalu dari sana.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang telah turun ke neraka. Dia didatangi air matanya karena takut kepada Allah, lalu menyelamatkannya dari neraka itu.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang berdiri di atas Ash-Shirath. Dia gemetar seperti pelepah yang bergetar karena tertiup angin. Dia didatangi anggapannya yang baik kepada Allah, sehingga dia tidak lagi gemetar dan berlalu di atasnya.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang merangkak di Ash-Shirath dan kadang bergelayut padanya. Dia didatangi shalawatnya atas diriku lalu menyelamatkannya dan membuatnya berdiri di atas kedua kakinya.
Aku melihat seorang lelaki dari umatku yang berdiri di depan pintu surga, lalu tiba-tiba pintu itu tertutup di hadapannya. Dia didatangi syahadatnya bahwa tiada Tuhan selain Allah, lalu pintu itu pun dibukakan baginya dan dia dimasukan ke dalam surga.
AST
Mutiara Rasul
Pinangan 400 Dirham
Rasulullah SAW memerintahkan seorang pemuda yang berkulit hitam legam untuk menikahi seorang gadis dengan dibekali mahar 400 dirham. Sayang, pemuda itu akhirnya gugur di medan pertempuran
Seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW dan berkata,”Ya Rasulullah, apakah saya akan terhalang untuk masuk surga karena hitamku dan jelek mukaku?”
“Tidak, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya selama kau yakin dengan Tuhanmu dan percaya pada ajaran Rasul-Nya,” jawab Rasulullah.
“Demi Allah yang telah memuliakan engkau dengan kenabian. Saya telah bersyahadat Saya percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah sekitar 8 bulan yang lalu, sebelum engkau datang kemari. Dan saya telah meminang kepada orang-orang yang ada di sekitarmu ini dan semuanya menolak aku karena hitamku dan jelek wajahku. Padahal, aku sebenarnya keturunan yang baik dari suku bani Sulaim. Tetapi jelekku ini didapat dari keturunan ibuku,” kata pemuda berkulit hitam itu.
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada para sahabat yang hadir di majelis,”Apakah yang hadir pada hari ini ada yang bernama Amr bin Wahb dari suku Tsaqief yang belum lama masuk Islam? “
“Tidak” jawab para sahabat.
Nabi SAW kemudian bertanya pada orang itu,”Apakah kamu mengetahui rumahnya?
“Ya” jawab pemuda hitam itu.
Nabi SAW lalu bersabda,”Pergilah dan ketoklah pintunya perlahan-lahan. Kemudian berilah salam kepadanya, dan bila telah masuk, katakan padanya,’Rasulullah SAW telah mengawinkan aku dengan puterimu. Orang itu mempunyai puteri cantik yang bernama Atiqah.”
Pemuda itu segera berlalu dari hadapan Rasulullah SAW dan menuju rumah Amr bin Wahb. Pada mulanya, sang tuan rumah menyambutnya dengan baik, tetapi karena hitam dan mukanya jelek, maka mereka lama-lama tidak senang melihat kondisi pemuda itu. Bahkan setelah pemuda itu menyampaikan pesan Rasulullah SAW bahwa ia telah dikawinkan oleh Nabi SAW dengan salah satu puteri tuan rumah. Kontan, mereka menolak dengan cara yang kasar dan sangat rendah sekali, penuh umpatan kata-kata yang kotor.
Tentu saja, mendapat sambutan yang tak sopan dari tuan rumah, membuat muka sang pemuda itu merah padam. Ia merasa terhina, ia pun segera kembali ke hadapan Rasulullah SAW.
Sementara itu, sepulangnya pemuda itu, sang puteri itu mendadak berkata pada sang ayah,”Hai Ayah, carilah selamat. Carilah selamat. Sebelum turun wahyu yang membuka kedokmu. Jika ia benar mengawinkan aku dengannya, maka aku rela pada apa yang telah direlakan oleh Allah dan Rasulullah untukku.”
Amr bin Wahb kemudian menghadap Rasulullah. Ketika sampai di majelis Rasulullah, ia langsung ditegur oleh beliau,”Kamu yang telah menolak pinangan Rasulullah?”
“Benar. Tetapi saya minta ampun kepada Allah, sebab saya sangka ia dusta. Apabila ia benar maka saya terima dan saya kawinkan putriku dengan mahar empat ratus dirham. Dan kami berlindung jangan sampai terkena murka Allah dan Rasulullah SAW. ”
Mendengar permintaan Amr bin Wahb, Rasulullah SAW kemudian menyuruh calon suami, pemuda berkulit hitam tadi, yang bernama Sa’ad Assulami, ”Pergilah kepada calon isterimu dan penuhi permintaannya,” perintah beliau.
“Saya tidak punya apa-apa, saya akan minta pada saudara-saudaraku,” jawab pemuda itu.
Melihat beban yang tak sanggup dipikul oleh pemuda itu, Rasulullah SAW kemudian memberikan perintah, “Pergilah pada Usman bin Affan RA terima darinya duaratus dirham! Mahar untuk isterimu itu akan ditanggung oleh oleh tiga orang dari kaum mu’minin.”
Maka pergilah pemuda hitam itu menuruti perintah Rasulullah SAW menuju kediaman Utsman bin Affan. Dari Utsman ia menerima lebih dari duaratus dirham. Selanjutnya ia pergi ke kepada Abdurrahman bin Auf dan Ali bin Abi Thalib. Dari mereka, ia memperoleh lebih dari duaratus dirham.
Setelah mendapat uang yang banyak, ia kemudian pergi ke pasar untuk membeli oleh-oleh isterinya.Namun, sesampainya di pasar ia mendengar seruan, ”Ya Khailallah irkabi! (Hai kuda Allah, berkendaraanlah)!”
Tampak juga Rasulullah SAW tengah berseru kepada kaum msulimin,”Keluarlah untuk berjihad! Keluarlah untuk jihad!” di atas kudanya.
Sa’ad Assulami mendengar seruan Rasulullah SAW ia menjadi berubah pikiran. Ia tertunduk sebentar, kemudian mukanya menengadah ke langit seraya berdoa,”Ya Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhannya Muhammad SAW. Saya akan mempergunakan uang ini pada sesuatu yang lebih disuka oleh Allah dan Rasulullah dan kepentingan kaum muslimin.”
Tekadnya telah bulat, ia kemudian membelanjakan seluruh uangnya itu untuk kepentingan jihad. Ia membeli kuda, pedang, tombak dan perisai besi. Tak lupa ia juga membeli seperangkat pakaian perang. Setelah ia mempererat ikat sorbannya dan ikat pinggangnya serta memakai topi baja, hanpir-hampir tidak terlihat postur aslinya, kecuali kedua matanya yang bulat.
Ia lalu berdiri tegak di tengah-tengah Muhajirin, sehingga mereka bertanya-tanya siapakah penunggang kuda yang tidak dikenal itu?
Sahabat Ali sendiri sampai berkata,”Biarkan. Kemungkinan ia dari Bahrain atau dari Syam. Ia datang untuk menanyakan ajaran-ajaran agama. Karena itu ia kini ingin mengorbankan diri untuk keselamatan kaum muslimin.”
Kemudian orang hitam itu maju ke barisan musuh dengan menggunkan pedang dan tombaknya untuk memukul dan memenggal orang-orang kafir, hingga kudanya pun tak kuat untuk mengimbangi kecepatan dari serangan pemuda itu. Akhirnya, ia turun dari kudanya sambil menyingsingkan lengan baju perang, sehingga Rasulullah SAW yang kebetulan berpapasan dengan orang berpakaian asing itu melihat tanda hitam di seluruh lengan dan beliau langsung mengenalnya. Maka dipanggilah orang asing itu,”Apakah kamu Sa’ad?”
“Ya, benar.”
“Untung nasibmu,”
Selanjutnya Sa’ad dengan penuh semangat kembali merangsek ke barisan terdepan pertempuran. Dengan penuh semangat ia menikam dengan tombak dan membunuh dengan pedangnya. Hingga akhirnya, ia pun gugur sebagai syahid di medan tempur itu.
Rasulullah SAW begitu mendegar Sa’ad gugur, beliau langsung menuju kepadanya. Dengan perlahan-lahan kepala Sa’ad, beliau angkat dan diletakan di pangkuan Nabi SAW. Sambil mengusap-usap tanah yang melekat di mukanya, beliau bersabda,”Alangkah harum baumu. Alangkah kasihnya Allah dan Rasulullah kepadamu,” sabda Nabi sambil menangis.
Tak berapa lama kemudian Rasulullah SAW tertawa, lalu beliau memalingkan muka Sa’ad dan bersabda,”Kini ia telah sampai di Haudh (telaga). Demi Tuhan yang mempunyai Ka’bah.”
Abu Lababah bertanya,”Ya Rasulullah. Apakah telaga Haudh?”
“Telaga yang diberikan oleh Allah kepadaku. Lebarnya antara Shan’aa Yaman hingga Bushra. Tepinya berhias dengan permata dan mutiara. Airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Siapa yang minum satu kali dari telaga Haud, tidak aka haus untuk selamanya.”
“Ya, Rasulullah. Mengapa engkau tadi menangis? Lalu tertawa, kemudian berpaling muka dari Sa’ad?” tanya Lababah
“Tangisku karena rindu kepada Sa’ad. Ada pun tertawaku karena gembira melihat kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya. Adapun aku berpaling muka, karena melihat calon isteri-isteri Sa’ad (bidadari) yang berebut mendekatinya hingga terbuka betis mereka. Maka segera aku berpaling muka karena malu, ” Jawab Nabi.
Beliau kemudian menyuruh mengumpulkan pedang, tombak dan kuda dari Sa’ad untuk diserahkan kepada calon isterinya yang sudah di aqad nikah, sambil beliau memberitahu Amr bin Wahb, ”Allah SWT telah mengawinkan Sa’ad pada bidadari yang lebih cantik dari puterimu.” (***)Aji Setiawan
Rek Bank Mandiri a/n Aji Setiawan no : 139-00-1091517-5